41 || Terjebak Rasa Kesepian

13 2 8
                                    

Kesendirian memang menyenangkan, namun tidak dengan kesepian. Sering kali rasa kesepian itu meracuni individu untuk bisa menghapus rasa sepi yang ia rasa, tanpa peduli akan rasa sakit orang lain yang tak bersalah
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Baru hendak meluapkan kembali emosinya lebih dulu suara lembut terdengar dari arah trek. Tak lama muncul seorang wanita berusia tiga puluh tahunan lengkap dengan pakaian pendakian berjalan cepat seraya merentangkan kedua tangan. Pun disusul oleh seorang pemuda berusia dua puluh tahunan dengan wajah sendu.

Di belakangnya pula tiga orang basecamp turut melangkah menemani. Semua orang meletakkan perhatian pada lima orang yang baru menginjakkan kaki di tempat itu. Pertanyaan demi pertanyaan pun timbul dalam benak mereka.

"Shenna Sayang!" pekik satu-satunya wanita di antara lima orang itu, didekaplah tubuh mungil Shenna.

Menegang tubuh Shenna, tak percaya dengan apa yang tengah terjadi. "I-ini?"

Sementara di lain sisi terdengar helaan napas lega dari Aiden. Mendongak Annabella di situ. "Lo tahu Mama sama Abangnya Shenna bakalan nyusul naik?" tanyanya.

"Ini rencanaku, Nana. Bahkan dari awal Pak Braham video call sama Mamanya Shenna. Aku yang suruh biar Mamanya tahu kelakuan anak beliau kayak apa. Dia udah kelewatan, Na. Ini harus segera diatasi. Maaf, ya, aku kalah cepet sama kamu," terang Aiden mengecup kening sangat gadis penuh sayang. Tak menolak Annabela, terlampau lemah tubuhnya. Ia bahkan menyandarkan tubuh pada Aiden.

Kembali pada Shenna. Gadis cantik itu membeku, menatap Mama dan Abang kesayangannya menghampiri. "M-Mama? A-Abang? Kalian di sini?" gugupnya.

Abang Jery, Abang Shenna lantas mendekap adiknya itu seraya terus melontarkan maaf. "Maafin Abang, dek. Maafin Abang. Kalau tahu kamu bakalan kayak gini, Abang gak akan mau kuliah di luar negeri. Maafin Abang."

"Maafin Mama, Nak. Mama terlalu fokus kerja sampai bikin kamu haus kasih sayang. Maafin Mama. Mama nyesel, maafin Mama. Mama ibu yang buruk," isak Mama Henny.

Tangisan pilu terdengar begitu menyayat hati. Runtuh sudah Shenna, gadis cantik itu lemas dalam dekapan Abang kesayangannya. Juga sang Mama yang ikut memeluk kedua buah hatinya. Kenangan indah yang dititipkan oleh sang suami, namun ia tak mampu menjaga bahkan justru ia rusak.

Para pendaki pun merasa iba. Mereka saling berpandangan sebelum kembali memandang sendu Shenna beserta keluarga kecilnya. Berbeda dengan Annabella yang tengah menangis dalam dekapan Aiden, hati kesayangan Aiden itu mudah sekali tersentuh seolah ia tengah mengalaminya.

"Mas, maafin Henny. Henny gagal jagain anak-anak," lirih Mama Henny.

Bertambah kuat isak tangis Shenna dan Abang Jery. Menggeleng kuat Shenna, berpindah mendekap Mama Henny. "Gak, Ma. Mama ibu terbaik yang Shenna kenal. Maafin Shenna udah bikin Mama kecewa."

Dalam sekejap, Mama Henny terdiam. Teringat akan aksi kejam putri yang tengah ia dekap. Hatinya seolah tercubit begitu kencang namun, bagaimana pun itu juga salahnya. Tak pernah ada waktu sekadar bergurau seraya menatap pertumbuhan buah hatinya.

"Sayang," panggil Mama Henny. "Ikut Abang kamu ke Australia, ya? Nanti Mama nyusul setelah ngurus berkas pindahan Mama. Lepasin Nak Aiden, ya? Dia bukan milik kamu, Sayang."

Raungan Shenna kembali terdengar, pun dengan bentakan membuat Abang Jery kembali mendekap kuat adik kesayangannya. "GAK, MA! ENGGAK! AIDEN PUNYA SHENNA BUKAN ANNABELLA! KALAU SHENNA GAK BISA MILIKI AIDEN, SIAPA PUN JUGA GAK BOLEH MILIKI AIDEN!"

"Sayang, hentikan obsesimu, Nak. Maafkan Mama. Tapi, memang kalian gak akan pernah bisa bersama karena Aiden milik Annabella, Nak. Cobalah untuk bisa nerima kenyataan, Sayang." Diusap lembutlah kepala Shenna oleh Mama Henny, menenangkan putri kecilnya.

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang