13 || Bermain dan Melampiaskan

24 9 12
                                    

Aku sangat suka hujan. Mau tahu kenapa? Karena hujan dapat menyamarkan air mata dengan derasnya air yang ia turunkan membiarkan seseorang melampiaskan segala rasa letih yang dirasa tanpa diketahui oleh orang lain
-🌻My Rival is my Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Keringat sebesar biji jagung terus meleleh dari pelipis Annabella, tampak kacamatanya mengembun dan sang empunya kacamata pun melepas sejenak kacamata. Bukan untuk membersihkan kacamatanya, ia menyeka keringat dengan sapu tangan yang selalu ada dalam saku seragam yang ia kenakan.

Tampak pula Arsy duduk berselonjor di samping Annabella. Berbeda dengan Annabella yang tampak asyik menyeka keringatnya, Arsy justru memicingkan matanya merasa aneh dengan gelagat seseorang di tepi lapangan tepat di depan kelas sepuluh MIPA 3 memang terletak di pinggir selatan lapangan, sedangkan kelas sebelas di pinggir barat lapangan. Untuk kelas dua belas? Semua berada di lantai atas.

Seorang cowok-Aiden tengah memandangi ke arah Annabella dari depan kelas sepuluh MIPA 3. Sekali lagi Arsy menajamkan penglihatannya, takut-takut bila dirinya hanya salah lihat. Lantaran Aiden dikenal tak pernah sudi menatap gadis sebegitu lekatnya bahkan pada pujaan hati pemuda tersebut sekalipun. Takut dosa katanya.

"Ada drama apa lagi ini?" gumam Arsy yang rupanya didengar oleh Annabella si telinga panjang, begitulah julukan yang diberikan Arsy.

"Drama apaan emang? Mau ada pentas drama? Wah, pasti semua orang antusias lebih lagi di sekolah ini pada suka ngedrama tuh," lontar Annabella lengkap dengan sindiran khasnya.

"Telinga lo sepanjang apa, sih, Bel? Heran gue. Suara sekecil semut aja lo dengar, tapi giliran pas ujian aja sok-sokan tuli. Pengin gue bacok rasanya," geram Arsy.

Annabella hanya menyengir kuda tanpa bersalahnya memamerkan gigi berantakan juga netranya yang segaris lantaran tertawa. "Gue cuma menerapkan sistem kejujuran aja kok. Nanti kalau gue ngasih tahu jawabannya sama lo bisa dosa, dong! Dosa gue udah banyak, jadi gak perlu ditambah lagi."

Arsy hanya memutar malas manik netranya harus sabar menghadapi seonggok manusia jelmaan bidadari, kata Annabella. Arsy menarik lengan Annabella agar mendekat ke arahnya tak ingin teman-teman yang lain mendengar.

"Hei, coba lihat ke arah seberang sana. Itu cowok gue perhatiin lihatin lo terus segitu lekatnya. Gue yakin dia kesemsem sama lo. Lo gak pake susuk, 'kan, Bel?" selidik Arsy bergurau.

Plak!

"Enak aja! Gue mana paham begituan. Gue emang udah cantik dari zaman orok kali!" semprot Annabella.

Sebuah telapak tangan mendarat mulus di jidat lebar Arsy siapa lagi jika bukan Annabella pelakunya. Dengan wajah masam Annabella melipat kedua tangan di depan dada seraya memandang ke arah cowok yang kini tampak kikuk di seberang sana.

Annabella melirik ke kanan dan ke kiri. Tampak teman-temannya sudah berkeliaran ke mana-mana. Maklum, Pak Bagas tidak mengajar dikarenakan ada tugas lain yang harus beliau kerjakan, jadilah siswa-siswi kelas Annabella bermain basket sepuasnya. Ia lantas beranjak meninggalkan Arsy, langkahnya terus melangkah ke arah Aiden lantaran kelasnya bersebelahan dengan kelas Aiden.

Pandangan Annabella justru berfokus pada leher jenjang milik sang pemuda. Sebuah kalung berliontin bintang sabit berwarna hitam dan biru bersinar tampak melingkar indah. Ia mengernyit merasa tidak asing dengan apa yang ia lihat.

Sedetik kemudian ia baru menyadari jika kalung tersebut sama dengan kalung yang tempo hari menolong dirinya kala ia tengah berusaha mengakhiri hidupnya di jembatan.

Yang nyelamatin gue waktu mau lakuin hal bodoh itu Aiden kah? Atau cuma mirip aja? Ah, paling cuma mirip. Kalung kayak gitu mah banyak yang jual, pikir Annabella dalam hatinya.

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang