Asing...

235 21 0
                                    

Suasana pagi di apartmen lian...

Kini lian dan ana sedang sarapan bersama, namun hanya suara dentingan sendok saling beradu yang terdengar. Setelah semalam suasana yg hangat mulai terjadi namun berbeda dengan pagi ini. Mereka berdua benar2 diam dan tidak ada yang membuka pembicaraan, sampai lian pamit ke kampus.

Setelah  lian pergi, ana pun mulai membersihkan seluruh apartmen lian mulai dari mengepel, menyapu, bersih2, dan lainnya. Hingga saat siang tiba dia sudah selesai beres2 dan mandi, dan kini ia hanya tinggal berbelanja bahan untuk mengisi kulkas.

Tadi malam lian bilang akan berusaha agar dapat menemani ana belanja keperluan mereka. Namun hingga jam 15.00, lian tdk mengabari ana sama sekali bahkan untuk sekedar mengatakan tidak jadi.

Ana menghembuskan nafasnya pelan, dia lelah dan ingin di temani tapi apa boleh buat. Akhirnya dia memutuskan untuk belanja sendiri. Selesai berbelanja ana langsung pulang, dia membersihkan diri mengganti pakaian dan mulai mengatur hasil belanjaannya di kulkas dan setelahnya memasak.

Setelah melaksanakan kewajiban sholat magribnya ana sedang bersantai diruang tengah sambil menonton tv. Tiba2 lian pulang dengan mungucapkan salam.

Lian duduk di salah satu kursi yang berjarak dengan ana.

"Makan dulu aku udh masak. Walaupun tidak ada yang berubah setelah kita menikah setidaknya memasak itu tetap harus aku lakukan kan?" Ucap ana tiba2, "atau kalo kamu gamau makan masakan aku juga gapapa si" sambungnya sambil tersenyum tipis.

"Aku makan bentar lagi, mau bersih" dulu. Kamu makan duluan aja" jawab lian.

Perihhh dada ana sedikit terasa perih, kenapa dia merasa mereka berjarak seperti menjadi asing. Hanya karna tadi pagi setelah melaksanakan sholat subuh ana mempertanyakan hal yg dikatakan lian sebelum mereka menikah bahwa "setelah menikah nanti tidak ada yang berubah, mereka hanya akan tetap menjadi teman satu sircle yang tinggal serumah" Lian langsung diam dan tak menjawab apapun sebelum akhirnya hanya mengatakan "Oke".  Maka beginilah lian skrg menjaga jarak, dan lebih banyak diam.

Ana makan malam sendirian, ia kesal dan mempertahankan egonya, hingga memilih lebih baik makan sendirian dan terserah lian mau makan apa tidak. Malam ini ana dan lian sama2 sedang merasa kesal, mereka tidur sambil saling membelakangi, mereka tidak bisa mengungkapkan apa yg mereka inginkan sehingga lebih memilih mempertahankan ego masing2.

***

Pagi harinya...

Lian dan ana harus ke kampus karna ada janji dengan dosennya dan lagi2 mereka berangkat masing". Ternyata keterdiaman mereka masih berlanjut bahkan mereka tidak sarapan bersama di apartmen.

Setelah bimbingan ana memilih langsung pulang, moodnya sudah terlanjur hancur mengingat sikap lian, dan ditambah lagi dosen pembimbingnya memberikan banyak sekali revisian, ana rasanya ingin sekali langsung menangis namun ia tahan. Ia kemudian memesan grab mobil dan langsung pulang.

Dari kejauhan tadi sebenarnya lian melihat ana keluar dari ruangan dosennya dengan muka yang sedih dan seperti ingin menangis, lian tau itu tapi dia memilih tidak menghampiri ana. Ia teringat kembali tentang perkataan ana kemarin subuh. Jujur saja ia kecewa, memang benar itu ia yang katakan saat mereka belum menikah, namun setelah mengucapkan janji suci dan mereka telah sah menjadi suami istri, lian benar2 sudah ikhlas dan ingin mencoba membangun rumah tangga yang harmonis.

Dan disinilah lian sekarang sedang duduk di salah satu cafe ditemani oleh sahabatnya aro. Lian menceritakan permasalahannya kepada aro.

Head Over HeelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang