Bab 55 (Extra Part-8)

5.8K 300 7
                                    


***

Malam ini, Kara memasak makan malam dibantu Naya. Gadis cantik itu ingin membantu sang tante, pertama karena kasihan kedua karena sang tante sedang hamil.

"Gimana kuliahnya, Nay?"

"Baik, Tan."

"Kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita sama Mbak yah,"

Naya terdiam, dia jadi teringat kejadian beberapa hari lalu saat dirinya di bully oleh seniornya. Untungnya hanya kedua adiknya saja yang tahu soal ini, oma dan tantenya tidak tahu dan ia cukup senang. Karena jujur saja dia tidak mau merepotkan mereka, cukup dirinya yang menumpang hidup di sini.

"Iya, Tan. Makasih yah udah baik sama aku,"

Kara yang berada di depan kompor seketika memandang Naya yang di sampingnya, ia tersenyum lalu mengusak kepala gadis itu dengan sayang.

"Kamu udah punya pacar, Nay?"

Naya diam, menghela napasnya kemudian menjawab.

"Cowok yang aku suka, udah punya cewek." Balasnya sedih.

"Waduh, Mbak kayaknya salah kasih pertanyaan. Maaf yah," Kara seketika tidak enak.

Naya menggelengkan kepalanya, sambil tetap melanjutkan aksi memotong wortelnya. "Nggak apa-apa Tan, lagian aku juga baru tau."

"Dia, satu kelas sama kamu?"

Naya menggelengkan kepalanya, "dia justru masih SMA."

Setelah Naya mengucapkan hal itu, suasana kembali hening, mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Karena Kara bingung ingin menjawab apa atas penjelasan keponakannya tersebut.

"Kamu suka yang manis-manis, nggak Nay?"

"Suka, kenapa Mbak?"

"Coba buka kulkas paling atas, Mbak punya blueberry chesee cake, itu kesukaan Melvin, kamu cicipi yah, kali aja bikin perasaan kamu enakan."

Tak

Naya seketika melepaskan pisau ditangannya, ia lalu mendekati Kara kemudian memeluk tantenya itu membuat Kara kaget dibuatnya.

"Makasih yah, Tan. Tante udah baik banget sama aku, maafin aku yah kalau dulu sifatku kurang baik sama Tante,"

Wanita yang tengah hamil itu tersenyum tulus, membalas pelukan Naya dengan sayang.

"Iya, nggak apa-apa, Nay. Tante ngerti kok, udah sana makan dulu cake nya,"

Pelukan mereka terlepas, dan Naya mengambil cakenya. Sedangkan Kara kembali melanjutkan acara memasaknya.

Di ruang santai, ketiga pria berbeda umur itu tengah asyik memainkan ps-nya.

Javier yang menunggu giliran main ps antara ayah dan kakaknya itu menatap Melvin dengan kening berkerut. Ia benar-benar bosan menunggu, sampai kemudian sebuah ide muncul di otaknya.

"Bang, mau taruhan gak?"

"Apa? Jangan bilang yang kalah duluan siapa."

"Bukan, ini lebih seru."

Bara hanya diam, tangannya sibuk dengan stik ps, matanya pun menatap layar, hanya saja kupingnya ini dia coba lebih lebarkan. Penasaran dengan ucapan si bungsu.

"Terus apaan?" Wajah Melvin mulai berubah, dia memandang sebentar kebelakang dengan raut tidak bersahabat. Pasalnya kan dia sedang bermain game dengan sang ayah, dia harus fokus karena tidak mau jika dia dikalahkan oleh ayahnya.

"Nebak jenis kelamin adek bayi!"

"Heh! Ngawur kamu Dek! Masa iya Adeknya dijadiin bahan taruhan!"

Itu bukan Melvin, bukan melainkan Bara. Ide aneh Javier jelas membuat Bara kaget, tentunya dengan Melvin juga. Masalahnya kenapa si bungsu itu berpikir ke arah sana.

Mas Duda, Anak Dua. Siapa takut?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang