35 || Tunangan Masa Kecil

27 7 23
                                    

Sederhana saja. Bahkan hanya sekadar mendengar kau mengakui diriku di depan teman-temanmu pun sudah membuat hatiku begitu berbunga
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Berbeda dengan Annabella yang digendong entah ke mana oleh Aiden, kini Arsy justru duduk berduaan bersama dengan Arjun di kantin. Menikmati semangkuk mie ayam ditemani segelas es teh, betapa nikmatnya.

Jika ditanya mengapa kedua sejoli justru enak-enakan di kantin alih-alih melanjutkan belajar di kelas, tentu karena kebetulan para guru dan karyawan tengah sibuk rapat. Jadilah kelas free untuk dua jam ke depan. Sungguh berita yang membahagiakan, bukan?

Kembali pada Arsy dan Arjun, pemuda tanpa ekspresi itu tampak masih belum ada tanda-tanda akan membuka suaranya. Justru dengan lahap menyantap mie ayam favoritnya, mengabaikan Arsy yang berstatus sebagai pacarnya. Mau tahu bagaimana keduanya bisa bersama? Hmm, biarlah menjadi rahasia untuk sementara waktu.

"Ekhem, jadi ada apa di antara sahabat gue sama sahabat lo itu?" Arsy mencoba memulai pembicaraan, kesal juga lama-lama.

"Lo-gue?" beo Arjun.

Dahi Arsy berkerut, bingung apa yang dimaksud pemuda di hadapannya ini. "Ha? Apanya?"

Arjun berdecak kemudian menjawab, "kita udah sepakat gak akan pakai lo-gue lagi."

"Oh, ya? Bukannya tadi lo duluan yang pakai lo-gue?" sinis Arsy.

Arjun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "M-maaf. Gue, hm, aku belum terbiasa," cicitnya.

Tawa Arsy pecah hanya karena wajah tegang kekasihnya itu. Iya, Arjun dan Arsy memang berpacaran. Belum lama. Tepatnya ketika Annabella dirawat di rumah sakit karena tragedi penembakan kala itu. Baik Arsy maupun Arjun menjadi semakin dekat dan timbul perasaan cinta di antara keduanya hingga pada akhirnya keduanya pun memilih untuk menjalin kasih.

"Kamu ngetawain aku? Apa yang lucu?" Arjun memasang wajah datarnya seraya menahan kesal. Namun detik berikutnya ia mengacak puncak kepala sang kekasih dengan lembut.

"Jangan digituin! Kerudungku beda sama Annabella, ih. Kerudungku susah diatur. Makin jelek nanti aku." Tangan kanan Arsy menyentak tangan kekar Arjun, ia memanyunkan bibirnya lantaran kesal.

"Memang jelek," kekeh Arjun membuat wajah Arsy semakin masam.

Gadis gembul itu pun menatap tajam Arjun seraya terus menggerutu. Kesal rasanya memiliki pacar seperti Arjun. Tak bisakah memujinya barang sekali saja? Jujur sekali mulut Arjun ini, ingin rasanya ia menggamparnya.

"Pura-pura muji aku dikit gitulah. Masa sama pacar sendiri gak ada romantis-romantisnya. Rasanya pengen jadi Annabella aja, yang diromantisin sama Aiden. Greget aku tuh sama Annabella, tinggal terima Aiden aja apa susahnya?" sindir Arsy, tak lupa ia pun menyindir sahabat kesayangannya itu, Annabella.

Terdengar helaan napas lelah dari Arjun membuat Arsy merasa bersalah. Baru hendak meminta maaf, namun suara lirih Arjun mencegah mulutnya untuk terbuka. "Arsy, maaf. Aku emang gak bisa seromantis Aiden ataupun temen-temenku yang lain. Aku masih ngerasa kaku buat bisa romantis kayak gitu. Kamu cinta petamaku dan baru kali ini aku pacaran. Keluargaku juga orangnya kaku, Arsy. Dari kecil gak diajarin buat seterbuka itu ataupun sehangat itu. Aku terbiasa nyimpen semuanya sendiri. Maaf, kamu jadi gak nyaman sama aku. Tapi aku janji pelan-pelan aku ubah sikapku demi kamu. Tolong bantu aku, ya?"

Mendengar itu hati Arsy terasa berbunga-bunga, namun juga ada perasaan bersalah. Ia sendiri pun tak tahu latar belakang keluarga Arjun. Ia justru selalu mengumpati sikap kaku Arjun dalam hatinya. Air mata Arsy pun luruh membasahi kedua pipi tembamnya.

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang