Kebahagiaan yang didapat dari dunia fiksi hanyalah semu. Sebab, siap tidak siap kamu akan dituntut untuk bisa menghadapi rumitnya kehidupan nyata. Biarpun begitu, setidaknya dunia fiksi mengajarkanmu bagaimana cara 'tuk menghadapi masalah yang ada
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-🍀🍀🍀
Di Selasa sore, angin berembus menerpa wajah penghuni Bumi, menggoyangkan helaian rambut juga daun-daun yang masih setia melekat pada dahan pohon seraya menghasilkan oksigen untuk makhluk hidup, juga menerbangkan dedaunan yang telah lepas dari tangkainya.
Siluet langit senja menambah keindahan langit sore itu. Menjadikan seolah surga bagi penikmatnya, meskipun hadirnya hanya sementara waktu.
Tampak begitu banyak pasang mata yang tengah asyik menatap sang senja seraya mengabadikannya dalam bentuk sebuah foto, video, lukisan, atau bahkan hanya sekadar sebagai pengamat saja, mengabadikannya dalam memori otak. Sama halnya dengan apa yang tengah dilakukan Annabella saat ini.
Duduk seorang diri di atas jembatan, memandang matahari yang kian condong ke barat siap menghilangkan dirinya digantikan oleh sang dewi malam. Angin berembus pelan menerpa tubuhnya, membuat jilbab hitam dan rok plisket light grey miliknya seolah tengah menari dibuatnya.
Tangan mungilnya asyik mengabadikan langit senja dengan ponsel 'tuk nanti ia unggahnya ke akun sosial media. Sudah tidak heran jika akun sosial medianya dipenuhi oleh langit terlebih lagi langit senja seperti nama terakhirnya. Ya, katakanlah ia maniac senja.
Ia mengantongi ponsel, memejamkan mata seraya mengayunkan bebas kakinya. Angin sore membuatnya semakin terlena, tubuhnya terasa begitu rileks hingga ia mampu melupakan beban apa yang tengah ia rasakan.
"Sendirian aja, Bocil? Kasihan jomblo." Sebuah suara berat khas seorang pemuda tiba-tiba muncul bagaikan hantu, mengejutkan gadis berbalutkan hoodie senada dengan warna rok plisketnya.
Sontak ia membuka netranya, menoleh kemudian mendongak ke kanan tepat ke sumber suara. Tampak seorang pemuda berjaket hijau army bersandar pada tiang jembatan. Kedua tangannya disilangkan di depan dada. Tampak begitu angkuhnya ditambah pula oleh wajahnya yang datar.
Annabella memandang jengah pemuda yang berdiri tak jauh darinya, ia berdecih pelan. "Dih, lo lagi lo lagi. Kenapa di mana pun gue berada selalu ada lo, sih?! Atau jangan-jangan lo nguntitin gue, ya!?" selidiknya.
Mendengar itu si pemuda berjaket hijau army pun mendelik tak terima. "Apa lo bilang? Gua? Nguntitin lo? Sorry, gua gak ada waktu buat nguntit orang gak penting kayak lo," sambarnya pedas.
"Dih, sok sibuk," decak Annabella. "By the way, ngapain ke sini? Jalan kaki lagi, biasa juga motoran terus ganti-ganti cewek kayak tukang ojek."
"Apa? Cemburu?" sosor sang pemuda yang kini perlahan duduk di samping Annabella turut menikmati senja.
Jika dilihat dari sudut pandang orang lain keduanya tampak seperti sepasang kekasih yang tengah menikmati senja berdua. Nyatanya? Justru bagaikan kucing dengan anjing. Tak pernah keduanya akur, semakin hari justru semakin panas saja.
"Cemburu lo kata? Ngapain juga cemburu sama kembaran mimi peri, gak guna banget. Mending juga cemburu sama bias dan tokoh fiksi gue." Annabella memandang lurus ke depan tepat di mana sang surya hendak menenggelamkan dirinya.
"Fiksi, ya? Apa sebahagia itu jatuh cinta sama fiksi?" tanya Aiden. "Mereka gak nyata."
Annabella menoleh menatap wajah Aiden yang bagi orang lain tampak memukau ditambah rambutnya berterbangan ke belakang tertiup angin. Sayang, di matanya dibutakan oleh sang bias dan tokoh fiksinya tanpa menyisakan sedikit kekaguman pun pada cowok sepantarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival is My Boyfriend
Teen Fiction🌻WELCOME TO MY FOURTH STORY^^ 🌻Don't forget for vote and comment, Guys! 🌻If you like my story please follow me! Thank you! 🌻Semoga betah, HAPPY READING YAW! 🥀🥀🥀 Bagaimana jadinya jika rival-mu menyatakan cinta dan terus mengejar dirimu padaha...