Part 42 •||Mencari Bunda 2||•

86 8 0
                                    

Leon pun berusaha menyusuri jalan di pasar ini. Ia mulai memperhatikan jalan di depannya. Beberapa kali ia terdorong oleh ibu-ibu yang sedang berbelanja. Ia pun memilih untuk menjauhi hiruk pikuknya.

Dengan memegang tas nya ia melangkahkan kakinya. Perlahan ia mulai merasa lelah. Ia pun duduk sebentar, ia memperhatikan orang yang berlalu lalang. Mencoba melihat apakah diantara kerumunan itu adakah Bunda nya.

Namun ia tidak menemukan Nya. Ia pun membungkukkan badannya. Ia pun teringat jika ia bertemu dengan sang Bunda di sebuah alun-alun. Apakah alun-alun itu dekat sini.

Ia pun menghampiri pedagang buah-buahan. "Paman, apakah paman tahu alun-alun kota?" tanya Leon. Paman buah itu pun langsung mengalihkan tatapan nya.

"Adik kecil kamu tersesat ya?" tanya paman buah itu. "Alun-alun kota lumayan jauh dari sini, mau paman antar. Paman juga ingin mengantarkan buah ke toko dekat alun-alun" ucap nya.

Leon pun langsung menganggukkan kepalanya antusias. Hingga akhirnya Leon pun ikut masuk kedalam mobil dengan dibantu oleh paman itu. Paman itu pun mulai melajukan mobilnya menuju ke alun-alun.

Sekitar 20 menit mobil pun sampai di alun-alun kota itu. Paman itu pun langsung turun dan membantu Leon juga. "Dimana orang tua kamu, mau paman temani hingga orang tua kamu datang?" tanya paman buah itu.

Leon pun langsung menggelengkan kepalanya. Ia berpikir jika paman ini mengetahui ia kabur, ia pasti akan di bawa ke kantor keamanan di sini. "Tidak perlu paman, Leon sudah berjanji akan menunggu di kursi itu. Tadi Leon nakal dan tidak mendengar ucapan Ayah" ucap Leon dengan lancarnya berbohong.

Mendengar nya paman itu pun menganggukkan kepalanya. Meski ragu, namun ia mencoba mempercayai nya. Karena ucapan Leon terlihat benar. Dan ia juga terlihat seperti anak polos.

Paman itu akhirnya pergi, sementara Leon ia berkeliling. Ia pun mengingat dimana ia bertemu Bunda nya. Ia pun mencoba menyusuri jalanan. Banyak toko-toko berjajar di samping kanannya.

Ia pun merasa lelah, bagaimana pun alun-alun kota ini cukup luas. Hingga ia sampai disebuah toko perkakas dimana ia bertemu Bunda nya. Namun ia sama sekali tidak menemukan keberadaan Bunda Nya. Ia pun mencoba duduk di kursi.

Ia mencoba mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Langit mulai menggelap, pertanda malam akan datang. Leon merasa perutnya sangat lapar. Ia pun mengeluarkan roti dari dalam tasnya. Ia mencoba membuka bungkusan tisunya.

Ketika dipegang tiba-tiba ada segerombolan anak remaja yang menabraknya yang mengakibatkan rotinya jatuh bahkan terinjak. Leon pun hanya diam, ia tidak berani menegur karena ia takut.

Ia pun hanya bisa menatap kearah dimana roti itu sudah tidak berbentuk. Sekarang perutnya sangat lapar, bahkan ia tidak punya uang. Ia memutuskan untuk bangkit. Ia menyusuri jalanan. Bahkan ia pun sempat tergiur dengan beberapa jajanan.

Rasanya ia ingin menangis karena baru kali ini ia merasakan kelaparan seperti ini. Ia pun jadi teringat Ayahnya. Ia bahkan tidak ingat jalan menuju ke rumah nya.

Ia duduk di sebuah kursi sembari memegangi perutnya. Ia menatap ke arah orang yang sibuk berlalu lalang. Waktu pun terus bergulir sementara Leon masih tetap saja duduk di tempat nya. Malam pun datang, perlahan toko-toko disekitar nya mulai tutup. Hanya tersisa beberapa toko yang buka.

Bahkan jalan di alun-alun mulai sepi karena orang-orang sudah istirahat dirumahnya masing-masing. Leon pun ketakutan ia pun berjalan menuju ke sebuah toko ia duduk di depan toko itu. Ia merasa kedinginan dan juga kelaparan. Apalagi ia melewatkan sarapan nya sehingga belum ada makanan apapun.

Ia hanya duduk sembari memeluk dirinya sendiri. Kepalanya terasa pusing. "Bunda!" lirihnya. Hingga pintu toko pun terbuka, seorang perempuan keluar dari dalam toko dan terkejut melihat keberadaan Leon. Ia menghampiri Leon, namun baru saja menghampiri Leon. Leon sudah jatuh pingsan, namun sebelum itu ia mendengar Leon mengucapkan kata Bunda.

Perempuan itu pun panik, dengan bergegas ia langsung menggendong Leon dan mengunci pintu tokonya. Ia menutupi tubuh Leon dengan jaketnya. Ia mencoba berjalan dengan cepat menyusuri toko demi toko. Ia akan pergi ke klinik terdekat, karena ia harus memberikan penanganan terlebih dahulu kepada Leon.

Tiba di klinik ia pun dibantu para perawat, para perawat langsung memintanya pergi ke bagian pendaftaran untuk mengisi biodata anak itu. Perempuan itu pun mengarang nama dan memberitahu pihak rumah sakit jika anak yang di bawanya adalah anaknya.

Jika ia tidak melakukan hal itu ia takut ia malah dituduh penculik anak. Apalagi ia membawa anak itu dalam keadaan pingsan. Perempuan itu hanya mampu menunggu di depan ruang perawatan Leon.

'Semoga saja anak itu baik-baik saja' doanya dalam hati. Entah kenapa ia merasa sangat khawatir dengan kondisi anak itu. Bahkan ia tidak bisa mengalihkan tatapan dari arah pintu depan. Ia menunggu dengan sabar. Pikirannya hanya tertuju ke arah anak itu saja.

🥀🥀🥀🥀

Sementara itu Liam dan para pasukannya masih mencari keberadaan Leon. Mereka sudah menyusuri keberadaan Leon, tapi tetap masih belum menemukan keberadaan nya disekitar kediaman nya. Hingga salah satu pengawal nya menghampiri.

"Tuan saya melihat keberadaan Tuan muda dari cctv" seru nya. Liam dan Alard yang mendengar nya pun langsung bergegas pergi menuju ke ruang cctv.

Disana Liam mulai memperhatikan anaknya yang baru keluar dari dalam kamar dengan menggendong tas kecil nya. Ia melihat anaknya berjalan mengendap-endap bahkan ia melihat Leon membawa sepotong roti. Dari dugaan nya ia tahu jika memang Leon sengaja ingin kabur.

Hingga Leon menaiki sebuah mobil bak terbuka. Liam pun dengan cepat memerintahkan kepada Alex untuk mencari supir dari mobil itu. Ia tidak tahu apa yang berada di pikiran anaknya itu. Bahkan bagaimana keadaan nya sekarang.

Liam pun mengacak rambutnya dengan frustasi. Ia pun langsung teringat dengan perkataan anaknya, jika ia sangat ingin mencari Bunda nya. Apakah anaknya nekat karena mendengar ia tidak mempercayai nya. 'Maafkan ayah Leon, cepat ketemu nak. Ayah janji akan melakukan apa saja untuk kamu' ucap Liam dengan penuh harap.

Hingga Alex datang dengan berlari-lari kearahnya. "Tuan gawat" ucap Alex dengan nada yang terengah-engah karena habis berlarian. "Ada apa Alex?" tanya Liam.

"Ternyata mobil itu akan pergi ke pulau sebrang, dan dia akan melintas dengan kapal. Jam keberangkatan nya sekitar lima menit lagi" ucap Alex. Liam pun frustasi, ia tidak bisa membayangkan anaknya pergi sejauh itu.

Dengan cepat ia mengeluarkan handphone miliknya dan menghubungi sepupu nya. Orang di seberang sana belum juga berbicara namun Liam sudah mendahului nya. "Tolong bantu aku tahan pelayaran kapal hari ini" ucap Liam.

"Ada apa Liam, tidak biasanya kamu seperti ini" tanya seseorang diseberang sana dengan nada bercanda. "Lakukan sekarang, karena ini berhubungan dengan nyawaku" ucap Liam.

Orang diseberang sana pun langsung berubah pias, Liam bukanlah orang yang mudah meminta bantuan orang lain. Jika ia meminta bantuan berarti memang ada hal yang sangat penting telah terjadi.

Tanpa banyak bertanya ia pun langsung memerintahkan kepada asisten nya untuk segera melarang pemberangkatan kapal. Dengan cepat asistennya pun melaksanakan titah tuannya itu. Hingga akhirnya seluruh kapal di dermaga telat berangkat. Bahkan para penumpang pun bertanya-tanya ada apa?. Bahkan banyak dari mereka yang melayangkan protes, atas keterlambatannya ini.

🥀🥀🥀🥀
Declairs
Selasa, 29 Oktober

Jangan lupa vote dan komennya ya, ikuti juga akun WP nya author. Biar aku makin semangat nulisnya.

Salam hangat, Declairs.

I am The General WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang