38 || Pendakian Pertama Annabella

23 6 16
                                    

Akan aku lakukan segala cara agar bisa bersamamu, menemanimu, membahagiakanmu, dan mendapat cintamu. Bahkan jika pada akhirnya kau lebih dulu kembali pada semesta, aku rela nyawaku hilang hanya demi menemanimu di alam sana
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Sebelum lanjut baca ceritanya, perhatiin ini dulu ya.

Dari chapter 38 ini hingga seterusnya Aiden akan menggunakan panggilan "Nana dan Gaga" jika bersama keluarganya, keluarga Annabella, dan terkadang dengan Satya juga.

Sementara ketika dengan yang lain ia akan menggunakan panggilan "lo-gua".

Dan jika dengan Annabella sendiri, Aiden akan menggunakan "aku-kamu atau Nana dan Gaga."

Oke, semoga bisa dimengerti. Happy reading✨

🍀🍀🍀

Seorang gadis bertubuh gempal tengah duduk dengan resah di sebuah cafe. Ia terus celingukan seolah menanti sesuatu. Tak jarang pun netranya menatap ponsel dan sekitar bergiliran seraya terus menyeruput ice thai tea kesukaannya hingga tandas.

Barulah ketika tiga pemuda datang, wajah Arsy tampak begitu lega. Ya, gadis itu ialah Arsy yang tengah berjanji temu di cafe dengan Satya, Arjun, dan-Aiden.

"Sorry telat," lontar Aiden kemudian duduk di bangku depan Arsy.

Satya duduk di kanan Aiden berjarak dua bangku kosong, atas perintah Aiden seolah akan ada yang menduduki dua bangku kosong itu. Sementara Arjun duduk manis di sebelah Arsy.

"Santai. Gue belum lama-lama amat, sih," balas Arsy.

"Langsung ke topik. Gua punya rencana, tapi gua ragu. Ini harus ada kesepakatan sama si dia juga," cakap Aiden.

"Rencana apa?" Bukan hanya Arsy yang melontarkan pertanyaan, melainkan Arjun dan Satya pun demikian.

"Sebelum gua kasih tahu, lebih baik tunggu dua orang lagi dateng. Paling gak lama lagi." Alih-alih membeberkannya, Aiden justru meminta mereka menunggu. Malas jika nanti ia harus mengulang kalimat yang sama.

"Ya udah, mending kita pesen makan dulu aja. Kalian mau apa, biar gue pesenin." Itu suara Satya yang aslinya perutnya sudah keroncongan. "Gue beef bowl sama cappucino. Kalian apa?"

"Gue vanilla smoothie sama croffle, deh," ucap Arsy usai membaca kembali buku menu.

"Gue samain Arsy," ucap Arjun singkat.

"Gua ice Americano sama croffle. Buat dua orang lagi pesenin french fries dua terus minumnya manggo smoothie satu sama dragon fruit smoothie satu. Duitnya di dompet gua yang lo bawa, bayarin yang lain sekalian." Ucapan Aiden tentu membuat Satya begitu gembira, ia bahkan dengan senyum lebar langsung ngacir dengan langkah bahagia.

Tak lama Satya kembali, mereka pun berbincang topik lain sejenak kecuali Aiden yang sibuk dengan ponselnya. Tampaknya tengah ia tengah sibuk chatting dengan seseorang.

Satya acuh karena ia tahu betul siapa yang membuat Aiden begitu sibuk dengan ponselnya. Sementara Arsy dan Arjun memilih untuk memaklumi siapa tahu memang ada kepentingan, bukan?

Tepat saat pesanan mereka tiba, dua orang yang dinanti pun tiba. Seorang wanita paruh baya dengan senyum khas seorang ibu duduk dengan anggun di bangku kosong di samping Aiden. Sementara seorang pemuda sebaya dengan Aiden duduk tepat di antara Mama Diana dan Satya.

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang