24

1.2K 164 22
                                    

Raden Ajeng Laras Ayu sedang bersantai, ia duduk di ruang keluarga bersama dengan Rama dan Ibunya, juga Bumi dan Adimas. Karena ia bosan, ia menyalakan TV.

Breaking news
Telah terjadi kecelakaan tunggal antar sebuah mobil expander berplat merah dan truk pasir, korban jiwa berjumlah tiga orang sudah dievakuasi. Kecelakaan terjadi ketika mobil expander yang akan menyalip sebuah truk saat akan berbelok di tikungan tajam. Truk tersebut hilang keseimbangan dan menimpa mobil expander hingga ringsek. Diduga pemilik mobil tersebut adalah Raden Adipati Wisnu, seorang supir dan ajudannya.
Demikian Breaking News siang ini.

Semua yang ada di ruangannya itu terdiam, tak ada yang berbicara. Kecuali Bumi, ia beranjak dan mendekati adiknya yang masih memegang remote dengan tangan menggantung di udara dan memeluknya. Tak lama kemudian bah unya bergetar, ia menangis.

"Sshh..shh." Bumi menenangkan Laras sambil memeluknya erat.

"Inallilahi, kangmas. Apa ini benar?" Tanya Raden Ayu Damara.

"Sebentar, saya telepon dulu."

Ramanya itu terlihat menelepon seseorang, dari wajahnya ia menunjukkan raut wajah kesedihan.

"Baik kalau begitu, tolong sampaikan saya turut berduka cita pada Kangmas Bayu. Waalaikumsalam."

Raden Ayu Damara memandang suaminya itu, dan suaminya itu mengangguk.

"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun. Mas kita harus kesana." Ucap Istrinya itu.

Pemakaman Raden Adipati Wisnu dilaksanakan siang tadi, mereka baru sampai sore hari dan langsung menuju ke kediaman Raden Adipati Wisnu.

Bumi melihat ada seorang wanita yang menangis tersedu-sedu dan sedang ditenangkan oleh wanita yang ada di sekelilingnya. Lalu tak lama ada seorang anak laki-laki yang berlari ke arahnya, dan memeluk wanita itu yang kemudian tangisannya semakin keras. Bumi merasa ada yang janggal.

"Hapus air matamu, dek." Ucap Bumi

Laras yang masih terisak, mendelik pada kangmasnya.

"Kangmas gimana sih? Pacarku meninggal kok gak boleh nangis."

"Wes tho nuruto mas."

Laras menghapus air matanya, lalu Bumi mengajak adiknya mendekati wanita yang sedang menangis itu.

"Saya turut berduka cita ya mbak." Ucap Bumi pada wanita di hadapan yang wajahnya kacau karena menangis.

"Anda siapa?" Tanyanya dengan suara serak

"Saya Bumi, anaknya Raden Mas Kertajaya, teman Raden Mas Bayu."

"Hormat saya ndoro."

"Tidak usah, sudah tidak apa-apa. Raden Adipati Wisnu orang yang sangat baik, beliau juga sangat sering bertandang ke kediaman kami."

"Iya, saya kehilangan. Akhir-akhir ini kami memang kurang waktu dan beliau jarang pulang karena kesibukannya diluar kota."

Kami?

"Nunsewu, kalau boleh tahu, anda siapanya ya?" Tanya Bumi.

"Oh maaf saya lupa memperkenalkan diri, nama saya Juwita, istri dari kangmas Wisnu, dan ini Raka anak satu-satunya. Dia belum mengerti kalau ayahnya sudah tiada."

BumiWhere stories live. Discover now