Haruskah?

226 15 0
                                    

Sebulan berlalu....

Lian dan keluarganya sedang menikmati sarapan pagi bersama, dan hari ini kakak lian yang bernama reza sudah kembali dari luar negeri dan ikut bergabung sarapan pagi bersama. Namun, tiba2 ayah lian membuka suara...

"Li, ayah mau kenalin kamu sama anak temennya ayah. Sebenernya ini janji ayah dengan teman ayah bahwa kami akan menjodohkan anak kami ketika dewasa nanti, dan ayah punya dua anak lelaki tapi anak pertama ayah sudah lebih dulu memiliki kekasih tanpa sepengetahuan ayah. Jadi mungkin memang kamu takdir berjodoh dengan anak teman ayah li." Lian sedikit terkejut, dan reza hanya menampakkan deretan gigi rapinya setelah mendengar apa yang ayah nya katakan.

"Iya li, ibu juga setuju. Lagian kalaupun kamu belum selesai kuliah tapi kan tinggal nunggu nyelesaiin skripsi doang dan kamu juga bisa sambil mulai magang di kantornya ayah, kan nanti kamu juga yang bakal lanjutin sama reza". Ibu yanti ikut menimpali. Lian diam saja tidak protes dan tidak menjawab iya, dia hanya sedang mencoba berbakti kepada orang tuanya dan memilih diam saja.

***

Disisi lain, dirumah ana suasananya sangat ribut dengan suara ana yang sedang protes setelah mendengar permintaan papanya untuk dijodohkan dengan anak teman papanya.

"Pa ana masi muda banget, terus belum selesai kuliah juga. Gimana nasib masa depan ana pa? Gimana sama semua rencana yang udh ana buat? Bakalan hancur dong pa kalo ana nikah muda. Pa pliss pa jangan sekarang ya? Ana bakalan ikutin mau papa tapi jangan sekarang" mohon ana pada papanya. Dan papanya hanya merespon dengan tatapan datar seolah tak mendengar apapun yang ana katakan.

Mama lita hanya geleng2 kepala melihat kelakuan anak dan suaminya, yang sudah bisa dipastikan keputusan suaminya tidak akan bisa di ganggu gugat. Sementara ana terus memohon sambil sesekali protes. Tiba2 papa denis berkata..

"Anaa, udh ya keputusan papa udh bulat mau kamu guling2 didepan papa sekalipun papa ga akan berubah pikiran, titik!". Tegas papa denis, jika sudah begini ana hanya bisa pasrah.

***
Skiiip...

Keluarga ana dan lian sedang makan malam bersama di sebuah restoran untuk membahas kelanjutan rencana perjodohan lian dan ana, yap! benar sekali anak teman yang dimaksud oleh ayah lian dan papa ana adalah mereka berdua Lian dan Ana. Mereka akan dijodohkan oleh orang tuanya karna adanya perjanjian tentang menjodohkan anak setelah mereka dewasa nanti.

Setelah ana dan lian tau bahwa mereka akan dijodohkan satu sama lain, awalnya mereka sangat terkejut, namun dengan segera mereka menceritakan alasan dari keterkejutannya kepada keluarganya bahwa mereka sudah lebih dulu kenal dan berada dalam lingkaran pertemanan yang sama walaupun jarang berinteraksi. Tentu respon keluarganya semakin senang, mereka bersyukur ternyata lian dan ana sudah lebih dulu kenal, sehingga mereka semakin yakin untuk menjodohkan keduanya.

"Semuanya, lian izin mau ajak ana ngobrol berdua sebentar boleh?" ucap lian tiba2 setelah menyelesaikan makan malam nya. Dan tanpa menunggu lama respon orang tua mereka langsung setuju, karena mereka berpikir ingin memberikan kesempatan kepada dua pasangan yang akan segera dinikahkan itu.
***
Ana dan lian sedang duduk di taman. " Li, lo oke?" Ana membuka suara duluan, dan bertanya kepada lian yang sudah pasti paham arah pembicaraan mereka sekarang.

"Udahlah na, protes pun gada gunanya. Kita jalanin aja dulu dan gada yang akan berubah kita bakalan tetap kaya teman satu sircle yang tinggal bersama sampe waktu yang tidak ditentukan, karena kita gatau sejauh mana kita akan bertahan atau bahkan selamanya" ucap lian meyakinkan ana, dan hanya di balas dengan anggukan kecil oleh ana. Selanjutnya obrolan mereka berisi tentang kelanjutan perjodohan ini yang mulai mereka terima dan di selingi dengan candaan sesekali.

Head Over HeelsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang