(Jade Chamber and Kokotiam vs The Lord of Vortex)

84 26 0
                                    

.

.

.

'Harusnya aku tahu, bentuk seperti itu memakan banyak tenaga ku.'

Dengan nafas terengah-engah setelah kembali ke wujud manusianya, Reiva memandangi Tartaglia yang sudah kembali menyusut dan menjadi Childe dengan luka yang paling parah diantara mereka semua, Pengembara aka Aether hanya menerima beberapa serangan yang kecil tapi tidak begitu parah.

'Pusaka Elemental. Jika dulu Ret'taka berhasil mengambilnya, mungkin aku tidak akan pernah tahu cara menggunakannya.'

Berbalik badan, Reiva menepuk lengan Aether dengan tangannya yang terkepal erat sembari berkata,"Sisanya ku serahkan pada mu." Kemudian ia pergi dari sana.

Melihat punggungnya yang perlahan-lahan menjauh, pemuda itu kembali menatap tangannya yang sebelumnya menggenggam gadis itu dalam wujud sebuah pedang yang kuat, terasa hampa dan kosong secara tiba-tiba saja.

Perasaan itu telah menghilang, tapi yang dia rasakan bukanlah andrenalinnya melainkan gadis yang mengubah bentuknya menjadi sebilah pedang yang kuat. Di sisi lain, serangan dari pedang itu yang disatukan dengan elemen Anemo-nya mendapatkan sebuah peningkatan yang kuat, itu terasa sangat berat untuk ia kendalikan.

Paimon menatap ngeri ke sekeliling lantai bawah Golden House, benar-benar berantakan dan kacau setelah pertarungan mereka yang tidak mengenal batas sampai salah satu dari mereka kalah.

Lalu dimulai lah sesi interogasi Aether terhadap Childe tentang rencananya yang sebenar sebelum berbelok ingin membinasakan entah siapapun itu.

Reiva keluar dari Golden House dan menghela nafas, lalu berjalan keluar dari area itu dengan angin yang mulai berhembus diikuti langit yang menggelap karena awan badai.

"Harusnya sebentar lagi."gumam Reiva sembari mendongak keatas dan menatap langit.

Tiba-tiba sesuatu melesat dan hampir tidak terlihat, saat dia sadar, sebuah tali yang memancarkan sinar biru sudah mengikatnya dan menggantungnya dengan posisi terbalik diatas batang pohon.

"OCHOBOT!!!?"

"Susah juga mencari waktu mu lengah."

Dari balik topengnya, Reiva melihat seorang wanita cantik berambut pendek berjalan menghampirinya, wanita itu memegang sebuah tali yang ternyata terhubung dengan yang mengikatnya.

Melihat posisi gadis itu tergantung, wanita itu tersenyum miring sembari mengeratkan pegangannya pada tali bersinar itu,"Lihatlah diri mu, seperti kelinci yang dijerat. Tidak melawan? Atau memang kau tidak mau?"

"Hm..."Reiva memiringkan kepalanya dengan bersusah payah, lalu menjawab,"Tidak juga.. aku berpikir cara apa agar nona rupawan seperti mu tidak terluka setelah aku lepas."

"Percaya diri sekali."ujar wanita itu menarik tali itu, membuat tali yang mengikat Reiva mengerat,"Dan terimakasih atas pujiannya, itu tidak begitu membantu mu melepaskan diri."

"Aku tahu."

Saat petir terdengar menyambar, wanita itu terkejut saat gadis itu menghilang dalam sekedip mata.

Tersentak, dia seketika menyadari keberadaan gadis itu tepat dibelakangnya, segera ia berbalik badan dan langsung melepaskan dua tembakan busurnya.

Sembari menghindari tembakan panahnya, elemennya berubah dan ia membalasnya dengan gesit.

"Ikatan daun anyaman!"

Kini posisi mereka berganti, Reiva dengan topeng berekspresi polos berdiri sembari berkacak pinggang dihadapan wanita itu yang terikat di pohon dengan daun anyaman.

[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang