Part 36 •||Itu Bunda!||•

176 10 0
                                    

Leon pun dengan cepat berlari menuju ke arah selatan di bagian kediaman ini. Perlahan terlihat sebuah lapangan hijau, dengan banyak nya anggota militer yang sedang berlatih. Leon mulai mengedarkan matanya, hingga ia pun langsung tersenyum senang ketika bisa melihat keberadaan kakaknya.

Ia pun mulai berlari dengan kaki kecil nya, menghampiri sang kakak. Kakaknya terlihat sedang menatap sebuah foto, melihat wajah kakaknya yang sedih membuat Leon pun kembali bersedih.

Tadi sang Ayah yang bersedih, sekarang kakak nya. Ia sangat ingin bertemu sang Bunda, ia juga ingin seperti temannya yang lainnya. "Kakak!" panggil nya hal itu membuat Alard pun langsung mengalihkan tatapan nya kearah sang adik.

"Kakak nangis!" seru Leon tidak percaya. Alard pun dengan cepat mengusap kasar air matanya. "Kakak tidak menangis, bukankah laki-laki tidak boleh menangis" ucap Alard berbohong.

Leon pun terdiam. "Tapi Leon juga sering menangis" cetusnya dengan nada polos. "Tidak apa-apa, karena Leon masih kecil" ucap Alard. Leon pun langsung menganggukkan kepalanya mengerti. "Itu Bunda ya" ucap Leon sambil menunjuk foto Agatha yang berada di genggaman tangan Alard.

"Kakak Bunda pasti orang baik kan?" tanya Leon yang langsung dijawab anggukan kepala oleh Alard. "Bunda sangat baik" jawab Alard singkat. Leon pun terlihat menatap kearah langit. "Leon juga ingin bertemu dengan Bunda, Ayah dan kakak sudah bertemu Bunda. Tapi kenapa Bunda tidak mau bertemu Leon. Apa Bunda tidak sayang Leon?" tanya Leon.

Hal itu membuat Alard, langsung mengalihkan tatapan nya kearah sang adik yang terlihat sedih. "Tidak, Bunda sangat menyayangi kamu. Hanya saja saat ini Bunda sudah pergi jauh" ucap Alard yang langsung mengalihkan tatapan nya kearah langit biru di atasnya.

Air matanya menetes, Alard sangat merindukan Bunda nya itu. Dulu ia sempat merasa iri dengan Leon, karena ia berpikir kasih sayang Agatha akan terbagi. Namun ia lebih kasihan kepada sang adik yang saat ini sama sekali tidak bisa bertemu Bunda nya itu.

"Kakak benar jika Bunda itu di culik orang jahat ya?" tanya Leon. Namun Alard hanya bergeming saja mendapatkan pertanyaan itu. "Leon janji akan membawa Bunda lagi ke sini, dan mengalahkan orang jahat itu. Leon juga mau menunjukkan kepada teman-teman jika Leon juga punya Bunda" ucap Leon terlihat antusias.

Liam pun berdiri disamping keduanya, tanpa keduanya sadari. Ia pun merasa ikut sedih mendengar percakapan kedua anaknya itu. Leon hanyalah seorang anak kecil yang masih tidak mengerti. Jika orang yang sudah meninggal tidak akan mungkin bisa kembali lagi.

'Lihatlah Agatha kedua anak kita sangat merindukan mu, bisakah aku berharap keajaiban datang. Aku berharap bisa bertemu dengan mu' ucap Liam dengan getir. Ia dengan cepat langsung menghapus air matanya.

"Anak-anak ayo katanya kalian mau ke karnaval" ucap Liam memotong ucapan kedua nya. Kedua anaknya pun langsung menolehkan kepalanya kearah sang Ayah. Keduanya terkejut karena Ayah nya berada di sini. Sementara Leon ia malah menepuk dahinya pelan.

"Leon jadi lupa kan, tadinya Leon mau mengajak kakak pergi karnaval" ucap Leon sambil terkekeh geli. Alard pun ikut tersenyum melihat tingkah adiknya itu. Sementara Liam pun langsung mengacak gemas rambut Leon.

Ia pun menepuk bahu Alard yang saat ini tinggi nya sudah mencapai bahu Liam. "Kamu tidak perlu memporsir diri dengan latihan. Ingat untuk istirahat juga" nasihat Liam. Alard pun langsung tersenyum. "Iya Ayah" jawabnya.

Sebenarnya Liam punya pemikiran sendiri, Alard tidak lah seperti keturunan warga biasa. Ia terlihat seperti keturunan bangsawan. Caranya berpedang, pemikiran nya, kecepatan nya dan hal lainnya yang sudah di kuasai nya sedari kecil. Selain itu warna bola matanya yang hijau, bukanlah berasal dari kerajaan nya.

"Baiklah, kalian bersiap-siap. Setelah kalian bersiap Ayah akan membawa kalian ke karnaval" seru Liam. "Yeay" seru riang Leon. Setelah itu ia langsung berlari menuju ke kamar nya. Sementara Alard sendiri hanya tersenyum.

Setelah kepergian Leon, Liam pun langsung menatap kearah anaknya. "Ayah bangga sama kamu, kamu sudah mahir mempelajari beberapa keterampilan berpedang dan juga politik" ucap Liam. Menepuk bahu Alard.

"Tapi ingat jangan terlalu di paksakan, kamu juga butuh waktu bermain" ucap Liam. Namun Alard pun langsung menggelengkan kepalanya. "Tidak terpaksa Ayah, Alard memang suka melakukannya" ucap Alard menyangkalnya. Liam pun hanya menganggukkan kepalanya. Jika dilihat sikap Alard hampir sama seperti Liam.

Ia tidak suka menunda pekerjaan, ia tidak suka bersosialisasi dan lebih memilih belajar dan berlatih pedang. Alard terlihat seperti fotocopy an dirinya. Alard lebih suka menghabiskan waktunya sendiri. Padahal dulu ia tidak seperti itu, setelah Agatha pergi Alard terlihat selalu murung.

"Ya sudah, sana kamu pergi bersiap. Kamu tahu sendiri Leon seperti apa, ia anak yang tidak sabaran" ucap Liam sambil terkekeh geli. Alard pun hanya menganggukkan kepalanya, setelah itu ia pun memilih masuk kedalam kamarnya untuk pergi bersiap.

Sementara Liam, ia menunggu anak-anaknya bersiap dengan duduk di kursi ruang tamu. Ia juga memegang ponsel dan memeriksa laporan dari para anggota militer nya.

Tiba-tiba kepala pelayan di rumahnya datang dengan sedikit berlari. Ia pun langsung menundukkan kepalanya ketika berada di depan Liam.

"Ada apa?" tanya Liam singkat sambil menaikkan alisnya. "Itu Tuan, Nona Moana datang berkunjung. Ia bilang ingin memberikan sesuatu kepada Tuan" ucap kepala pelayan itu.

Liam merasa bingung, apa yang ingin diberikan perempuan itu. Apalagi sebelumnya mereka juga tidak memiliki janji bertemu.

"Baiklah suruh dia masuk" ucap Liam. Setelah itu kepala pelayan itu pun langsung pergi dari sana. Tidak lama kepala pelayan itu datang dengan seorang perempuan yang memakai baju berwarna merah, dan sepatu heels.

"Ada apa nona Moana menemui saya?" tanya Liam langsung pada intinya. Moana pun terlihat gugup ketika di tatap oleh Liam. Hatinya merasa berbunga-bunga, ia pun tersenyum manis sambil memberikan sebuah paper bag disana.

Namun sebelum Liam menerima nya, tubuh Moana terdorong dan menjatuhkan paper bag itu. Hal itu membuat isi di dalam paper nya berceceran, Moana sebenarnya memasak makanan untuk Liam. Namun makanan itu kini malah terjatuh di atas lantai.

"Kalian tidak punya mata!" bentak nya. Sontak saja orang yang menabrak nya pun langsung menggigil ketakutan. Ya orang yang menabrak Moana adalah Liam. Melihat anak kesayangan nya di bentak seperti itu membuat raut wajah Liam pun berubah.

Begitu juga dengan Moana yang langsung terkejut ketika ia membalikkan badannya. "Saya tahu anak saya salah, tapi jangan membentak nya seperti itu" ucap Liam yang langsung menggendong putranya itu.

Sementara Leon ia dengan erat langsung memeluk tubuh Ayah nya itu. "Dan untuk makanan yang tumpah biar saya ganti" tukas Liam. Ia pun memberikan kode kepada kepala pelayan nya.

Moana pun terlihat ingin mengejar Liam. "Liam bukan seperti itu maksud ku" ucap Moana mengejar Liam. Namun tiba-tiba tangannya dicekal oleh seorang anak laki-laki.

"Jangan ganggu Ayah ku" ucapnya dengan dingin. Moana pun terlihat meremehkan ke arah Alard. "Ouh si anak pungut, kamu tidak tahu jika aku akan menikah dengan ayahmu. Dan saat itu terjadi aku akan membhangmu" ucap nya sambil tersenyum jahat.

Sementara ekspresi Alard pun tidak berubah, ia tetap memasang wajah datar. Melihat hal itu membuat Moana bertambah kesal. Ia memilih pergi saja, untuk urusan Liam, ia bisa mengurus nya nanti. Itu lah yang berada di pikiran nya.

🥀🥀🥀🥀🥀
Declairs
Kamis, 1 Agustus 2024

I am The General WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang