CHAPTER 34|| KECEWA

909 11 1
                                    

[ HAPPY READING ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ HAPPY READING ]

***

Hembusan angin menyapa wajah damai Bara. Jika semua manusia lain mengistirahatkan tubuh mereka, maka lain cerita dengan Bara. Cowok itu masih terjaga dan duduk di balkon kamarnya, padahal jam sudah menunjukkan pukul 2 malam.

Angin malam menusuk kulit tubuhnya yang tak terbalut apapun, Bara hanya memakai celana pendek sepaha saja. Matanya menatap langit yang tak ada keberadaan bintang-bintang. Hanya ada cahaya bulan yang redup di tutup awan. Mungkin sebentar lagi akan hujan.

Setelah lama terdiam, Bara memilih masuk ke kamar, tak lupa mengunci pintu balkon agar udara dingin tak masuk. Menghempaskan tubuhnya asal ke kasur dan mulai mencoba menutup mata.

Namun sialnya ucapan opa Lorenzo masih terus terngiang-ngiang dalam benaknya.

" Arghhhh. " Bara bangun dan mengacak-ngacak rambutnya. Hembusan nafas naik turun terdengar disana. Bara mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan.

3 jam yang lalu.

Bara baru saja sampai di rumah mewahnya. Bara memutuskan untuk kembali ke rumah malam ini. Itu semua atas permintaan Vania.

Bara tengah duduk santai di ruang olahraga pribadi miliknya di dalam rumah. Usai memukul samsak untuk melatih kekuatan pukulannya, Bara menepi dan  memakai handuk putih kecil untuk mengelap keringat yang bercucuran di tubuh dan wajahnya.

Ceklek

Bara refleks menoleh saat terdengar suara pintu di buka. Di sana opa Lorenzo masuk dengan menggunakan tongkat keramat nya.

" Opa, opa belum istirahat? " Bara menaruh handuk itu dan ikut mendekat pada opa Lorenzo yang sudah duduk di sofa hitam ruang olahraga nya.

" Opa belum bisa tidur. Mengapa kamu latihan larut malam begini Bara? " tanya opa Lorenzo menatap cucu semata wayangnya itu.

" Bara cuma ngelatih kekuatan aja opa, abis ini juga bakalan istirahat. " jawab nya dengan senyum tipis. Opa Lorenzo tampak menatap Bara dalam. Bara yang merasa opa nya itu terus menatapnya sejak tadi lantas segera bertanya.

" Ada apa opa? Apa opa ingin bicara sesuatu? "

Opa Lorenzo bangkit, pria tua itu berjalan dan meneliti samsak yang di gunakan Bara latihan tadi. " Jika opa mengatakan sesuatu, apakah kamu akan percaya kepada opa, Bara? "

Bara mengernyitkan keningnya, " Yaah opa, tentu. "

Opa Lorenzo berbalik. Keduanya kini saling bertatapan. Hembusan terdengar dari pria tua itu.

ELBARANO✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang