Aku memang selalu mengatakan bila diriku baik-baik saja, namun bukan berarti itu tidak menyakitkan, bukan?
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-🍀🍀🍀
Pagi menjelang siang, Annabella tengah duduk dengan mimik serius seraya mendengarkan penjelasan dari Ketua Pramuka yang ada di depan sana. Ya, kini Annabella bersama dengan ketua setiap sanggah dikumpulkan untuk membahas tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama perkemahan terutama untuk hari ini.
Sekitar sepuluh menit kemudian, rapat pun usai. Semua ketua meninggalkan lokasi termasuk Annabella. Baru saja ia hendak melangkah menuju tendanya, lebih dulu tangan kekar menarik dirinya hingga ia tertarik secara paksa. Beruntung ia tidak terjatuh.
"Boleh gue ngomong sama lo? Bentaran doang kok sumpah," pinta pemuda berambut keriting di hadapan Annabella dan dibalas anggukan oleh sang empu.
Di belakang pondok DA terdapat sebuah gazebo yang hanya berjarak beberapa langkah dari pondok DA dengan posisi membelakangi. Dan di situlah keduanya berada. Duduk berdampingan dengan pandangan menatap lurus ke arah langit biru yang begitu cerah.
"Bell, maafin gue," lirih Raffine tanpa menoleh ke arah Annabella.
Ya, pemuda yang membawa Annabella adalah Raffine. Raffine juga menjabat sebagai ketua di sangganya sama seperti Annabella jadi, mudah saja bila keduanya bertemu.
Walaupun jika ada DA yang mengetahui keduanya bertemu seperti itu pasti keduanya akan diberikan hukuman. Beruntunglah jarang ada DA yang datang ataupun hanya sekadar berlalu di sana.
Sedangkan Annabella kini beralih menatap Raffine dengan pandangan penuh tanya. "Kenapa minta maaf ke gue? Emang lo punya salah ke gue? Gue rasa, sih, enggak, deh."
"Jangan pura-pura, Bell. Gue tahu perasaan lo. Lo suka gue, 'kan?" Kini Raffine menatap wajah Annabella, menyelami kedua manik sang gadis yang terbelalak.
Ia lantas terkekeh sebelum kembali berucap, "selama ini gue tahu, Bell. Lo punya perasaan lebih ke gue, gue tahu. Gue bahkan tahu lo patah hati waktu gue jadian sama Shenna tepat di hadapan lo dan bahkan tepat di hari ulang tahun lo."
"Maafin gue, Bell. Gue sengaja lakuin itu. Gue sengaja jadian di hadapan lo dan gue milih tepat di hari ulang tahun lo. Gue gak bisa balas perasaan lo karena di hati gue cuma ada Shenna. Gue mau lo lupain gue meskipun lo harus benci sama gue. Maafin gue, Bell. Maafin gue. Gue cuma mau lo bahagia, gue cuma mau lo move on dan hidup sama cowok yang bisa nerima lo, Bell. Bukan sama gue yang jelas-jelas cuma bisa suka sama Shenna," imbuhnya.
Bagaimana respon Annabella? Tentulah dirinya terkejut bukan main. Apakah dirinya terlalu telihat menyukai Raffine hingga sang empunya mengetahui akan hal tersebut?
Dan yang lebih membuatnya terkejut adalah alasan mengapa Raffine memilih untuk menyatakan cinta pada Shenna tepat di hadapannya dan di hari ulang tahunnya.
Jujur saja sebenarnya perasaannya pada Raffine masih ada hingga saat ini walaupun tentu saja sudah berangsur-angsur berkurang. Bagaimana pun juga dirinya tidak boleh berlarut-larut dalam kesedihan, bukan? Lagipula laki-laki bukan hanya Raffine saja di dunia ini, jadi untuk apa dirinya memaksakan takdir? Sia-sia saja.
Seulas senyuman tercipta di bibir pucat Annabella, ia menepuk pundak Raffine. "Makasih udah jujur sama gue. Dan maafin gue juga yang justru dengan lancang suka sama lo. Tapi lo tenang aja, perasaan gue udah perlahan hilang kok. Dan rasa patah hati yang gue rasa kemarin bukan apa-apa bagi gue. Malahan gue sekarang baik-baik aja kok. Jadi, lo gak usah khawatir. Yang penting lo harus bahagia sama hubungan kalian. Lihat lo seneng kayak gitu, gue juga seneng kok. Semoga lo langgeng terus sama Shenna, Fin."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival is My Boyfriend
Teen Fiction🌻WELCOME TO MY FOURTH STORY^^ 🌻Don't forget for vote and comment, Guys! 🌻If you like my story please follow me! Thank you! 🌻Semoga betah, HAPPY READING YAW! 🥀🥀🥀 Bagaimana jadinya jika rival-mu menyatakan cinta dan terus mengejar dirimu padaha...