"Adek suka?"
Telepon Gendhis berdering, ia menjawabnya. Matanya menatap tanpa berkedip, ia mematung sempurna.
"Gendhis, ketemu! Kalau kartunya digabungkan kata-katanya Aku Pulang."
"Iya ayah, dia pulang." Gendhis bersimbah air mata.
"Halo,halo Gendhis, siapa yang pulang?"
Ia melihat Bumi berdiri di hadapannya, sehat, tampan dan tampak lebih muda. Gendhis menjatuhkan ponselnya, Jayengrana berdiri agak jauh darisana, ia tersenyum melihat mereka berdua.
"Mas Bumi." Bisiknya lirih
Bumi tersenyum, lalu merentangkan tangannya. Gendhis menangis tersedu-sedu lalu berlari ke pelukan pria itu. Pria itu memeluknya, dan tertawa sambil menggendongnya berputar-putar. Ia mengecup-ngecup gadis di pelukannya. Rindu ini rindu yang paling ia rasakan selama hidupnya. Harum tubuh Gendhis masih sama, wajah cantiknya masih sama hanya saja lebih kurus karena Gendhis kelelahan kuliah juga berusaha menghapus kenangan bersama Bumi beberapa waktu lalu.
Gendhis menghirup harum tubuh pria itu dengan rakus, ini bukan mimpi, tubuhnya hangat, degup jantungnya ada.
Bumi menurunkan Gendhis dari gendongannya.
"Ini bukan mimpi? Mas nyata???" Tanya Gendhis sambil menampar pipinya.
Bumi terkejut, ia mengambil tangan Gendhis, lalu mencium pipi gadis itu, bekas tamparannya.
"Gimana bisa? Mas Jayeng? Ini?"
Jayengrana tersenyum dan mengangguk. Bumi mengajak Gendhis memutari tempat itu, dan mereka duduk di kursi dari batu yang dibuat di sebelah kedai.
Gendhis mencubit pipi Bumi, bahkan menggigit lengannya. Pria itu tertawa.
"Benar, ini mas Bumi. Mas zombie ya?"
"Apa itu zombie?" Suara itu, suara berat yang sangat ia rindukan selama ini.
"Itu mayat hidup."
"Vampire? Kalau di kasur iya sih mas bisa jadi vampire."
Gendhis mundur, Bumi terbahak, dan menarik gadis itu mendekat.
"Mas mau cerita ,adek dengar, jangan disela. Ok." Kata Bumi
Gendhis mengangguk.
Flashback on..
Raden Ayu Damara dan Raden Mas Kertajaya masih ada di pemakaman ketika semua orang sudah pulang. Mbah Kliwon ada disana, ia menyesal karena tak mampu membantu murid kesayangannya itu.
"Bongkar kuburannya." Seorang pria datang dan mengatakan hal itu
Mbah Kliwon melihatnya dan matanya terbelalak.
YOU ARE READING
Bumi
RomanceBumi sang murid kesayangan Mbah Kliwon, yang selalu menemani sedari kecil. Tidak ada yang pernah melihat Bumi bersama dengan Mbah Kliwon, hanya dalam keadaan darurat saja ia akan mendampingi sang guru. Bumi bukan laki-laki yang mengurusi perihal as...