49.

9 0 0
                                    

Vaerel kini sudah kembali duduk di depan Aisyah. Tangannya bergerak mengupas pepaya dan memotongnya.

"Udah sholat ashar belum?" Tanyanya tanpa memberhentikan gerakannya. Mendengar pertanyaan itu Aisyah menggelengkan kepalanya bibirnya tersenyum menampakkan gigi putihnya.

"Sholat dulu ayo" Vaerel meninggalkan pekerjaannya. Dia kini bergerak mendekat ke arah Aisyah menggendong Aisyah ala bridal style menuju kamarnya. Sampai dikamar, Vaerel tak langsung menurunkan Aisyah, ia terus menggendongnya membawanya ke arah kamar mandi.

Aisyah segera mengambil wudhu ketika sudah turun dari gendongan Vaerel. Selesai mengambil wudhu, Aisyah keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan hijabnya. Ia mengambil mukena dan memakainya, ia juga mengambil sarung juga baju Koko untuk Vaerel.

CEKLEKK

Terdengar pintu kamar mandi terbuka, Aisyah melihat Vaerel keluar dari kamar mandi dengan muka yang basah dan tetes tetes air dari rambutnya yang tambah membasahi wajahnya, hal itu membuatnya terlihat lebih tampan dari biasanya.

Lama memandang Vaerel hingga tak sadar jika Vaerel sudah berada didepannya tengah melambaikan tangannya. "Heyy" ucapnya, Aisyah tersadar dari lamunannya ia gugup menyadari Vaerel tengah menatapnya heran.

"Mas tau mas tampan" ujar Vaerel dengan tingkat PDnya, namun hal itu diakui Aisyah didalam hatinya. Aisyah tersenyum menutupi kegugupannya namun menimbulkan warna merah dipipinya. Melihat pipi Aisyah yang memerah Vaerel tertawa kecil, ia mengambil baju Koko dan sarungnya yang Aisyah letakan di atas kasur.

Sedangkan Aisyah kini bergerak menggelar sejadah untuknya dan Vaerel. Vaerel menghpiri Aisyah ketika ia sudah siap dengan baju Koko juga sarungnya. Ia menempatkan dirinya diatas sejadah bagian depan sedangkan Aisyah menempatkan dirinya disajadah bagian belakang.

"Allahuakbar" Vaerel telah memulai sholatnya dengan takbir diikuti Aisyah dibelakangnya.
.
.
.
.

Aisyah juga Vaerel tengah duduk bersantai di teras samping. Vaerel melanjutkan kegiatan yang tertunda tadi yaitu mengupas dan memotong pepaya, sedangkan Aisyah kini tengah menopang kepalanya memandang Vaerel dengan senyumnya.

"Ini sayang pepayanya" ucap Vaerel lalu pergi membuang sampah kulit pepaya, setelah itu ia kembali duduk di dekat Aisyah. Tangannya bergerak mengambil satu potong pepaya dan memakannya.

"Makasih ya zauji" Vaerel menoleh mendengar ucapan Aisyah. Bibirnya tersenyum lebar, telinganya memerah menandakan jika ia tengah salahtingkah.

"Ciee salting hahaha" pecah sudah tawa Aisyah melihat telinga Vaerel yang memerah hanya mendengar kata 'zauji' yang keluar dari mulut Aisyah.

"Sama sama Khumaira" degup jantung Aisyah sudah tak bisa terkontrol, jantungnya berdegup kencang, pipinya memerah sempurna.

Aisyah menoleh ke arah Vaerel menatapnya lekat. "Mas bilang apa tadi?" Ucap Aisyah. Matanya terus menatap mata Vaerel.

"Khumaira, Khumairanya mas, sayangnya mas, cintanya mas" ungkap Vaerel yang kini tengah menatap sendu Aisyah, bibir Aisyah berkedut menahan senyum, tangannya kini bergerak menutup wajahnya.

"Hahaha" tawa Vaerel pecah melihat tingkah Aisyah yang sedang malu. Mereka kembali memakan buah pepaya dengan sambal yang terbuat dari es krim ralat bukan mereka namun Aisyah.

Mereka terlihat sangat bahagia walaupun hanya hal hal kecil yang mereka lakukan. Tanpa mereka sadari ada satu orang yang menatap sengit Aisyah dan Vaerel dari balik pohon.

"Kali ini gue biarin Lo bahagia tapi enggak dengan nanti, gue akan buat Lo mati ditangan gue"

"Udah yuk masuk, udah sore" ajak Vaerel lalu membawa piring berisi pepaya ke dalam rumah sedangkan Aisyah membawa wadah berisi es krim. Mereka membawa es krim dan pepaya itu ke ruang keluarga. Mereka kini duduk berdampingan tanpa ada penghalang kecuali kain yang dipakai mereka.

Jalan HidupkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang