12 || Sweet Family

23 9 13
                                    

Yakinkan dan tegaslah terhadap perasaanmu. Jangan sampai kelabilan hatimu justru menciptakan luka terdalam untuk orang yang tulus mencintaimu
-🌻My Rival is Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Annabella membuka manik netra kelamnya perlahan menyesuaikan cahaya mentari yang seolah mendobrak matanya untuk terbuka. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri merasa asing dengan kamar yang tengah ia singgahi. Keningnya berkerut berusaha mengingat kembali apa yang sebelumnya menimpa dirinya.

Keningnya justru semakin berkerut lantaran kini pakaiannya berbeda dari kali terakhir dia berada di jembatan dini hari itu. Mulanya ia mengenakan jaket serta bawahan hitam tanpa alas kaki dan kini ia sudah berbalutkan hoodie hijau mint dengan panjang nyaris menutupi lututnya juga celana pendek hitam setengah paha membuatnya seolah tak mengenakan celana lantaran tertutupi jaket.

Tampak pula kedua kakinya berbalut kain kasa. Ia tampak linglung bagaimana ia bisa berada di ruangan asing dengan dinding berwarna hitam dengan motif tiga dimensi berwarna abu-abu.

Ya, ia ingat sekarang. Sebelumnya ia berupaya mengakhiri hidupnya di jembatan tua yang sunyi akan kendaraan lalu ia justru diselamatkan oleh seorang pemuda misterius yang mungkin saja seumuran dengannya.

Pemuda tersebut menyeretnya kembali ke atas kemudian memberikan pelukan hangat seraya memberikan nasihat padanya sebelum akhirnya ia pingsan di dalam dekapan pemuda tersebut.

"Apa ini kamar cowok itu? Terus pakaian yang gue pakai punya dia? Terus dia yang gantiin gitu? Dih, memalukan. Mama, aset anakmu terumbar. By the way, orangnya di mana, ya? Kok sunyi banget mana kamarnya suram pula tapi nyaman, sih," monolog Annabella.

Ia hendak beranjak dari posisinya lantaran merasa punggungnya sangat sakit. Belum lagi kakinya terasa seolah kebas, menyesal pula dirinya sudah bertindak konyol seperti semalam.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka menampilkan seorang wanita mungkin sudah hampir berkepala empat juga seorang pemuda manis di belakangnya.

Wanita dengan daster batik pun mendekat kemudian duduk di samping Annabella. Tangan lentik itu terulur menyapa surai pendek Annabella penuh akan kasih sayang membuat sang empunya rambut memejamkan matanya menikmati sentuhan wanita tersebut.

"Apa sudah merasa lebih baik? Apa tidur kamu nyenyak? Mau makan dulu? Bunda habis masak loh, enak banget pastinya." Bunda Pancali membumbui Annabella dengan pertanyaan yang ia ajukan.

Annabella berkedip berkali-kali sebelum akhirnya tersenyum penuh arti. Merasa nyaman dengan perhatian yang diberikan oleh wanita paruh baya tersebut. Meskipun ia mendapat perhatian lebih dari Mama Diana, namun tetap saja ia sangat tersentuh dengan perhatian wanita paruh baya di hadapannya.

"Saya udah merasa lebih baik kok, maaf sudah merepotkan. Dan tidak perlu makan dulu tidak apa-apa, saya tidur di sini saja pasti sudah sangat merepotkan," lirih Annabella menunduk. Wajahnya pun sendu masih teringat akan kejadian semalam.

Bunda Pancali tersenyum manis, rupanya gadis di hadapannya ialah tipe gadis yang sangat sopan, pemalu, tak suka merepotkan orang lain, serta tidak enakan pada orang lain.

Dan yang tak kalah penting gadis di hadapannya sangatlah sopan bahkan bicara padanya saja sangat baku mengalahkan siswa-siswinya yang bahkan bicara padanya layaknya teman sebaya.

"Eh, gak perlu ngomong baku gitu. Berasa naik pangkat dari guru SMA jadi dosen Bunda. Panggil aja Bunda Pancali, oke?" gurau Bunda Panchali.

Annabella mengangguk. "Siap, Bunda Pancali. Nama Bunda kayak nama tokoh wayang, ya? Istrinya para Pandawa."

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang