"Abimanyu, cah bagus, iki eyangti, iki eyangkung." Kata Raden Ayu Damara memperkenalkan diri pada bayi di gendongannya.
"Iki mbah lho cah bagus." Kata Raden Ayu Jenar, lalu ia juga menarik suaminya untuk melihat bayi mungil tersebut.
Abimanyu sangat anteng ketika digendong oleh neneknya.
Mereka sedang berada di pendopo taman, Abimanyu baru selesai mandi.
Bumi duduk di samping Gendhis, tersenyum bahagia karena putranya sangatlah disayangi oleh keluarganya.
"Bahagianya saya, nimas." Kata Bumi sambil merangkul istrinya, lalu mencium pipi Gendhis.
"Aku juga, kangmas."
"Ini adalah kehidupan yang saya inginkan, menghabiskan waktu bersama dengan orang yang paling saya cintai."
"Boleh aku tanya, kangmas?"
"Silakan sayang."
"Kenapa kangmas memilih Gendhis? Kalau pria lain mungkin akan berpikir dua kali, menikahi gadis muda, malah, masih sangat muda."
Bumi tersenyum.
"Sebenarnya, mas menyukai adek sejak adek masih sd waktu itu. Tapi mas mengutuk diri sendiri, merasa diri ini tidak pantas, adek harus berbahagia bukan menghabiskan waktu bersama dengan pria tua seperti mas. Setelah itu kita tidak pernah bertemu, mas bersyukur karena berarti tidak harus menyukai gadis dibawah umur, tapi semua berubah ketika kulit kita bersentuhan waktu di rumah Pak Hendra...ingat?"
"Yang mana? Pas adek bawa nampan?"
Bumi menggeleng.
"Waktu adek terpeleset kulit pisang."
"Ohhhhh."
"Mas langsung terkoneksi dengan adek. Apalagi ketika kita ciuman pertama kali."
Gendhis tersipu.
"Itu ciuman pertama adek tau mas."
"Mas tahu, rasa bibir adek manis, enak. Sekarang juga masih enak." Kata Bumi sambil memandangnya
Gendhis melotot.
"Ssst mas, jangan keras-keras."
Tiba-tiba Abimanyu menangis, Mbok Asih yang dititahkan Bumi untuk menjaga putranya membawanya ke arah Gendhis.
"Kenapa sayang? Anak ibu haus ya?" Tanya Gendhis
"Ayo kita mimik susu." Kata Gendhis lalu beranjak, dan diikuti oleh Bumi yang melingkarkan tangannya di pundak istrinya itu.
"Kanjeng ibu, kanjeng Rama, Eyang putri dan eyang kung, saya permisi dulu, sepertinya Abimanyu haus." Kata Gendhis sambil memberi hormat.
"Nggih nduk. Hati-hati jalannya ya."
YOU ARE READING
Bumi
RomanceBumi sang murid kesayangan Mbah Kliwon, yang selalu menemani sedari kecil. Tidak ada yang pernah melihat Bumi bersama dengan Mbah Kliwon, hanya dalam keadaan darurat saja ia akan mendampingi sang guru. Bumi bukan laki-laki yang mengurusi perihal as...