48

1K 128 7
                                    

"Jayeng, yang saya minta apa sudah kau lakukan?" Tanya Bumi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Jayeng, yang saya minta apa sudah kau lakukan?" Tanya Bumi

"Sudah ndoro, hari ini dimulai."

Bumi mengangguk. Keadaan Bumi berangsur membaik, setiap malam Gendhis ke kamarnya dan bernyanyi dan itu seperti mantra menenangkan untuk Bumi karena ia bisa nyenyak tertidur, bahkan ia sudah tidak menggunakan oksigen lagi.

Tok..tok...tok

Jayengrana membuka pintu dan kepala Gendhis muncul darisana.

"Mas, ayo jalan-jalan keluar." Kata Gendhis masuk ke kamar.

Bumi tersenyum

"Jayeng, kau keluar dulu." Titahnya

"Baik ndoro."

Jayengrana keluar, dan menutup pintu.

Bumi mengambil tangan Gendhis, dan menariknya, gadis itu jatuh terduduk di pangkuannya membuat Gendhis panik karena takut jika kaki Bumi patah menopang berat tubuhnya.

"Mas, jangan, nanti kaki mas patah." Ujarnya panik

Bumi menggeleng. Ia memandang Gendhis. Gadis itu melingkarkan tangannya di leher Bumi.

"Bulan depan kita menikah, saya yakin saya akan sembuh, berkatmu saya bisa tidur." Kata Bumi sambil membelai pipi Gendhis.

"Adek seneng mas udah membaik, kelihatan sih dari wajah mas, lebih bersinar."

"Khan itu juga karena skincare dari adek."

Gendhis tertawa. Ia kemudian meraba wajah pria di hadapannya itu.

"Gendhis sayang bangett sama mas. Jangan tinggalin Gendhis ya." Kata Gendhis.

Bumi tersenyum. Ia teringat kembali mimpinya semalam, tapi ketika melihat tubuhnya membaik, ia melihat secercah harapan, dan mimpi adalah mimpi.

Gendhis tahu bagaimana akhir dari pria dihadapannya ini, tapi ketika ia melihat Bumi semakin membaik, ia tahu Tuhanlah yang menentukan semuanya. Gendhis jadi lebih bersemangat untuk kembali menjalani hari.

Bumi meraih tengkuk Gendhis, dan ia mencium gadisnya. Ciuman itu begitu menuntut, Bumi rindu sekali, bahkan Gendhis pun sama terhanyut oleh ciuman tersebut. Napas mereka berdua memburu, bibir mereka saling mencari, kerinduan mereka membuncah, bahkan Bumi sampai menggeram rendah ketika ciuman mereka semakin dalam. Tangan Bumi menyusup ke dalam baju gadis itu, tubuh Gendhis merinding. Mereka sudah lupa tempat, waktu dan sekitar mereka. Bumi menciumi leher Gendhis dan membuat gadis itu mendesah lirih.

Ketika Bumi sudah akan menyentuh lebih jauh, Gendhis menahan tangannya, ia melepaskan ciuman itu.

"Adek tau, mas udah tidak tahan, tapi tunggu sampai bulan depan ya."

Bumi tersenyum, ia mengecup-ngecup bibir Gendhis.

"Maaf ya." Kata Bumi sambil merapikan pakaian Gendhis

BumiWhere stories live. Discover now