57

1.1K 128 3
                                    

Gendhis duduk di pangkuan Bumi, dan menyandarkan pipinya di dada Bumi, pria itu mengelus-ngelus punggung Gendhis.

"Begitu ya rasanya?" Tanya Gendhis sambil meraba bisep Bumi.

"Hmm?"

"Mas udah pengalaman?" Tanya Gendhis

Gendhis menegakkan duduknya dan mengerucutkan bibirnya.

Bumi tertawa, lihatlah wajah gadisnya itu, berantakan dan seksi. Ia meraba bibir gadis itu yang bengkak, expresi Gendhis yang menikmati sentuhannya sekarang menjadi candunya.

"Mas belum pernah, baru sama adek."

"Bohong, mas lihai begitu." Gendhis merinding mengingat kembali apa yang telah pria itu lakukan tadi sampai ia meledak.

"Pria dewasa pasti pernah melihat film dewasa khan?"

"Astagaaa mass! Nakal ya."

Bumi tertawa

"Lagipula dekat adek, insting mas bekerja. Sekarang saja sudah sepayah ini, apalagi nanti malam pertama, mas harap kamu tidak pingsan di tengah-tengah kegiatan kita."

Gendhis membelalakkan matanya, ia malu lalu memeluk Bumi. Ia melihat sesuatu di punggung pria itu.

"Ini apa mas?" Tanya Gendhis meraba punggung Bumi

"Itu tatto sayang, mau lihat?"

Gendhis beranjak dari pangkuan Bumi, lalu pria itu memungguinya.

Gendhis beranjak dari pangkuan Bumi, lalu pria itu memungguinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa mas tatto?"

"Mas cuma ingin memberi tanda, supaya mas ingat apa yang terjadi dengan diri mas."

Tok...tok...tok...

Sebuah ketukan di pintu mengagetkan mereka. Gendhis panik, beda dengan Bumi. Gendhis berusaha merapikan rambutnya yang berantakan dengan mengikatnya. Bumi tersenyum.

Ia membuka pintu itu sedikit dan mempersilakan orang itu ketika ternyata Jayengrana yang mengetuk.

Ketika Jayengrana masuk, matanya membelalak. Karena ruang kerja itu berantakan, bukan hanya ruang kerja, tuan dan nonanya juga berantakan dan  Jayengrana tahu mereka barusan merapikan diri.

Jayengrana berdehem.

"Ndoro, apa yang terjadi?" Tanya Jayengrana

"Gempa bumi. Jadi ada apa kamu kemari?" Tanya Bumi

Jayengrana menatapnya datar.

"Haryo memberikan informasi, karena dia karyawan baru, ia diminta untuk membeli pupuk, tapi jumlahnya beda dengan yang biasa kita beli."

Bumi memandang Gendhis yang sedang sibuk bermain ponsel, ia tahu gadis itu pasti canggung.

"Minta nota kosong?" Tanya Bumi

BumiWhere stories live. Discover now