(Bukan seperti yang terlihat)

40 17 0
                                    

.

.

.

⁠♡

"Allahuakbar!!"

Solar dan Reiva langsung menoleh melihat Taufan yang tergelincir dan jatuh dengan tidak estetiknya, dan Halilintar yang juga ada di sebelahnya menghela nafas gusar.

"Hati-hati kalau jalan, dodol."tegur si tertua, lalu menarik kerah pemuda itu untuk berdiri dan berjalan dengan hati-hati mendekati sungai yang mengalir dari air terjun.

"Huhu.. sakit.."rintih Taufan memegang kepalanya yang benjol.

Begitu mereka sampai di pinggir sungai itu dan menyebranginya, mereka akhirnya menemukan goa yang dimaksud oleh Kokomi sebelumnya.

Dengan dipimpin oleh Solar yang memegang sumber cahaya, mereka masuk ke dalam goa itu dan memperhatikan sekitar demi memastikan tidak ada yang menyergap atau menyerang mereka tiba-tiba.

Hingga akhirnya, mereka tiba di dalam sebuah tempat dimana di sekeliling mereka hanya ditutupi oleh kegelapan, bahkan cahaya dari bola cahaya Solar tak dapat menemukan ujung dari tempat itu.

"Ck, kenapa gelap sekali disini..?"Halilintar menggerutu sambil melipat tangannya kedepan.

"Disini juga lembab."sahut Reiva yang kemudian mencoba melangkah lebih dalam ke tempat itu.

Solar tiba-tiba memberi mereka isyarat untuk berhenti dan menunjuk kedepan, dimana dihadapan mereka dan tepat di jarak yang samar untuk mereka melihat, mereka menyadari sesosok orang yang tengah berdiri disana.

Melihat warna putih, Taufan jadi gugup dan bersembunyi dibelakang Halilintar,"B-Bukan mba Kun, kan??"

"Sembarangan."sebenarnya Hali juga takut.

Tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Reiva langsung mengulurkan tangannya ke bola cahaya Solar dan membuatnya bersinar lebih terang menggunakan elemennya sendiri.

Namun sebelum mereka sempat melihat siapa yang ada dihadapan mereka, sosok itu menyerang mereka dengan gesit, mengayunkan pedang berwarna emas yang mana hampir menebas mereka semua di dalam kegelapan.

"Menjauh!!"seru Taufan kemudian mengeluarkan hempasan angin yang kencang kearah sosok itu.

Saat sosok itu memutar tubuhnya untuk menghindari serangan tersebut, giliran Halilintar yang melesat dan melayangkan tebasan halilintar kepadanya dari arah kanan, sedangkan Reiva melayangkan tendangan berapi dari arah lainnya.

Sosok itu menepis tebasan Halilintar dengan pedangnya yang secara misterius menghilang begitu saja, kemudian ia membalas tendangan Reiva dengan momentum yang tepat dan gesit.

Keduanya langsung melompat menjauhi sosok tersebut yang juga nampak mengambil jarak dari mereka berdua.

"Ck."Solar mendecakkan lidahnya dengan kesal, kemudian membuat bola cahayanya membesar sehingga mampu menerangi seisi goa tersebut.

""Lah???""

Saat cahaya menerangi tempat itu, mereka diperlihatkan sosok seorang gadis berambut pirang dengan dress putih. Yang membuat mereka terkejut karena wajahnya yang familiar.

"Aether..? Sejak kapan dia jadi perempuan..?"Reiva bertanya-tanya langsung di tampar pundaknya oleh Halilintar.

"Dia adiknya."

"Oh. Salah toh."

Sementara itu, gadis berambut emas itu nampak menepuk pergelangan tangannya yang terdapat debu dan menatap mereka dengan tatapan kosong.

[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang