Bab 59

3.2K 250 25
                                    

Tubuh Kara sudah tidak karuan, dirinya benar-benar kelabakan dengan gairahnya yang ingin meledak.

"Mash! U-udahh ..."

Mendengar rengekan sang istri membuat ia menghentikan aksinya.

"Sekarang?"

"Mash!"

"Um hm."

Bara memulai aksinya, dia tidak membiarkan istrinya itu kelelahan.

“Cium aku, Mash!” ucap Kara disela-sela desahannya.

Bara menyunggingkan senyumannya. Ia selalu suka ketika melihat istrinya menikmati percintaan mereka. Kemudian Bara mencium bibir Kara sementara tangannya kembali menjelajahi bagian tubuh istrinya yang sensitif.

Cut cut cut and cut full nya ada di KaryaKarsa ...

🌹🌷🌹

Ke esokkan paginya, Kara bangun seperti biasa. Walaupun tubuhnya cukup pegal-pegal akibat aktifitas semalam suntuk, namun dia tidak bisa untuk tidak bangun pagi. Alhasil kini dirinya sudah segar dan sedang membuat sarapan di dapur, suasana hatinya sedang bagus terbukti dengan dirinya yang memasak sambil bersenandung.

Kara sudah memutuskan untuk membuat nasi goreng spesial dengan ekstra telur mata sapi. Setelah selesai, menggoreng nasi gorengnya, ia lantas membuat telur mata sapi. Khusus untuk Melvin dan Javier ia memberikan dua telur, karena mereka menyukainya. Sedang asyik-asyiknya menggoreng telur, tiba-tiba saja seseorang yang tidak disukai kehadirannya menghampirinya.

"Ck, Ibu macam apa kamu jam segini baru bangun? Dasar pemalas!"

Maria mengomelinya ketika wanita itu akan  membuat kopi.

Kara seketika melihat arlojinya yang berada ditangan kiri. Masih pukul setengah enam pagi, dan wanita tua itu mengomelinya seperti itu? Yang benar saja!

"Ck cerewet, sekali lagian ini 'kan rumah saya suka-suka saya dong. Lagi pula seharusnya Anda tahu diri, sudah numpang di sini tapi sok sekali berasa Nyonya rumah, ck!"

"Kamu!"

"Sudah lah, Anda mending duduk manis saja di meja makan seperti biasa. Biar nanti saya kasih sisa nasi goreng buatan saya untuk Anda. Jangan khawatir saya masih baik mau memberikan Anda sarapan secara cuma-cuma,"  ejek Kara dengan senyum sinis menghiasi wajah cantiknya.

"Kurang ajar! Berani-beraninya kamu berbicara seperti itu pada saya ---"

Kalimat Maria seketika terhenti begitu Javier menghampiri mereka berdua.

"Morning, Bun." Javier berseru di depan pintu dapur, bocah 14 tahun itu menghampiri Kara dan langsung memeluk tubuh berisi bunanya itu.

"Loh Adek, kok udah bangun, sayang?" Kara mematikan kompornya setelah selesai membuatkan telur mata sapi.

"Iya, Buna kok udah seger gini."

"Adek kok nggak sapa Oma?" Maria berseru sedih melihat cucunya tidak memperhatikannya, dan malah langsung mencari Kara.

Javier memalingkan wajahnya ke samping menghadap Maria. Dengan wajah datar bocah itu membalas perkataan omanya.

"Pagi, Oma."

Setelah itu ia kembali memalingkan wajahnya menghadap Kara.

"Adek udah mandi?"

Javier menggelengkan kepalanya, "belum, aku haus Buna. Makanya aku ke dapur,"

Melihat interaksi manis antara Javier dan Kara membuat Maria menahan kesal. Dia tidak suka melihat cucu kandungnya itu yang lebih dekat dengan Kara. Tidak, dia harus menghentikannya, jika Javier tidak dekat dengan Wina setidaknya Javier harus dekat dengannya.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang