22 || Unexpected Past

21 8 17
                                    

Singkatnya, jika memang cinta maka ia tidak akan pernah mampu melukaimu. Namun, bagaimana jika ia melukai untuk bisa mempertahankan keberadaan kita? Bisakah dikatakan cinta? Ataukah obsesi?
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

PERHATIAN ⚠️
Di chapter ini terdapat kekerasan dan kriminal. Mohon bijak untuk tidak meniru adegan di chapter ini. Selamat membaca^^

🍀🍀🍀

Di suatu siang yang menyengat, tampak seantero sekolah heboh akan sebuah berita hilangnya seorang gadis yang diduga berhasil disekap oleh gang lawan. Berita itu bukan lagi berita simpang siur belaka, namun benar adanya.

Dari mana berita itu diketahui kebenarannya? Tentu melalui CCTV. Bersyukurlah ada banyak CCTV di kawasan itu, jadilah tidak perlu serepot itu untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah CCTV toko photocopy dekat sekolah diputar ulang, tampaklah beberapa pemuda dengan motor besar mengelilingi seorang gadis berkacamata bulat juga jilbab putih yang membingkai kepalanya, menjuntai hingga menutup dada.

Aiden melihat itu mengertakkan mulutnya. Di lain sisi ia kesal gadis lugu itu justru tak mematuhi peraturan yang ia umumkan secara jelas tiga hari silam. Di sisi lain pula ia geram lantaran gang Jay mulai bergerak menyerang anak-anak sekolahnya yang tidak bersalah.

Bagaimana ia tahu jika itu adalah gang Jay padahal tiada Jay di sana? Yup, alasan apalagi jika bukan bet yang terpampang nyata pada jaket lima pemuda yang mengepung Annabella.

Ya, dan gadis yang dinyatakan diculik tak lain ialah Annabella. Berkali-kali sudah ia mengingatkan pada gadis ceroboh itu untuk tetap ingat pada peraturan yang telah ia ucapkan kala itu meskipun hanya ke depan sekolah saja.

Lokasi terakhir pengepungan berjarak sekitar lima puluh meter dari kawasan sekolah. Aiden dan beberapa kawan satu gang-nya bergegas menuju markas Jay, tak peduli lagi akan akibat yang akan terjadi di sana.

"Ardino, Satya, dan anak-anak gang yang lain bantu anak OSIS jaga sekolah ini. Jangan ada yang keluar sebelum gua kembali. Siapa pun yang berani langgar perintah gua, gua gak mau tanggung jawab kalau nanti terjadi sesuatu," tegas Aiden mimik wajahnya kian menegas. "Dan Zelleno, Arjun, Ghava, Ghaly, dan lima orang lagi ikut gua. Kita harus beresin ini semua sebelum ada korban selanjutnya. Mengerti?"

"Siap, paham!" Mendengar jawaban tegas itu, Aiden tersenyum kecil.

Sangat kecil, nyaris tak terlihat. Ia berbalik hendak melangkah ke parkiran sekolah diikuti pula oleh printilannya, namun sebuah teriakan menghentikan langkahnya.

"Aiden tunggu!" pekik seseorang.

Mau tak mau Aiden dan yang lain berhenti, kembali memutar tubuh menghadap pada gadis gembul yang berlari tergopoh-gopong entah dari mana.

"Aiden, tolong jangan marah sama Annabella. Gue tadi gak bisa nemenin dia dan anak-anak yang lain juga pada sibuk sama urusan masing-masing. Tolong jangan marahin, Bella. Itu bukan salah Bella seutuhnya. Gue juga minta tolong sama lo, tolong temuin Bella segera. Jangan sampai Bella terluka, Aiden. Apalagi sampai ada yang berani sentuh dia, jangan sampai." Arsy memelankan ucapan pada kalimat terakhirnya agar hanya Aiden yang mampu mendengarnya.

"Hm," balas Aiden dengan deheman.

Setelahnya Aiden berbalik meninggalkan lapangan disusul oleh beberapa anak gang-nya. Saat hendak menyalakan motornya lebih dulu ia memberi instruksi pada yang lain agar berjalan dengan baik sesuai apa yang telah direncanakan.

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang