39 || Pendakian Pertama Annabella II

9 6 19
                                    

Dalam sunyi kerap kali aku berpikir mengapa kebahagiaan sulit aku raih? Mengapa justru rasa sakit yang senantiasa aku rasakan? Kebahagiaan seperti apa yang Tuhan siapkan di ujung sana? Aku hanya takut jika aku ... menyerah lebih dulu
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Satya dengan air mata yang menggenang perlahan mencari keberadaan Aiden dan Annabella. "Plis, jangan ambil mereka. Lindungi mereka, Ya Allah. Tolong selamatkan mereka. Maafin gue, Den. Seharusnya gue gak dengerin perintah lo buat duluan. Andai gue gak nurut, gue yakin pasti gak bakalan gini."

"Sat, gak usah nyalahin diri. Ini udah takdir. Gue yakin kita pasti bisa nemuin mereka. Gue yakin mereka kuat meskipun ada keraguan di hati gue karena di bawah sana itu jurang. Tapi, paling gak kita bisa nemuin mereka." Itu suara Arjun, terdengar bergetar di akhir kalimatnya.

"Andai gue lebih perhatiin cewek itu, semua ini gak akan terjadi, Jun," lontar Satya.

"Cewek? Siapa? Jadi, ini disengaja? Siapa orangnya?!" desak Arjun tak terima ada yang mengusik leader penutannya itu.

"Dia-"

Ucapan Satya terhenti, sebuah teriakan menyita perhatian keduanya. Keduanya pun lantas bergegas ke sumber suara. Rupanya salah seorang anak DA sebut saja namanya Haikal, menemukan keberadaan Aiden dan Annabella.

Kedua sejoli yang begitu dikhawatirkan itu rupanya saling berpelukan di sebuah batu datar yang sempit, hanya cukup untuk satu orang. Beruntungnya Aiden berhasil memeluk Annabella dan memposisikan kesayangannya yang tengah pingsan berada di atasnya.

Dalam hati Aiden terus bergemuruh. Ia panik. Ingin berteriak, namun entah mengapa suaranya seolah tercekat. Dengan suara serak ia terus berteriak seraya menahan rasa sakit di punggungnya. Meski ia memakai tas carrier, namun tetap saja punggungnya terasa sakit akibat yang ia bawa terdapat barang yang keras.

Beruntung Haikal mendengar teriakannya. Dengan gusar mereka semua berupaya menolong Aiden dan Annabella. Mereka sempat bingung bagaimana caranya mereka mengevakuasi, lantaran di bawah sana merupakan jurang yang curam.

Tak lama orang-orang basecamp pun datang, beruntung mereka memang ada di pos sebelumnya karena ada pendaki lain yang tertimpa masalah. Para orang basecamp dibantu anak OSIS dan DA pun bergegas membantu.

Akhirnya setelah perjuangan penuh kehati-hatian mereka semua berhasil membawa Aiden dan Annabella kembali ke tempat aman. Aiden tiada hentinya khawatir pada Annabella padahal lengannya sendiri pun terdapat luka memanjang karena tergores batuan.

"Selamatin Annabella. Tolong selamatin Annabella. Dia baik-baik aja, 'kan?" Khawatir Aiden di situ, tanpa ragu air matanya pun luruh.

Ditambah kening sangat gadis berdarah meski hanya sedikit. Satya lantas menepuk pundak sahabat sekaligus sepupunya itu. "Bos, santai. Annabella baik-baik aja. Obati dulu luka di lengan lo, Annabella gak akan suka lihat lo luka. Gue rasa punggung lo bakalan sakit."

"Gak sakit, Nana lebih penting daripada luka ini, Sat," tolak Aiden mencoba bangkit, namun punggungnya justru terasa sangat nyeri. "Argh!"

Berdecak Satya di situ. "Gue udah bilang tadi, punggung lo bakalan sakit. Gak usah khawatirin Nana lo dulu, Nana aman sama bestie gembrot nya."

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang