Bumi membuka mata, ia melihat sekitar, dan ia mendengar isak tangis di sebelahnya. Ketika ia menoleh, ia melihat Gendhis menundukkan kepalanya dan menangis tersedu-sedu.
"Sayang?" Bumi membelai kepala Gendhis
Gendhis mengangkat kepalanya, dan kemudian menangis lebih keras. Ia memeluk Bumi.
"Mass, adek rasanya mau mati liat mas kayak begini." Gendhis terisak-isak.
Tiba-tiba ia melihat bayangan. Dirinya dan Bumi menggunakan pakaian yang mereka pakai hari ini, tapi ia sedang mengguncang-guncangkan tubuh Bumi. Pelukan Gendhis makin erat, ia mau menepis semua yang ada di kepalanya.
Jangan, jangan Tuhan tolong. Jangan ambil dia dariku. Kata Gendhis memohon dari dalam hati.
"Sayang, apa waktu saya masih banyak?" Tanya Bumi pelan
Gendhis mengangguk.
"Iya mas, masih, sampai nanti tahun depan, atau seribu tahun lagi."
Bumi tersenyum.
"Coba sini, mas mau lihat wajah adek." Kata Bumi sambil mengangkat wajah Gendhis dan memandangnya.
Jayengrana dan Haryo tampak terdiam melihat mereka berdua, tapi mereka berdua mati-matian menahan air mata yang pasti sebentar lagi jatuh.
Napas Bumi sudah putus-putus sekalipun ia menggunakan oksigen di hidungnya.
Gendhis melepaskan pelukannya, ia memandang Bumi.
"Cantiknya sayangnya mas. Selalu cantik. Mata ini, hidung ini, bibir ini semua punya mas." Kata Bumi sambil meraba bagian wajah Gendhis.
Gendhis sudah tak peduli bagaimana buruk tampilannya, ia menangis dengan keras di hadapan Bumi.
"Jangan menangis sayang." Kata Bumi.
"Mas janji khan gak akan ninggalin Gendhis?"
"Iya mas janji sayang."
"Adek, mas pingin dipeluk, tapi nanti adek nyanyikan Lela Ledung ya." Ucap Bumi lagi setelah beberapa saat.
Gendhis mengangguk. Ia naik ke kasur, lalu Bumi memerosotkan dirinya agar kepalanya ada di pundak Gendhis. Mereka berdua berpelukan berdua.
"Adek harus ingat, cinta mas sebesar alam semesta ini. Kalau mau lihat cintanya mas, lihat pelangi ya."
"Kenapa pelangi?"
"Mas suka semua warna."
"Iya Gendhis ingat."
"Adek wangi, mas suka banget wanginya adek. Parfumnya jangan diganti ya." Kata Bumi
"Iya, adek juga suka parfumnya mas."
"Mas ngantuk sayang." Bumi mengeratkan pelukan pada Gendhis
Bumi mengangkat wajahnya, dan tersenyum, lalu mengecup bibir Gendhis.
YOU ARE READING
Bumi
RomanceBumi sang murid kesayangan Mbah Kliwon, yang selalu menemani sedari kecil. Tidak ada yang pernah melihat Bumi bersama dengan Mbah Kliwon, hanya dalam keadaan darurat saja ia akan mendampingi sang guru. Bumi bukan laki-laki yang mengurusi perihal as...