Bumi bangun pagi hari, ia berencana akan mencari ikan karena ia ingin sekali makan ikan bakar.
Bumi memakai celana pendek batik, dan bertelanjang dada. (Tapi celana pendeknya bukan yang dibeli di malioboro gaes, tapi celana pendek batik khas rakyat jawa jaman dulu itu loh).
"Mau kemana, le?" Tanya Mbah Kliwon yang sedang menyapu lantai.
"Saya mau mencari ikan, mbah. Ingin sekali rasanya makan ikan bakar."
"Ya sudah hati-hati ya."
"Nggih mbah."
Bumi membawa sebuah bakul anyaman, pisau, korek api, dan minyak tanah. Ia juga membawa beberapa tali untuk membawa hasil tangkapannya.
Bumi menuju ke sebuah kali, tempat ia dan Sekar waktu itu berciuman. Bumi menepis ingatan itu. Ia benar-benar berusaha keras menghilangkan ingatan rasa bibir Sekar yang begitu manis di bibirnya.
Bumi rasa ia harus sekalian berenang dan mengguyur dirinya di sebuah air terjun kecil diujung sana. Supaya pikirannya bersih.
Ketika ia sampai, ia meletakkan barang-barang bawaannya di sebuah batu. Kemudian ia berjalan menuju ke kali itu, dan merendam dirinya. Sesekali ia berenang menyelam sekalipun kali itu tidak terlalu dalam. Bumi berdiam di bawah air terjun kecil dan membiarkan air itu mengguyur dirinya. Air dingin yang menusuk tulang itu berhasil membuat Bumi tidak terlalu mengingat Sekar.
Bumi memiliki kekuatan yang sebenarnya kadang tak ia sadari. Seperti sekarang ia ingin menangkap ikan, sedari tadi ikan-ikan itu sudah berenang bolak-balik seolah mengatakan 'ayo tangkap aku'.
Apapun yang Bumi inginkan, seolah hal itu didengar oleh semesta. Mbah Kliwon selalu berpesan, hati-hati dengan keinginanmu, jangan sampai melukai orang lain.
Setelah selesai mengguyur dirinya dengan air, ia mengambil bakul anyaman dan mulai menangkap ikan. Lima ekor cukup. Ikan itu besar-besar, Bumi mengambil beberapa ranting kayu, ia siapkan sebuah api unggun. Sambil menunggu api itu besar, Bumi membersihkan perut ikan, lalu mencuci dan menusuknya dengan ranting yang agak besar. Bumi melumuri ikan-ikan itu dengan bumbu yang ia sudah racik di rumah tadi. Setelah besarnya api sudah cocok dan ranting kayu sudah mulai menjadi arang, ia letakkan lima ikan itu diatasnya. Bumi menunggu ikan itu masak sambil melamun dan tersadar kalau ia tidak boleh melamun.
Sreekk...
Bumi mendengar suara yang menyita pendengarannya. Ia beranjak dan mengambil golok yang ia selalu bawa di pinggangnya.
Sreek! Sreek!! Sreek!! Bruk!!
"Aduuuhhh." Seorang gadis berguling dan jatuh di hadapannya.
Bumi membelalakkan matanya dan mundur sambil mengacungkan golok itu.
"Sakit sekali." Keluh gadis itu.
YOU ARE READING
Bumi
RomanceBumi sang murid kesayangan Mbah Kliwon, yang selalu menemani sedari kecil. Tidak ada yang pernah melihat Bumi bersama dengan Mbah Kliwon, hanya dalam keadaan darurat saja ia akan mendampingi sang guru. Bumi bukan laki-laki yang mengurusi perihal as...