Jangan lagi terkejut bila seseorang berubah tanpa aba-aba. Karena pada kenyataannya semua orang memang akan berubah, 'kan? Yang dulu begitu gigih berjuang juga akan berhenti. Entah karena letih atau memang apa yang dia ingin sudah terpenuhi
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-🍀🍀🍀
Berubah. Semua terasa begitu berbeda. Insan yang semula menempel padanya kini seolah hilang entah ke mana. Raganya memang selalu ada di sekitarnya, namun seolah ada dinding tak kasat mata yang seolah menyembunyikan sosoknya.Annabella termenung, dalam benak terus bertanya-tanya. Sebenarnya ada apa dengan Aiden? Sudah lima hari lamanya si pemuda jangkung itu tak mengganggunya. Bahkan chat saja tidak, padahal biasanya akan selalu chat meski hanya mengingatkan untuk meminum obat.
"Tunggu, kenapa gue mikirin sikap Aiden? Toh bukannya emang hal lumrah kayak gini terjadi? Semua orang bakalan berubah, 'kan? Yang dulu berjuang juga bakalan berhenti. Entah karena capek atau memang apa yang dia mau terpenuhi. Gue rasa opsi kedua lebih tepat buat Aiden. Itu cowok pasti cuma penasaran sama gue, pas udah terpenuhi auto pergi dia," cerocos Annabella berbicara pada angin malam yang selalu menemani kesendiriannya.
"Tapi kenapa gue ngerasa kehilangan? Apa gue suka Aiden? Dih, gak mungkin! Gak! Gak! Gak boleh terjadi!" kilahnya tak terima seraya menggeleng kuat.
Pandangan Annabella lantas mengarah ke sang dewi malam yang seolah tersenyum padanya. Membuatnya perlahan merasa tenang. Seulas senyum terbit di wajahnya. Detik berikutnya pandangannya meredup, wajahnya pun turut sendu. "Bulan, gue kangen dia. Dia di mana? Gue butuh dia, Bulan. Tolong sampein rasa kangen gue, ya?"
Netra cantik Annabella perlahan terpejam, menikmati semilir angin malam yang sejuk. Sunyi dan tenang. Itulah mengapa ia sangat suka suasana malam. Semua terasa sepi dan damai, hanya saja pikiran yang terus berkecamuk seolah tak kenal kata damai.
Saat netranya terbuka, ia dibuat salah fokus pada bayangan seseorang di luar pagar rumahnya tepat di dekat pohon belimbing. Annabella beranjak, mendekat ke arah tembok balkon kamar seraya memicingkan mata mencoba memfokuskan pandangannya.
Namun, tetap saja ia tak bisa menebak siapa orang itu. Yang ia tahu, orang itu mengenakan pakaian serba hitam lengkap dengan topi hitam pula. Seolah sadar keberadaannya diketahui, orang itu lantas berlari meninggalkan lokasi.
"Eh, kok kabur? Jangan-jangan dia maling!? Gue harus cek ke bawah," cicit Annabella.
Dengan langkah terburu ia menuruni tangga membuat Vano yang juga hendak turun terkejut bukan main. "Heh, mau ke mana? Buru-buru amat, jatuh tahu rasa lo."
Langkah Annabella terhenti tepat di anak tangga terakhir, ia berbalik menghadap sang Kakak yang perlahan turun mendekatinya. "Bang, ada orang aneh di luar tadi. Gue lihatin malah kabur. Gue mau cek."
Baru Annabella hendak melangkah lebih dulu Vano menarik baju belakang sang adik. "Heh, bocil kayak lo gak usah aneh-aneh. Biar gue aja, masuk lagi sana ke kamar," perintahnya.
"Gue ikut, Bang. Kepo tahu," pinta Annabella seraya mengerucutkan bibirnya.
Vano hanya menganggukkan kepalanya usai mencubit bibir sang Adik hingga sang empu menjerit. Keduanya pun lantas ke depan rumah, memastikan apa yang dilihat oleh Annabella sebelumnya.
"Gak ada siapa-siapa. Ngaco lo, Boneka Jepang." Vano menjitak kening Annabella, sedangkan sang empu meringis kesakitan. Padahal hanya pelan.
"Gue beneran lihat, Bang. Tadi di sana," tunjuk Annabella ke arah pohon belimbing di luar pagar rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival is My Boyfriend
Teen Fiction🌻WELCOME TO MY FOURTH STORY^^ 🌻Don't forget for vote and comment, Guys! 🌻If you like my story please follow me! Thank you! 🌻Semoga betah, HAPPY READING YAW! 🥀🥀🥀 Bagaimana jadinya jika rival-mu menyatakan cinta dan terus mengejar dirimu padaha...