Jangan pernah merasa dirimu tak berguna. Tuhan tak pernah menciptakan sesuatu untuk menjadi tak berguna. Kamu berharga, semangatlah untuk terus berjuang hingga kebahagiaanmu tergapai
-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-🍀🍀🍀
Terdengar gemericik hujan di malam itu. Bau tanah basah pun menyeruak di indera penciuman. Jelas suasana yang sangat nikmat untuk menyelam di alam mimpi, bergulung dalam selimut tebal.
Namun tidak dengan Annabella. Seorang gadis cantik berkacamata bulat rose gold yang kini duduk memandang sang dewi malam bersembunyi di balik awan mendung.
Netra kelamnya pun turut meruntuhkan lelehan air matanya membasahi pipi gembul bak sebuah bakpao. Cairan bening terus saja terjun dari netra kelamnya, seolah tak ingin surut sama sekali.
Dalam benaknya timbul semua hal yang membebaninya selama ini. Sungguh, dirinya merasa sangat letih. Ingin rasanya ia mengakhiri hidupnya dengan sebuah benda panjang di hadapannya, hanya saja ia merasa malu dengan orang di luar sana yang berjuang tetap hidup dengan ratusan obat-obatan yang dikonsumsi setiap harinya.
Netranya beralih menatap sebuah pisau tajam tergeletak di atas meja di hadapannya. Ia memandang kosong pada benda terbuat dari besi stainless steel. Entahlah, pikirannya sudah berkelana ke mana-mana meninggalkan tubuhnya yang bergeming.
Tangan mungilnya otomatis meraih pisau di atas meja lantaran sedari tadi benda logam itu seolah melambai-lambai padanya. Tidak. Ia tidak boleh terhasut bisikan setan untuk mengakhiri hidupnya dengan cara konyol.
Lebih baik ia meninggal karena kecelakaan atau tenggelam daripada dirinya meninggal dengan cara menyayat lengan putihnya. Toh, lengannya bukanlah pohon karet yang biasa disayat, bukan?
Ia membanting kasar pisau tersebut kembali ke atas meja kemudian beranjak memasuki kamarnya kembali. Tangan kanannya menyambar hoodie hitam polos oversize nyaris mencapai lututnya. Kaki jenjangnya pun sudah tertutup oleh celana panjang kulot hitam polos. Surai pendek sebahu pun sudah berbalutkan tudung hoodie oversize miliknya.
Tak lupa ia meraih benda pipih yang berakhir di dalam tas slempang anti air berwarna senada dengan pakaian yang ia kenakan. Setelah siap, ia menutup pintu kamarnya dan perlahan menuruni anak tangga tak ingin diketahui oleh sang Ibu Negara atau katakanlah Mama tercinta juga Ayah Negara yang terlelap bersama dengan sang Mama.
"Fyuh ... lega. Gue pikir Mama bakalan tahu. Mama, anak Mama yang imut ini mau pergi sebentar, ya? Cuma healing sebentar aja habis itu balik lagi kok. InsyaAllah, sih. Assalamu'alaikum, Mama cantik," gumam Annabella tentu sang Mama tak akan mendengarnya.
Ceklek.
Terdengar suara knop pintu terbuka. Tidak. Bukan Annabella pelakunya. Sontak saja tubuh Annabella menegang, ia dengan cepat bersembunyi di bawah tangga berharap ia tak ketahuan oleh sang Kakak. Ya, seseorang yang tengah membuka pintu depan ialah Vano, kakak kandungnya.
Duh, gue lupa kalau jam segini Abang baru pulang. Seharusnya gue tunda dulu setengah jam. Gimana, nih? Kalau sampai Abang lihat bisa-bisa kena marah Mama sama Papa, keluhnya dalam hati.
Brak!
Bruk!
Dagh!
Terdengar beberapa kali suara benda terjatuh hingga membuat Annabella terperanjat hingga kepalanya teratuk kerasnya dinding bawah tangga. Dari kekacauan yang terjadi dapat ia simpulkan sang Kakak tengah mabuk saat ini.
Entahlah apa yang membuat sang Kakak gemar dengan minum-minuman tersebut seolah di dunia ini tidak ada minuman selain minuman keras. Padahal nyatanya terdapat begitu banyak minuman yang jauh lebih enak dan tentu saja lebih sehat dibandingkan dengan minuman yang dikonsumsi Vano.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rival is My Boyfriend
Teen Fiction🌻WELCOME TO MY FOURTH STORY^^ 🌻Don't forget for vote and comment, Guys! 🌻If you like my story please follow me! Thank you! 🌻Semoga betah, HAPPY READING YAW! 🥀🥀🥀 Bagaimana jadinya jika rival-mu menyatakan cinta dan terus mengejar dirimu padaha...