23 || Issues and Insults

35 5 8
                                    

Luapkanlah segala emosimu. Menangislah sekencang yang kamu bisa jika itu diperlukan. Ingat, jangan sisakan rasa kesal dari masa lalu sekecil apa pun itu agar tiada lagi bayang-bayang kelam yang menghalangi ketika kau bangkit untuk raih cerahnya masa depan

-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

_🍀_

Jika kamu memang tidak bisa memberi warna dalam kehidupan seseorang, maka jangan sekali-kali kamu memudarkan warna aslinya
-🌻by Someone🌻-

🍀🍀🍀

Isak tangis memenuhi ruangan VVIP, tempat di mana Annabella dirawat. Sedangkan pemuda tampan yang tak lain ialah Aiden mengusap punggung sang gadis tanpa memeluknya walaupun dalam lubuk hati teringin ia merengkuh gadis rapuh di hadapannya.

"Ceritain semua, luapin semua. Jangan lo tahan, jangan sisain rasa sesak atau pun luka dari masa lalu biar lo bisa hidup damai di masa sekarang atau pun masa yang akan datang," papar Aiden mencoba menghibur Annabella seraya menyodorkan minuman.

Ya, meskipun dirinya kerap kali berdebat dengan gadis yang ia cap sebagai gadis paling menyebalkan yang ia temui, namun ia juga tak tega untuk membiarkan sang gadis pucat layaknya arwah gentayangan di hadapannya menahan luka terlalu lama.

Sedangkan sang gadis terus melanjutkan ceritanya usai meneguk segelas air putih yang disodorkan Aiden, mengorek masa lalu dirinya dengan Jay. Musuh bebuyutan Aiden.

Dimulai dari pertemuannya dengan Jay, tumbuh sebuah perasaan di antara keduanya, hingga di mana Jay menghianati Annabella membuat Annabella merasakan trauma kecil. Aiden terus mengangguk seraya sesekali tangannya terkepal menahan emosi yang entah mengapa ingin ia luapkan pada Jay.

Kenapa gua semarah ini? Chelselia dulu cerita diselingkuhin mantannya tapi kenapa reaksi gua beda? raung Aiden dalam benaknya.

Sebuah pelukan dirasakan secara tiba-tiba oleh Aiden. Beruntung ia tidak terjungkal ke belakang karena mendapat pelukan tiba-tiba dari Annabella. Dengan lembut Aiden membalasnya, mengusap punggung Annabella penuh kasih. Ia merelakan t-shirt dark grey bergambar tengkorak yang ia kenakan yang kini sedikit basah karena air mata Annabella.

Tanpa berlama-lama Aiden lantas membalas dekapan sang gadis, membiarkan tangis Annabella tumpah hari ini. Kalimat demi kalimat penenang terus keluar dari bilah bibirnya membuat tangis Annabella semakin deras sebelum akhirnya tubuh Annabella lemas, isak tangisnya pun tak lagi terdengar.

Meskipun demikian, Aiden tiada hentinya membelai kepala Annabella yang terbungkus jilbab hitam sedikit acak-acakan. Saat manik netra Annabella hendak terpejam akibat kantuk seusai menangis ditambah elusan dari Aiden, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu membuat atensi keduanya beralih ke pintu.

Tampak seorang pemuda menutup kembali pintu kemudian menyeret tungkainya mendekati Annabella dan Aiden yang masih saling berpelukan. Annabella yang masih nyaman dengan posisi itu pun enggan untuk melepaskan dekapannya dengan Aiden membuat pemuda yang datang menghampirinya menahan kesal dalam hati.

Harusnya gue yang ada di posisi itu, Bel, bukan Aiden, batin Dava.

Ya, pemuda yang datang tak lain ialah Dava. Pemuda yang mengungkapkan perasaannya pada Annabella kala itu dengan sedikit paksaan dan beruntunglah ada Aiden yang datang menyelamatkan Annabella. Masih ingat, bukan?

"Dava? Ngapain k-ke sini?" tanya Annabella nadanya tampak tak suka akan kehadiran Dava dan nyatanya pun memang begitu.

Dava mengangkat senyum manis meskipun rasa cemburu semakin bergejolak dalam hatinya menyaksikan sang pujaan hatinya justru semakin menyamankan diri dalam dekapan pemuda lain. Ia meletakkan plastik hitam yang sedari tadi ada dalam genggaman tangan kanan di atas meja samping brankar rumah sakit.

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang