Masalalu Laut

11 2 0
                                    

You will finally understand why the universe made you wait

- all of main role ALDS

Chapter 51 : bercerita masalalu

Jika aku berharap sesuatu, tetapi aku tidak kunjung mendapatkannya dalam waktu yang lama, maka aku lebih memilih untuk berhenti mengharapkannya daripada ditampar oleh kenyataan bahwa aku tidak akan pernah mendapatkannya

- Samudera Amanda Alice &
Laut Kaivan Marva

            🎵 Taylor Swift - paper rings 🎵

                             🌊ALDS🌊

"Negeri udah kaya gini masih ada aja pelajar yang kerja paruh waktu, memangnya tidak di berikan fasilitas apa sama pemerintah?" Keluh Nehan menatap heran pelayan laki laki berkacamata minus tadi

"Loh emangnya dia masih sekolah Nehan? Gue kirain tadi udah lulus"

"Lo perhatiin aja Ren, baju yang di tutup celemeknya kan itu kemeja sekolah menengah atas"

"Bener lo?" Varen menyipitkan mata sembari membetulkan posisi kacamata beningnya

"Ngapain juga gue bohong" Nehan mengedikan kedua bahunya lalu melanjutkan kegiatan makannya

"Oh" Laut mengangguk "kenapa kakak laki lakimu bekerja paruh waktu di sebuah restoran?"

Samudera mengangkat kedua bahunya acuh tak acuh "entah, aku juga tidak tahu apa alasannya"

"Rahagi Kaindra Alize? Jadi dia yang menolak bantuan dari pemerintah? Dan lebih memilih kerja paruh waktu di restoran dekat Harison?" Batinnya

"Laut, tadi kau bilang bahwa kamu saksi mata yang melihat Kak Laksana di bunuh oleh pemerintah?"

"Iya, aku memang melihatnya secara langsung" jawab Laut tanpa ragu

"Boleh ceritakan bagaimana kau melihatnya? Masih ingatkan?"

"Masih ingat sih, mari duduk dahulu, baru aku ceritakan" Laut dan Samudera menduduki salah satu bangku panjang yang berada di taman

"Saat itu.."



2 tahun yang lalu..

Laut dengan seragam menengah pertamanya baru saja sampai di rumah nyonya besar, yang juga pemerintah negeri mereka

"Aku pulang!" Posisinya saat itu Laut menginap dua hari di rumah nyonya besarnya

"Sudah pulang tuan muda? mari saya bawa tas sekolah tuan ke kamar"

"Oh? Baiklah" Laut memberikan tas sekolahnya pada salah seorang pelayan

"Tuan, tunggu sebentar di sini ya?"

"Oke!"

Namun, sepertinya Laut melupakan ucapan pelayan tadi, dia berjalan menuju ruang belakang, dimana para rakyat biasa singgah di ruang belakang kediaman nyonya besar

"Kamu yakin meminta itu, anak muda? Padahal jika kamu tidak ingin di bunuh, aku bisa menuruti mu sekarang dan hanya akan menyuruhmu memutuskan hubungan dengan seorang gadis yang kamu pacari, kamu serius meminta aku untuk membunuhmu?"

"Eh, suara apa itu?" Laut mengintip dari celah pintu, matanya menatap heran pada seorang pemuda berkacamata yang sedang terduduk di depan nyonya

Kaharsa menatap tak percaya pemerintah, ternyata pemerintah ini tidak sekejam yang ia lihat "Benar nyonya, aku sudah tidak mampu lagi untuk hidup, tidak mampu lagi untuk melewati perjuangan hidup, aku merasa terlalu membebani orang tuaku atas penyakit yang aku derita, bunuhlah aku"

Antara Laut Dan Samudera Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang