Bab 64

2.1K 186 6
                                    

🌷🌹🌷

"Jadi, kamu masih gak mau jawab, sayang?"

Kini Kara dan Bara sedang berada di gazebo yang ada di sana. Setelah meminta wanita itu untuk mengikutinya.

"Maaf, Mas. Nanti aja yah bahasnya. Ayo kita ke luar, masih ada ibu sama tamu di luar."

Mendengar kalimat itu wajah Bara berubah jadi datar.

"Kara!"

Jika sudah menyebut nama asli tanpa embel-embel sayang, sudah dipastikan jika suaminya itu serius atau marah. Dan sekarang Kara bingung suaminya itu marah atau serius? Atau bahkan keduanya?

"Ma-maaf Mas. Ja-jangan ma-marah." Cicit Kara yang benar-benar takut. Dia itu sedang mengandung, perasaannya jelas saja sensitif. Jika dia tidak hamil, dia tidak mungkin takut pada suaminya. Tapi lain lagi sekarang, melihat wajah Bara yang berbeda saja dirinya selalu overthingking.

"Hah!"

Bukannya menjawab, Bara justru kembali mengeluarkan napasnya. Sebelum dirinya kembali bersuara, terdengar suara langkah kaki yang terdengar berlari tergopoh-gopoh menghampiri mereka.

Pak Imam selaku penjaga di rumahnya berdiri di hadapan sang tuan rumah, dengan napas terengah-engah.

"Kenapa, Pak?"

Ditanya seperti itu oleh Bara membuat Imam bingung.

"Ck, Pak Imam!"

"Ma-maaf, Pak A-anu i-itu ada yang nyari Bapak di depan."

Alis Bara tertarik ke atas, seingatnya dia tidak memiliki janji dengan siapa-siapa, dan siapa yang berani mengganggu harinya? Dia juga sudah memundurkan jadwalnya dengan beberapa klien-nya untuk dijadwalkan ulang. Lantas, siapa yang bertamu kepadanya?

"Siapa?"

Pak Imam lalu menunduk, sedikit berbisik pelan "Dari rumah sakit jiwa, Pak!"

"Hah!"

Itu bukan Bara yang kaget, tapi Kara. Bara sih sudah tahu, karena kemarin-kemarin Maria memberitahunya.

"Mas,"

"Kamu di sini yah, biar aku yang samperin mereka."

"Nggak, aku mau ikut."

"Sayang ...."

"Ayah!"

Belum juga Bara menjawab, sebuah suara menginterupsinya. Di sana dia mendapati Melvin yang berjalan ke arahnya dengan wajah marah, diikuti Javier dari belakang yang ingin tahu.

"Pak Imam bisa bilang sama mereka untuk tunggu sebentar, nanti saya akan ke sana. Tolong Pak Imam antar mereka ke ruangan biasa."

Pak Imam mengangguk lalu undur diri, ruangan biasa yang dimaksud Bara adalah ruangan yang dipakai dirinya untuk menerima tamu khusus. Letaknya pun di samping rumahnya, bukan masuk ke dalam rumah utamanya. Karena Bara selalu menerima tamu di sana, dia tidak menyukai orang lain mengunjungi rumahnya. Acara syukuran ini saja berada di luar utama rumahnya.

"Ayah! Bisa jelasin ke Abang, maksud kedatangan orang-orang dari rumah sakit jiwa itu kenapa?"

"Bang,"

"Abang gak mau denger alasan! Ayah harus jelasin semuanya!"

"Oke, oke. Abang sama Adek bisa duduk dulu di sini temenin Buna. Biar Ayah temuin mereka dulu,"

"Kamu di sini yah, sayang sama anak-anak. Nanti aku jelasin,"

Bara berujar lembut sambil mencium kening Kara dengan sayang.

Perkataan Bara tadi mau tak mau membuat Kara mengangguk. Diam-diam dia merasa sedikit lega karena fokus suaminya tidak lagi menekannya mengenai teror. Dan dia juga berharap jika Bara akan lupa mengenai orang yang menerornya.

Setelah mengatakan hal itu, Bara mulai berjalan meninggalkan mereka bertiga, namun suara Melvin membuat ayah dua anak itu menghentikan langkah kakinya.

"Ayah tahu 'kan Mami masuk rumah sakit jiwa?!"

Mata Kara membola mendengarnya dia kaget, Javier pun demikian.

"Kenapa Ayah gak cerita sama Abang!"

Bara masih diam.

"Ayah juga pasti tahu 'kan, kalau Mami udah lama di sana?"

"A-apa i-ini perbuatan Ayah ke Mami?!"

Pertanyaan konyol itu membuat Kara terkesekiap, kaget.

"Abang!" Bisik Kara sekaligus menegur si sulung.

Namun, rupanya si sulung sedang tidak ingin di dengarkan.

Bara tidak menjawab, dia memilih kembali melanjutkan langkah kakinya yang terhenti.

Melvin menatap punggung sang ayah yang perlahan kian menjauh, ia menghela napasnya kasar. Tanpa mengucapkan kata-kata, ia berjalan meninggalkan gazebo tersebut.

Kini giliran Javier yang menghela napasnya, ia lalu memandang sang buna yang terlihat berbeda.

🇵🇸🇵🇸🇵🇸

Tbc

CUT full nya hanya di KaryaKarsa yaaa. Di sana udah sampe bab 80 🥳 aku kasih clue, Aqnes deket ama Melvin usut punya usut Melvin suka ama Aqnes 🤔 jadi ntar Melvin saingan ama Jodi ahahah. Kira-kira ayah Bara kalau tau gimana anaknya demen sama seumuran istrinya 🤨 ...

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang