Bab 63

2.4K 214 24
                                    


***

Acara 7 bulanan Kara digelar, mereka hanya mengundang beberapa orang saja. Bara beserta kedua anaknya yang tak pernah melakukan acara seperti ini jelas saja semangat. Acara ini gelar begitu khidmat, sampai Kara menangis dibuatnya. Karena ini juga baru baginya, ia berharap jika keluarganya selalu sehat.

Aqnes sahabatnya datang membelikannya kado untuk dirinya. Namun, dia melihat ada yang berbeda dengan sahabatnya itu.

"Lo, kenapa, Nes?"

Tanya Kara setelah acara itu selesai, sekarang tinggal acara santai saja sambil mengobrol.

"Hah! Nggak apa-apa, gue."

"Alah, lo kenapa sih? Dari tadi perasaan lo kayak lagi ngindarin Jodi. Lo kenal sama dia?"

Aqnes seketika gelagapan, sepertinya ia kentara sekali menghindari Jodi. Awalnya Aqnes tidak akan datang kemari, karena pasti Jodi akan datang, tapi dia sudah berjanji pada Kara untuk datang di acara 7 bulanan ini. Jadi, mana mungkin kan jika dirinya tidak menepatinya lagi?

"Hah! Ng-nggak kok, yah kenal sebatas tau aja namanya aja."

"Yakin?" Kara menyipit curiga.

"Iya, lo gimana, Ra. Udah cerita 'kan soal teror itu?"

Aqnes segera mengalihkan pertanyaannya, dan jelas itu membuat Kara terfokus pada pertanyaan sahabatnya.

Melihat Kara yang diam saja, membuat Aqnes merasa jika sahabatnya itu belum juga memberitahu Bara.

"Jangan bilang, lo belum cerita sama suami lo, Ra?!"

Sebuah anggukan kepala dari Kara menjadi sebuah jawaban.

"Astaga Karaaa .... ih lo tuh kenapa sih, kenapa batu banget!"

"Gue lupa, sorry."

"Bukan ke gue minta maaf-nya tapi laki lo! Ih aduh mampus deh gue, kalau suami lo tau dari orang lain. Gue gak bisa bayangin, dia pasti murka banget."

"Ish lo kok malah nakutin gue!"

"Bukan gue mau nakutin elo, cuman gue mikir kemungkinan yang terjadi aja. Lagian yah, elo udah tau laki lo jelek banget kalau ada yang gak beres sama elo, malah elo tantangin hiiii ..."

"Tapi, tapi ... sekarang udah gak ada lagi terornya kok."

Jawaban Kara disambut dengan helaan napas berat dari Aqnes.

"Terakhir lo dapat teror kapan?"

"Pas gue cerita ke elo itu,"

"Hm ..."

Mereka bisa berbicara bebas seperti ini dikarenakan mereka berada di taman belakang rumahnya. Jadi, mereka bebas membicarakan masalah ini.

"Eh mana si nenek jalang itu, gue gak liat dia?!"

"Di usir sama mas Bara."

"Hah! Kapan?"

"Hari di mana gue lapor ke elo kalau gue di teror!"

"Kok lo gak cerita?!"

"Sorry, soalnya malam itu gue bener-bener pening banget, Nes. Lo bayangin aja, gue abis dari rumah nyokap gue. Pulang-pulang ke rumah, gue liat laki gue abis mandi terus di ranjang ada si Selin di atas ranjang! Mana dia kek abis tidur ama laki gue! Coba bayangin!"

Mendengar hal itu Aqnes tidak bisa berkata-kata, dia benar-benar syok.

"Kok lo gak cerita sih, Ra! Ih lo sumpah kebiasaan! Terus gimana abis itu? Laki lo gak beneran tidur sama tuh jalang 'kan?"

Kara menggelengkan kepalanya "nggak lah, gila aja lo!"

"Tapi, kok lo percaya laki lo gak tidur sama si jalang bocil itu?"

"Mana demen dia sama si Selin. Sama mantan bininya aja yang pernah dia cinta mati aja dia ogah balikan,"

"Ckckck iya, iya ... emang dah lo juara."

"Kara gitu, loh!" Sombong wanita bumil itu sambil mengangkat bahunya sombong, membuat kedua sahabat itu tertawa.

Begitu selesai tertawa, Aqnes kembali fokus pada masalah perteror-ran.

"Ra, fokus. Gue mau bahas lagi soal teror elo,"

Kara mengerang, protes akan perkataan Aqnes. Wanita itu sudah malas jika membahas lagi mengenai masalah perteroran tersebut.

"Apalagi?"

"Kata lo, terakhir lo diteror itu barengan pas Maria sana si Selin di usir?"

"Iya,"

"Jangan-jangan beneran lagi dia yang neror elo selama ini,"

"Hm, lo yakin?"

"Iya dari cerita lo, dia pasti dendam. Soalnya lo udah jadi istrinya Bara terus keponakannya juga lo singkirin."

"Iya sih ... tapi 'kan sekarang dia gak teror gue lagi,"

"Yah mungkin dia udah jera, karena udah di usir sama laki lo?"

"Seharusnya dia semakin berani gak sih, Nes? Karena gue udah usir dia sama keponakannya?"

"Iya seharusnya, tapi mungkin dia takut karena mantan menantunya punya power? Jadi dia gak berani lagi teror elo?"

"Hm ... masuk akal sih."

Kemudian suasana hening kembali, namun Bu Halimah asisten rumah tangganya menghampiri mereka berdua, lebih tepatnya Kara.

"Maaf, Bu."

Wajah Bu Halimah terlihat berbeda, dan Kara sudah mengerti jika paket itu kembali datang.

"Anu, Bu i-ini."

Bu Halimah takut-takut menyerahkan paket yang dibawanya kepada Kara. Bedanya kali ini, paket itu dibungkus dengan bungkusan kado terlihat normal. Seolah-olah orang yang mengirimkan paket itu tahu jika hari ini ada acara. Maka dari itu paket yang dibawa oleh bu Halimah terlihat normal.

"Saya permisi, Bu."

Setelah menyerahkan paket tersebut, bu Halimah pergi meninggalkan Aqnes dan Kara dengan perasaan tegang.

"Ra, jangan bilang itu paket teror!" Bisik Aqnes pelan. Sambil menatap kado yang dipegang Kara, degup jantungnya seketika berdebar ikut tegang.

"Mungkin,"

"Gue aja yang buka, Ra."

Aqnes menarik kado yang berada ditangan Kara. Ia lalu berjalan ke pojok halaman, di mana ada tong besar di sana, mungkin sebagai tempat pembakaran sampah, karena terlihat hitam-hitam disekitar tong itu.

Kara yang penasaran pun mengikuti langkah Aqnes. Ia berada di belakang Aqnes dengan perasaan takut, dengan jantung berdebar tidak normal.

Tak membutuhkan waktu yang lama, Aqnes berhasil membuka bungkusan tersebut. Dia seketika menahan napasnya begitu melihat isinya. Sebuah bayi kelinci yang dipakaikan baju bayi yang berlumuran darah, Aqnes seketika terjatuh kebelakang dia syok dengan isi kado tersebut.

Kara? Wajah wanita itu sudah berubah, dia lemas. Untung saja dia langsung menyender pada pagar pembatas tanaman di sana, sehingga dirinya bisa menahan tubuhnya. Seketika dirinya mual, ingin sekali dia memuntahkan isi yang ada di dalam perutnya. Tangan kirinya sedari tadi terus mengelus perutnya, berusaha menenangkan anaknya yang ada di dalam perut.

Sampai mereka berdua tidak menyadari jika ada seseorang yang menghampiri mereka.

"Siapa yang mengirimkan itu!"

Seru sebuah suara yang mengagetkan Kara dan Aqnes.

🇵🇸🇵🇸🇵🇸

Tbc

Ini total word bab ini ada 2200 kata aku potong di sini jadi 900 kata, yang mau baca fullnya bisa ke KaryaKarsa yah. Aku udah update sampe bab 77 😂

https://karyakarsa.com/Parasayugadis

Kalian bosen gak sama cerita ini? Soalnya makin jauh makin kelar konfliknya sih. Di KK udah tinggal 2 konflik lagi yang mau aku selesein sisanya yang manis-manis 🥰

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang