四十四:「隼人の意志」 (Hayato's Will)

118 19 12
                                    

"Apakah Eiji-san bisa menyambungkan saya dengan Aizen. Ada yang ingin saya bicarakan padanya."

Di tengah malam, Chizuru menghubungi Yoshirogawa Eiji yang agaknya tengah bersiap menuju alam mimpi. Sebelumnya perempuan berambut abu itu mengucapkan maaf berkali-kali karena telah menganggu Yoshirogawa Eiji. Apalagi Yoshirogawa Akira yang tengah mengandung butuh banyak istirahat, jika ia menelepon di tengah malam, pasti menganggu jam istirahat perempuan tersebut. Akan tetapi, Chizuru tak memiliki kesempatan jika besok pagi menghubungi Yoshirogawa Eiji, sebab saudara laki-lakinya akan berada di sekitarnya dan selalu mengikut seperti parasit. Hanya ketika malam hari saja Chizuru memiliki waktu untuk sendiri.

Tak butuh waktu lama, telepon pun tersambung ke Sano Aizen. Bila Chizuru menebak, pastilah pria itu belum tidur karena sedang membaca buku atau sedang melakukan kegiatan apapun untuk menunggu rasa kantuknya tiba. Jelas Chizuru tak menganggu waktu suaminya tersebut.

"Saya telah menyambungkan teleponnya ke Sano-san, Chizuru-san," ucap Yoshirogawa Eiji memberikan tanda.

"Selamat malam, Chizuru." Suara Aizen terdengar dari sambungan telepon. Suaranya yang lembut menyapa gendang telinga Chizuru seperti lagu pengantar tidur.

"Aizen kau belum tidur?" Chizuru sangat serius ketika ia mengatakan bahwa Aizen dan dirinya tidak perlu menggunakan kalimat formal.

"Ya, aku sedang membaca buku." Benar tebakan perempuan berambut abu tersebut.

"Surat itu ... kau yang menuliskannya, bukan?" Si perempuan tanpa berminat basa-basi langsung menuju pada inti pertanyaan. Chizuru harus menggunakan waktunya sebaik-baiknya karena merasa tidak enak pada keluarga Yoshirogawa yang harus menunda waktu istirahat demi dirinya.

"Ah? Apakah lelaki muda itu sudah kembali? Senang mendengarnya." Aizen membalas pertanyaan Chizuru tanpa menjawab dia lah sang pengirim surat. Hal ini telah menegaskan bila memang Aizen lah sang penulis.

"Lelaki muda? Siapa?" Ternyata Yoshirogawa Eiji masih ikut mendengar pembicaraan keduanya.

"Sasaki Ken, anggota Hakatsuru yang tertangkap pada operasi kemarin."

"Tunggu? Apa maksudnya?" Pemimpin Ryukankei itu bertanya penasaran.

Dengan senyuman mengembang yang meski tak terlihat oleh orang-orang di balik sambungan telepon, Chizuru menjawab riang, "Aizen membebaskannya, sama seperti anda membebaskan Ishikawa Naohiro."

"Wah? Benarkah?" balas Eiji tak kalah terkejut. "Mengapa tak membicarakan mengenai rencana tersebut?" tanyanya.

Terdengar kekehan kecil Aizen. "Maafkan saya. Jika saya turut serta dalam pembobolan penjara yang Yoshirogawa-san lakukan, saya takut jika nantinya akan merusak rencana yang Yoshirogawa-san dan Ryukankei buat untuk membebaskan Ishikawa Naohiro. Oleh sebab itu, saya membuat rencana sendiri bersama orang-orang saya di kepolisian Saitama. Kami menjalankan rencana tersebut setelah Ishikawa berhasil keluar dari penjara supaya tak menghancurkan rencana yang anda buat."

"Wah ... saya merasa sangat dihormati," balas Yoshirogawa Eiji. "Jadi, apa ini artinya anda telah memberitahukan kepada Kawaragi dan klan Sano mengenai kerja sama di antara kita bertiga?"

"Tidak, saya masih merahasiakannya. Saya merencanakan ini seorang diri bersama beberapa orang kepercayaan saya di kepolisian, tidak bersama para petinggi Kawaragi."

Terdengar suara Yoshirogawa Eiji yang tengah ber-oh ria dari balik sana selama beberapa detik. Kemudian terjadi keheningan selama beberapa waktu di sambungan telepon tersebut sebab tidak ada yang berbicara. Namun, Murayama Chizuru memecahkan kesunyian tersebut dengan tiga kata.

"Aizen, terima kasih."

Lalu suara kekehan Aizen terdengar lagi. "Tidak perlu berterima kasih," balasnya.

Piercing MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang