03 || Curious

59 10 24
                                    

Sama halnya senja, tampak begitu memesona. Namun, ia akan menghilang bila malam tiba dan diri ini pun tak mampu menjamin akankah esok hari mampu menikmati senja kembali lantaran awan mendung bisa datang kapan saja menyembunyikan keindahan diri sang senja

-🌻My Rival is My Boyfriend🌻-

🍀🍀🍀

Senja datang membawakan keindahan bagi pengagumnya, memamerkan cahaya oranye meski sedikit tertutup dengan rintikan hujan yang turun perlahan menyirami hijaunya tanaman segar di Kota Pelajar. Harum tanah basah menyeruak indera penciuman menjadikan candu tersendiri bagi orang yang menyukainya, seperti Annabella salah satunya.

Gadis yang kini memandangi langit sore di teras rumah kecilnya, menikmati udara basah di sore itu. Tampaknya sudah menjadi kebiasaan tersendiri baginya untuk sekadar berdiri di teras atas memandangi senja yang juga merupakan nama akhirnya.

Annabella Rain Senja, nama yang memiliki arti gadis yang menyenangkan dan menarik hati yang lahir ketika hujan di sore hari. Sengaja sang Mama memberinya nama Annabella Rain Senja alih-alih menggunakan marga lantaran keluarganya memang tak lagi menggunakan marga di akhir nama.

Dan sudah tak heran bila gadis dengan rambut sepundak itu banyak disukai oleh kebanyakan orang terutama kaum adam. Wajahnya memang tidak begitu cantik, namun jiwa periangnya seolah mampu menghipnotis siapa pun untuk menyukai dirinya. Tetapi tentu saja ada begitu banyak orang yang tak menyukai dirinya bahkan pernah dirinya mendapatkan bully-an ketika duduk di bangku kelas lima Sekolah Dasar.

Annabella masih asyik memandang indahnya senja seperti dua kata terakhir dalam namanya. Menikmati ukiran awan yang tampak menghiasi langit berwarna jingga. "Ngeliat senja kayak gini ngebuat gue ingat sama Raffine. Dia sama kayak senja, sangat elok sampai-sampai banyak yang kagum sama dia. Bahkan kehadiran dia sangat dinantikan kebanyakan cewek, tapi-" Ia tampak menjeda sejenak ucapannya.

Netra sang gadis memandang lekat pada ufuk barat di mana sang bagaskara mulai perlahan menenggelamkan dirinya. "Kalau memang dia sama kayak senja apakah berarti kehadirannya hanya sejenak? Entah mengapa hati ini merasa akan kehilangan sesuatu, akankah gue bakal kehilangan dia? Walaupun gue tahu gue bukan siapa-siapa dia dan gue cuma salah satu teman cerita sekaligus-"

"Umpannya," sambungnya dengan pancaran meredup.

Puas melepas rasa kagumnya pada sang senja ia pun memutuskan untuk kembali ke kamarnya lantaran udara mulai terasa dingin walaupun senja masih memamerkan keelokannya sekaligus berupaya bermanja ria memeluk bantal apek yang menjadi kesayangannya sejak balita.

Tampak ia bergulung-gulung seraya tersenyum memeluk bantal kotak lusuh yang seharusnya merah muda kini menjadi tak lagi berwarna, entah berapa banyak air liurnya yang terserap pada bantal lusuhnya.

Tampaknya ia tengah menghalukan sesuatu dalam benaknya membuatnya enggan untuk kembali ke dunia nyata. Bahkan puluhan notifikasi ponsel ia acuhkan seolah tiada bunyi apa pun di kamarnya, padahal kenyataannya hampir setiap detiknya selalu terdengar bunyi notifikasi dari benda pipih milik sang gadis.

Ding ... dong!

Ding ... dong!

Ding ... dong!

Ding ... dong!

Ding ... dong!

Terdengar puluhan notifikasi dari ponsel Annabella. Sang pemilik ponsel masih enggan beranjak bahkan menoleh saja tidak, padahal ponselnya terus saja memunculkan notifikasi yang berbeda entah siapa saja yang mengiriminya pesan. Hingga terdengar sebuah notifikasi yang mau tak mau dirinya harus membukanya jika tidak sudah jelas telinganya akan terlepas dari tempatnya.

My Rival is My BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang