(Tidak sama sekali)

21 14 0
                                    

.

.

.

๑⁠

Perlahan, kelopak mata pemuda itu terbuka dan berkedip-kedip sejenak kala sinar matahari membuatnya silau. Tiba-tiba ia tersadar kalau saat ini dia tertidur di kapal yang berbeda, lebih besar dari yang sebelumnya ia lihat terakhir kali.

Dengan segera ia bangun dan saat mendengar suara erangan kesakitan, ia kemudian menoleh kearah pojok kapal, dan tercengang melihat ada sekelompok orang pria berbadan besar dengan perawakan garang yang diikat dengan sulur tanaman berduri yang terus-menerus menusuk mereka, dan masing-masing dari mereka dibekap mulutnya menggunakan sebuah kain.

Dan saat mereka melihatnya terbangun, mereka langsung mencoba untuk mengatakan sesuatu kepada-nya, seperti meminta tolong untuk dilepaskan.

Sebelum dia sempat melakukan sesuatu, Shinomiya mendengar suara lainnya, dan saat dia menoleh lagi, dia menemukan gadis itu yang tengah tertidur di pojok kapal yang lainnya sambil memeluk lututnya.

Masih agak sedikit terkejut, Shinomiya kemudian berjalan menghampiri orang-orang itu, dan setibanya di pojok kapal, dia melihat mereka semua hampir babak belur di area wajah dan leher.

Shinomiya kemudian membuka bekapan salah satu mulut pria itu dan bertanya,"Apa yang terjadi? Dimana kami?"

"P- Perempuan itu! Dia membajak kapal kami dan menyekap kami disini!"balas pria itu dengan nada yang bergetar ketakutan.

Pemuda itu melihat yang lainnya mengangguk dengan cepat menyetujui ucapan pria itu, namun dalam sekejap, saat siluet bayangan seseorang muncul berdiri dibelakangnya, mereka langsung berubah menggelengkan kepala mereka dengan cepat.

"Mereka berniat merampok saat kau tertidur, jadi aku mengambil alih kapal ini setelah menghajar mereka."

Sontak suara gadis itu membuat pemuda itu menoleh kebelakang dan melihat gadis itu menatap tajam kearah sekelompok pria itu.

Shinomiya kemudian berdiri dan menariknya ke sisi lain kapal dan mengajaknya berbicara empat mata.

"Kenapa kau melakukan itu? Tidak bisakah kau melakukan hal yang normal saja, huh?"tanya Shinomiya membuat Reiva langsung mengerutkan keningnya.

"Aku diajarkan untuk melawan jika diserang, bukan mengalah. Lagipula, mereka yang mulai."balas Reiva dengan ketus,"Aku tidak tahu dengan mu, tapi aku tidak mau posisi ku berakhir seperti keadaan mereka saat ini."

Pernyataan itu membuat Shinomiya menghela nafas sambil memijit pangkal hidungnya, kemudian ia menoleh lagi kearah sekelompok pria tadi dan diam-diam setuju kalau dari tampang mereka saja, dia tahu mereka lah yang salah disini.

"Terus apa? Kau akan membawa mereka sampai ke pelabuhan Liyue dan menyerahkan mereka pada Millelith?"tanya Shinomiya sekali lagi dengan nada yang sarkasme.

Reiva mengangkat bahunya dan menjawab,"Maunya tadi begitu, tapi aku tahu seseorang yang butuh babu di tempatnya."

"... Babu???"

Tanpa memperdulikan pertanyaan pemuda itu, Reiva mendekati pinggir kapal dan seperti mengamati air laut sejenak.

"..... Osial!! Aku punya babu untuk mu!!"

Mendengar nama itu Shinomiya agak terkejut, namun menduga itu adalah orang yang berbeda dari yang ada di pikirannya.

Mana mungkin manusia biasa bisa menjalin suatu hubungan dengan seorang Dewa, ya kan??

Kan?

Sayangnya hal itu tidak berlangsung lama ketika, dari dalam air laut yang hampir tak berujung, mereka kecuali Reiva dikejutkan dengan siluet air yang membentuk gumpalan besar mulai naik ke permukaan, dan membentuk moncong ular dengan mata merah keemasan yang menatap kearah gadis itu dengan tatapan tajam.

[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang