Part 44 •||Liam bertemu Agatha||•

132 10 0
                                    

Hingga prajurit pun membukakan jalan untuk seorang pria berbadan tegap. Ia mengenakan kemeja hitam dengan kondisi yang acak-acakan.

Ketika pria itu melihatnya, pria itu langsung memeluk tubuhnya. Ada perasaan hangat menyusup. Bukankah seharusnya ia marah?. Namun kenapa tubuh nya malah mematung seperti ini.


Seketika wanita itu tersadar, dengan cepat ia langsung mendorong tubuh tegap itu, dan langsung melayangkan tamparan. Hening ruangan itu menjadi hening setelah wanita itu menampar Liam.

"Anda sangat tidak sopan, kenapa anda seenaknya memeluk saya. Lagi pula anda harusnya mengetuk pintu terlebih dahulu, bukannya datang dengan tidak sopan seperti itu!" serunya dengan nada kesal.

Liam sempat terpaku beberapa saat mengapa Agatha nya tidak mengingat dirinya?. "Agatha ini aku Liam, aku suami kamu. Dan dia Leon, anak kita" ucap nya dengan nada menggebu-gebu, ia mencoba menjelaskan nya. Namun tampaknya perempuan di depannya ini sama sekali tidak mempercayai ucapan nya.

"Kamu jangan mengarang, lagi pula siapa itu Agatha. Namaku Chelsea, dan aku rasa aku bukan orang yang kamu maksud" ucap nya dengan nada ketus karena ia masih kesal dengan kejadian tadi.

Namun Leon langsung menyahut. "Kamu Bunda nya Leon. Lihat wajah nya sama, dan itu berarti Bunda itu Bunda Leon!" jelas Leon sambil memperlihatkan foto keluarga nya. Dimana ada Alard, Liam, dan Agatha yang saat itu sedang mengandung Leon.

Chelsea pun langsung menghampiri Leon, ia melihat foto yang ditunjukkan Leon. Ia terpaku beberapa saat karena melihat foto itu. Mirip, ah tidak ini terlihat sangat mirip dengan nya. Tapi bagaimana bisa?, tanyanya dalam hati.

Hening sejenak semuanya masih mencerna apa yang terjadi sekarang ini. Sementara Alex tentu saja dengan sigap langsung keluar bersama dengan para prajurit yang lainnya. Ia melakukan ini untuk tetap menjaga privasi keluarga Tuan nya.

Keheningan pun langsung terhentikan ketika dering ponsel Chelsea terdengar. Chelsea langsung mengangkat telepon nya, tapi tubuhnya langsung menegang. Raut wajah khawatir tidak bisa di sembunyikan dari wajah cantik nya.

"Aku harus pergi sekarang, karena kamu sudah datang kamu jaga saja Leon"ucap nya dengan buru-buru. Ia pun langsung menghadap kearah Leon. "Leon Bunda pergi dulu" pamit nya yang langsung menyambar tas nya.

Leon langsung terlihat histeris, ia tidak memikirkan infus yang terpasang di badannya dan langsung bergerak begitu saja. Hal itu menyebabkan tiang infus nya hampir menimpa dirinya. Untung nya Liam dengan sigap langsung menahannya.

"Leon!" sentaknya karena ia merasa khawatir dengan yang dilakukan anaknya itu. Leon pun terlihat menangis, sementara Chelsea tentu saja langsung menghampiri Leon. "Bunda jangan pergi, jangan tinggalin Leon lagi. Leon mau ikut Bunda" ucap nya tanpa mempedulikan tangannya yang berdarah.

"Kamu panggilkan dokter segera!" ucapnya kepada Liam. Liam pun menganggukkan kepalanya ia memerintahkan pengawal yang berada di luar ruangan untuk memanggil dokter.

Sementara Leon sendiri ia mencengkram erat baju yang dipakai Chelsea. Ia tidak membiarkan Chelsea bergerak sedikit pun. Ia seperti benar-benar takut ditinggal pergi oleh nya. Chelsea mencoba menenangkannya, dengan memberitahu jika ia tidak akan pergi. Namun sepertinya itu tidak mempan, Leon anak yang pintar.

Beberapa saat kemudian pihak dokter pun masuk dan langsung mencopot selang infus Leon. Ketika dokter akan kembali menginfus nya Leon menolak. "Leon ga mau, Leon mau ikut Bunda dokter" ucap nya dengan mengelak.

Liam dengan bergegas langsung menahan tubuh Leon. "Silahkan jika kamu ingin pergi, Leon biar jadi urusan saya" ucap Liam kepada Chelsea. Chelsea terlihat bimbang, sementara Leon pun malah semakin menjerit histeris. Suaranya sudah mulai parau.

Chelsea gamang sekarang, ia pun menghampiri Leon. "Leon Bunda janji akan datang lagi sekarang Bunda mau bertemu ibu Bunda dulu. Dia sedang sakit" ucap Chelsea.

Leon pun tidak mengindahkan. "Bunda bohong, semuanya bohong. Semuanya jahat, ga ada yang sayang Leon. Apa Leon harus mati dulu!" teriaknya dengan keras. Seketika perasaan bersalah menghujam kearah Chelsea.

"Leon cukup, jangan berbicara seperti itu" sentak Liam. Hal itu membuat Leon semakin menangis histeris. "Leon jangan nangis ya, gimana kalo Leon ikut Bunda" ucap nya. Leon pun langsung menganggukkan kepalanya, ia pun langsung memeluk Chelsea. Chelsea dengan sigap langsung menggendong Leon.

Leon pun mulai menghentikan tangisannya, namun masih terdengar deru nafasnya yang belum teratur. "Dokter bolehkan saya membawanya, saya tidak mungkin meninggalkan dengan kondisi seperti ini" jelasnya.

Dokter pun menganggukkan kepalanya, lagi pula sejak awal memang Leon sudah membaik dan boleh dibawa pulang. Liam pun akhirnya angkat bicara. "Baiklah biar saya mengantar kamu" ucap Liam. Liam pun berniat mengambil alih Leon.

Leon pun langsung menggelengkan kepala, ia malah semakin erat memeluk tubuh Chelsea dan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Chelsea. Sebenarnya ia takut kepada Ayah nya, pasalnya selama ini Ayah nya sama sekali tidak pernah membentak dirinya.

Dan hari ini sudah dua kali Ayah nya itu membentak dirinya. "Tidak apa-apa Tuan, biar saya saja yang menggendong nya" ucap Chelsea. Liam pun menghela nafasnya panjang, namun ia mencoba mengerti perasaan anaknya itu.

Mereka pun melangkahkan kakinya menuju ke tempat parkir. Melihat banyak mobil yang berniat mengawal mereka membuat Chelsea membalikkan badannya.

"Tuan apakah bisa kita pergi tanpa pengawal, saya merasa kurang nyaman" ucap Chelsea terlihat ragu. Liam pun berpikir sejenak sebelum akhirnya menganggukkan kepalanya. "Alex kamu dengar kan, biar aku saja yang mengantar nya!" perintah Liam.

Alex pun langsung menganggukkan kepalanya mengerti. Mereka pun langsung kembali menuju kediaman. Sementara Chelsea, Liam dan Leon segera pergi menuju ke rumah sakit di pusat kota.

Leon duduk dipangkuan Chelsea, di sepanjang perjalanan. Hingga mobil pun sampai di pelataran rumah sakit. Mereka semua turun. "Leon sama Ayah ya, kasihan Bunda capek menggendong kamu" ucap Liam terdengar tegas.

Leon pun akhirnya menganggukkan kepalanya. Ia pun beralih berada digendongan Ayah nya. Mereka memasuki rumah sakit bersama-sama. Jika dilihat mereka terlihat seperti keluarga bahagia bukan.

Sang Istri yang di manja dan sang suami yang juga pengertian dan mau ikut serta mengurus anaknya. Namun mereka salah, keduanya masih terlihat sangat canggung. Mereka berdua segera pergi ke resepsionis.

"Di mana kamar Bu Emely, korban penusukan?" tanya Chelsea. Resepsionis itu pun tersenyum. "Sebentar ya Bu biar saya cari dahulu" ucap nya sambil mengutak-atik komputer dihadapan nya.

"Atas nama nyonya Emely yang tadi pagi di bawa ya, ia berada ada diruang rawat mawar no 35. Berada di lantai 3 ya Bu " ucap resepsionis.

"Terimakasih " ucap Chelsea setelah itu mereka pun langsung melangkahkan kakinya menuju ruang rawat.

🥀🥀🥀
Declairs.
Rabu, 30 Oktober 2024
Publish, 31 Oktober 2024

Halo semuanya, aku mau menginfokan jika cerita ini akan update setiap hari nya satu part(chapter). Update nya jika tidak ada kendala setiap pagi. Jadi tetap stay tune ya.... jangan lupa juga beri bintang dan ikuti akun WP author. Biar author tambah semangat buat cerita 🥰🥰🥰🥰.

Kalian juga bisa baca cerita author yang lainnya, kebetulan ada yang bertema transmigrasi juga dan sudah ada yang lengkap ya part nya🤩🤩🤩🤩.

I am The General WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang