BAB 26 : Dia Kembali

7 4 0
                                    

"MAMAA...."

Seorang gadis berusia 17 tahun berlari masuk ke dalam rumah dengan penuh semangat. Mata cokelatnya bersinar penuh kegembiraan.

Ia berlari ke arah seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa ruang tamu, menonton acara favoritnya di TV. Wanita itu mengenakan baju santai, menandakan jika ia memang sedang bersantai. Mendengar teriakan gadis itu, ia segera menoleh, wajahnya menunjukkan keheranan bercampur kaget.

"Paribasa kamu mah sok gogorowokan mun asup ke rumah teh, ih!" geram sang mama, suaranya agak tinggi, menandakan kekesalan, ketika anak gadisnya itu sudah duduk di sampingnya. Ia menatap tajam namun penuh kasih.

(Kebiasaan kamu mah suka teriak-teriak kalo masuk ke rumah tuh, ih!)

Sementara itu, sang gadis hanya cengengesan, senyum lebar tanpa rasa bersalah sedikitpun. Ia meletakan kertas dan rapornya keatas meja.

"Ma, aku sudah dapat SKL. Itu artinya aku siap cari kerja," ujarnya dengan girang, matanya berbinar-binar. Ia tidak memikirkan seberapa sulit mencari kerja hanya dengan bermodalkan Surat Keterangan Lulus (SKL) saja.

Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya, seolah tidak percaya dengan antusiasme anaknya. "Terserah kamu saja, kalau bisa jangan buru-buru," ucapnya dengan nada lembut namun tegas sebelum beranjak dari duduknya. Ia berjalan menuju dapur, mungkin untuk menyiapkan minuman.

"Eh, tapi Uti dapat ranking tidak?" lanjutnya bertanya sambil berhenti sejenak, menoleh ke arah anaknya.

Ilesha, hanya diam lalu menggelengkan kepalanya. "Tidak tahu, Ma. Katanya ranking akan diumumkan pas acara wisuda," jelas Ilesha, suaranya merendah. "Tapi aku yakin dapat 5 besar kok, Ma," lanjutnya sambil menunduk, memainkan ujung bajunya. Jujur saja, ia merasa gagal. Padahal, pada semester satu Ilesha mendapatkan ranking ke-2. Namun, pada semester terakhir, nilai Ilesha malah turun drastis, dan ia yakin tidak akan mendapatkan ranking ke-2 lagi di semester terakhir ini.

Wanita itu menghela napas, lalu menghampiri anaknya lagi. "Ya sudah, tidak apa-apa," kata mamanya, kali ini suaranya penuh kehangatan dan pengertian, tangannya mengusap kepala Ilesha dengan lembut, mencoba menghibur.

Ilesha mendongak, matanya berkaca-kaca namun penuh harap. "Doakan ya, Ma, semoga pas diumumkan nanti aku ada di barisan ke-3, ke-2, atau ke-1," katanya, suaranya bergetar sedikit namun penuh semangat.

Mamanya tersenyum dan mengusap lembut kepala anak gadisnya, seakan mencoba mentransfer ketenangan dan keyakinan melalui sentuhannya. "Apa pun yang terbaik buat kamu, Mama selalu mendoakan. Ingat, dapat atau tidak, kamu harus belajar ikhlas dari sekarang, ya?" katanya.

Ilesha menganggukkan kepalanya perlahan. Mamanya benar; ia harus lebih memperluas rasa ikhlas nya dari sekarang agar nanti ketika apa yang ia harapkan tak sesuai, ia bisa menerimanya dengan lapang dada. Pikirannya melayang, membayangkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan.

"Mama mau ke dapur ambil minum, ganti baju gih," titahnya dengan nada sedikit memerintah namun tetap lembut. Ia lalu melangkah pergi, suara langkah kakinya perlahan menjauh.

Ilesha menurut dan melangkah pergi dengan membawa rapor dan kertas SKL-nya itu. Sepanjang perjalanan ke kamarnya, ia merenung, mencoba menenangkan diri dan menyusun rencana ke depan.

Namun, setelah sampai di dalam kamar yang berwarna putih dengan poster-poster idolanya di dinding, Ilesha tak segera mengganti bajunya. Ia malah merebahkan tubuhnya di atas kasur yang empuk, merasa seluruh energinya hilang seketika. Bahkan kerudungnya masih melekat di kepalanya, menunjukkan betapa lelahnya ia.

Ilesha membuka layar ponselnya yang berwarna cerah, seperti biasa ia hanya ingin menggulir aplikasi yang hits di zaman sekarang, yang dipenuhi video random dari warga Indonesia yang membuat Ilesha sedikit terhibur saat menontonnya. Ia tersenyum kecil melihat video-video lucu, merasa sedikit lebih baik.

life after break up | Ilesha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang