37 || Penuh Rahasia

11 6 6
                                    

Lantas bagaimana aku tak letih jika dalam satu langkah saja diriku penuh akan ancaman? Bahkan sekadar bernapas pun aku tak kuasa
-🌻My Rival is my Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Dua gadis remaja tampak asyik bersenda gurau di ruang keluarga. Terdengar pula suara televisi yang menyiarkan berita, namun tidak diperhatikan oleh keduanya. Justru televisi yang menonton kedua remaja bawel itu, siapa lagi jika bukan Annabella dan Arsy.

Sesuai janji, Annabella pun menginap di rumah Arsy. Jarum jam pendek pada jam dinding pun menunjukkan angka sembilan, sementara jarum panjangnya sudah menunjukkan angka enam. Itu tandanya sudah pukul setengah sepuluh malam.

Jika saja kedua orang tua Arsy ada di rumah sudah tentu keduanya akan diomeli. Ya, kedua orang tua Arsy tengah menginap di rumah nenek Arsy bersama dengan kakak dan adik Arsy.

Mungkin di antara kalian merasa aneh mengapa Arsy justru tidak ikut, 'kan? Ya, bagi Arsy hal itu justru menguras energinya. Ia bukan anak seperti kakak dan adiknya yang pandai sehingga begitu dibanggakan oleh orang tua dan keluarga besarnya. Ia selalu dipandang rendah dan kerap dianggap seolah tak ada. Tentu ia sakit hati karenanya akan lebih baik ia tidak datang sekalian, 'kan?

"By the way, lo tadi dari mana? Kok ada Aiden segala?" Penasaran Arsy di situ.

Sontak tawa Annabella terhenti mendengar pertanyaan tiba-tiba dari sahabatnya. "Gak tahu. Anak nyasar dia."

"Halah, gak usah bohong. Bilang aja kalau kalian udah baikan. Gak usah malu-malu, gue justru bahagia loh. Ntar gue koar-koar di akun base sekolah," celoteh Arsy.

"Gue baikan sama itu orang satu? DIH, OGAH!" Merinding Annabella di situ, membayangkan dirinya berpacaran dengan Aiden.

"Sok-sokan merinding. Tadi aja pelukan di depan rumah gue, mana kayak gak mau lepas lagi. Kelakuan siapa tuh?" sindir Arsy.

Tak sampai lima detik, sebuah pukulan pun mendarat di lengan kanan Arsy. Tentu, Annabella pelakunya. "Heh, coba lo pikir. Dia bawa motor kayak ngajak gue mati, ya, gimana gue gak meluk dia sekenceng itu coba? Langsung spam ayat-ayat Al-Quran gue di sepanjang jalan."

"Iyain aja. Padahal kalau emang modus juga gak pa-pa. Toh modus sama jodoh sendiri, tuh, boleh-boleh aja." Berupaya keras Arsy di situ untuk mencoba menggoda sahabatnya ini. "Lagian sampai detik ini lo kenapa, sih, masih gak nerima Aiden? Spek pangeran itu."

"Pangeran pala lo! Dan udahlah, ya, berhenti bahas Aiden. Ini gue nginep di rumah lo juga mau healing loh. Minimal kita maraton drakor gitu," kilah Annabella.

Meski enggan Arsy pun mengambil laptop di atas meja belajar. "Download drakornya dulu. Gue gak ada stok drakor, nih."

Annabella raih laptop milik Arsy, usai hidup ia cari drama yang sudah ia incar. Sembari jemarinya terus menari di atas laptop milik sahabatnya, Annabella pun kembali membalas, "gimana mau punya stok orang setiap hari aja sibuk jalan sama ayang?"

Tersedak Arsy mendengarnya. Baru saja ia menyeruput es teh. Perih pula lantaran minumannya keluar melalui hidung. Terbayang perihnya, 'kan?

"A-apa, sih? Enggak kok," kilah Arsy menyembunyikan rona malu.

"Minimal kalau mau nge-date tapi gak ketahuan ya jangan lewat depan rumah gue. Bosen setiap sore pemandangannya kalian mulu, untung gak gue guyur air kalian," cerocos Annabella.

Menyengirlah Arsy di situ seperti orang bodoh. "Ya maaf. Lagian depan rumah lo, tuh, akses terdekat buat jalan-jalan ke taman kota. Iri karena gak ada yang bawa lo jalan-jalan, ya? Oh, bukannya lo sering jalan sama jodoh, nih?"

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang