"Nanti saya minum obat setelah mengobrol dengan eyang ya." Kata Gendhis pada Utari.
"Baik ndoro."
Gendhis mendekati Raden Ayu Jenar yang sedang minum teh di ruang makan sambil memandang kolam ikan. Jadi ruang makan itu ada meja jati panjang, dan ada meja bulat-bulat khusus minum teh dan terletak di tengah taman, dikeliingi taman bunga, juga satu kolam ikan koi yang besar.
"Eyang." Kata Gendhis sambil memberi hormat.
"Nduk, sini duduk." Kata Eyang Jenar
"Terimakasih eyang."
"Bagaimana keadaanmu?"
"Sudah baikan eyang."
Seorang abdi menuangkan teh pada cangkir kecil, dan diminum oleh Utari juga Kana. Setelah beberapa saat tak ada reaksi apa-apa barulah abdi itu menuangkannya ke cangkir Gendhis.
"Sudah lama eyang tidak ngobrol seperti ini, semua sibuk."
"Anak-anak eyang ada berapa?"
"Semuanya ada tujuh, dan yang bertahan dengan sifat eyang hanya Raden Mas Kertajaya, ayahnya Bumi." Eyang Jenar tertawa getir
"Eyang, saya boleh bertanya?"
"Silakan saja, nduk."
"Eyang, kenapa tidak suka dengan saya? Mas Bumi juga."
"Sudah eyang duga pertanyaan ini akan keluar." Kata Eyang Jenar sambil menghela napas.
"Sedari kecil eyang melihat orang-orang disekitar eyang mendapatkan perlakuan yang tidak mengenakkan. Karena kami orang berpengaruh dan berada, banyak sekali yang memanfaatkan keadan itu. Kami kena tipu, fitnah, dan prinsip dari keluaraga eyang itu adalah Gusti Mboten Sare. Tuhan tidak tidur. Itu artinya biarlah Tuhan yang balas, tapi bukannya mendapat balasan mereka makin menjadi. Ketika eyang menggantikan orang tua eyang, eyang terbiasa curiga. Eyang memblokade diri, memukul rata semua orang, bahwa mereka sama, penipu, pemeras, jahat di balik wajah tanpan atau cantik itu. Tapi ketika melihat ketulusanmu dan Bumi, eyang tahu masih ada orang yang bisa eyang percaya."
"Eyang, percayalah, bahwa semua orang berhak mendapatkan kesempatan, tapi dengan catatan mereka harus mencoba dulu, jika memang eyang tidak suka, eyang berhak meninggalkan atau menolak."
"Ya itu benar."
"Kalau eyang kesepian, panggil Gendhis ya, nanti ndhis temenin ngobrol. Eyang suka kegiatan apa?"
"Sebenarnya waktu kamu menyanyi dangdut waktu itu, eyang sangat terhibur."
"Siap eyang, kapan mau ndis nyanyiin lagi?" Tanya Gendhis.
Eyang Jenar tertawa.
"Nanti saja, oh ya eyang ada sesuatu."
Raden Ayu Jenar mengayunkan tangannya dan datanglah sebuah kotak yang besar, berwarna merah bludru.
YOU ARE READING
Bumi
RomanceBumi sang murid kesayangan Mbah Kliwon, yang selalu menemani sedari kecil. Tidak ada yang pernah melihat Bumi bersama dengan Mbah Kliwon, hanya dalam keadaan darurat saja ia akan mendampingi sang guru. Bumi bukan laki-laki yang mengurusi perihal as...