CHAPTER 42|| PERMINTAAN

604 12 1
                                    

[ HAPPY READING ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ HAPPY READING ]

***

Di depan ruang IGD, kini inti BV bersama Adara dan Melisa masih terus menunggu hasil nya.

Adara terus menangis dan berusaha di tenangkan oleh Bara yang selalu berada di sampingnya.

Melisa tak henti berdoa berharap sangat suami baik-baik saja. Begitupula inti BV lain yang juga berasa iba dan kasihan dengan berita penyakit orang tua Adara.

Adara langsung menoleh cepat, tampak pintu di bukakan oleh seorang dokter wanita di sana. Adara lekas berjalan cepat menghampiri dokter tersebut.

" Dokter, gimana keadaan papa saya dok? " tanya nya dengan menatap sang dokter penuh harapan baik di sana. Dokter itu tersenyum tipis.

" Pak Ronald sudah selesai melewati beberapa tahap pemeriksaan. Dan saya sarankan untuk membawa beliau ke luar negeri. Beliau harus cepat di tangani setelah masa pemilihan selesai. "

Adara bernafas lega. Namun satu hal yang kini mengganggu pikiran nya adalah tentang perjodohan. Jika masa pemulihan Ronald membutuhkan waktu 2 minggu, maka mungkin perjodohan itu harus di laksanakan sebelum 2 minggu. Mengingat jika Ronald memang membutuhkan perawatan intensif.

" Apa saya bisa melihat keadaan suami saya dok? " tanya Melisa.

" Beliau akan kami pindah ke ruang rawat nyonya. Nanti bisa membesuk jika sudah di pindahkan. "

Dokter itu berlalu, bersamaan di bukakan lebarnya pintu IGD. Terlihat tubuh lemas Ronald dengan bibir pucat yang di dorong oleh 4 suster. Bara menggenggam tangan gadisnya, " Ayo kita ikutin mereka. " ajaknya.

Melisa yang melihat itu semakin meyakini dugaannya. Namun wanita itu segera berjalan mengikuti para suster. Sedangkan Faril, cowok itu lebih dulu menghubungi Roy tentang keadaan Ronald saat ini.

Sesampainya di ruang rawat, di sana sudah ada Adara yang duduk di samping kiri ranjang rumah sakit lalu Melisa di samping kanan dan sahabat nya yang lain duduk di sofa. Faril segera duduk di samping Bara.

" Setelah ini gue perlu bicara Bar, " kata Faril yang hanya di dengar oleh Bara saja.

" Okee! " jawab cowok itu santai.

Adara terus mengelus telapak tangan Ronald yang terlihat pucat dan dingin. Air mata itu kembali lolos. Melihat betapa menyakitkan nya kini keadaan Ronald. Beberapa alat-alat rumah sakit yang harus di pasang di beberapa bagian badan.

Gadis itu menahan sesak mengingat betapa kejamnya Melisa saat bayang-bayang perselingkuhan wanita itu kembali berputar dalam benaknya. Menatap Melisa yang kini tampak mengelus tangan Ronald.

ELBARANO✓ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang