25 || Emosi dan Kesalahpahaman

20 5 12
                                    

Semua 'kan sia-sia bila takdir sudah berkata. Sejauh apa pun rintangan menghadang, jika memang sudah takdir maka, akan selalu terikat. Bahkan ingatan yang sirna 'kan kembali terungkap menyatukan insan yang terpisah
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Saat Aiden dibantu oleh Satya untuk mengajari seluruh anggota sangga Annabella atau sebut saja Sangga Dewi Sartika untuk tali menali yang nantinya akan digunakan dalam teknik membuat gapura dan semacamnya, tanpa sengaja lengan Aiden dan Annabella bersentuhan hingga-

Klik.

Keduanya menoleh ke arah masing-masing lengan. Tampak liontin bracelet di tangan kanan Annabella dan di tangan kiri Aiden tampak menyatu. Sedetik kemudian keduanya saling pandang sebelum akhirnya Aiden menarik lengannya.

"H-hah? J-jad-"

Belum usai Annabella berkata-kata dengan mimik kagetnya, lebih dulu Aiden melempar tali pramuka di tangan kanannya. Ia menatap Annabella nyalang, wajahnya tampak tak bersahabat.

"Jadi itu lo? Rendahan," sinis Aiden.

"Maksud lo apa, hah!?" Tentulah Annabella tak terima dirinya dikatai begitu saja terlebih oleh orang yang tak ia sukai.

Aiden merogoh saku bajunya, membuka lipatan kertas berwarna biru muda. Netra sipit Annabella terbuka sempurna di sana, terkejut dengan apa yang Aiden tunjukkan tepat di depan wajahnya. Agak jauh sedikit memang, jadi ia masih bisa membacanya.

"Gua pikir ini dari 'dia' makanya gua pakai, tapi ternyata lo? Cih." Aiden menatap nyalang Annabella, ia meremat kertas di tangannya tepat di hadapan Annabella yang kemudian ia lempar mengenai jidat lebar sang gadis.

Annabella meremat kedua tangannya hingga buku-buku kukunya memutih. Arsy sadar akan hal itu, ia hendak menghampiri Annabella akan tetapi Satya menarik lengan kiri seragam pramuka Arsy berupaya mencegah apa yang hendak dilakukan Arsy.

"Biar mereka selesaiin sendiri. Ini bukan urusan lo," lirih Satya tanpa memandang Arsy justru ia tak berpaling dari Aiden dan Annabella. "Gue tahu lo sahabatnya, tapi gak semua hal bisa lo ikut campurin. Ada hal yang cukup lo pantau dari jauh."

Mendengar itu Arsy terdiam. Ia sadar jika dirinya memang tidak sepantasnya untuk ikut campur. Selama Aiden tidak berbuat lebih kasar dari barusan, maka dirinya tak akan ikut andil.

"Tenang. Dia gak bakalan bisa kasar sama Annabella, semarah apa pun. Semua bohong." Sebuah suara tiba-tiba terdengar tepat di belakang telinga Arsy.

Sontak Arsy menoleh, kedua netranya membulat ketika mendapati salah satu sahabat Aiden tengah berdiri di belakangnya. Arjun. Sahabat Aiden yang sayangnya merupakan crush Arsy, hingga saat ini.

Sebenarnya Arsy sempat bingung dengan ucapan Arjun, hanya saja debaran jantungnya membuatnya mengurungkan niat untuk bertanya. Lagipula, keduanya tidak dekat. Interaksi saja baru detik itu.

Lupakan Arsy dengan debaran jantungnya akibat keberadaan dan suara berat Arjun, kembali pada Annabella dan Aiden yang kini rupanya sudah menjadi pusat perhatian. Banyak pasang mata yang menatap keduanya dengan pandangan yang berbeda-beda. Akan tetapi, sepertinya baik Annabella maupun Aiden tampak abai.

"Gak cukup lo buat 'dia' menjauh, sekarang lo caper ke gua kayak gini? Sorry, sampai kapan pun gua gak akan pernah suka sama cewek modelan kayak lo! Cewek penyakitan," sarkas Aiden dengan suara beratnya yang menggelegar hingga semua orang dapat mendengarnya.

Annabella terluka? Sakit? Sudah jelas. Lalu apa yang ia lakukan saat ini? Menangis? Tentu tidak. Jangan harap melihat Annabella menangis terduduk seperti di novel-novel pada umumnya. Jelas tidak, ia masih memiliki harga diri.

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang