(Tidak masalah)

56 22 0
                                    

.

.

.

Dibandingkan teman-temannya yang masih terlelap, Reiva yang sudah bangun sejak pukul tiga subuh memilih jalan-jalan disekitar pelabuhan yang masih sepi.

Melihat sisa-sisa dari festival tadi malam, ia teringat meriahnya acara itu, banyak orang menikmati dan merasakan suasananya saat itu, termasuk dirinya dan juga teman-temannya yang lain.

Tapi selain itu, dia menyadari sesuatu yang aneh. Seharusnya sudah ada lima atau setidaknya tiga orang yang biasanya berkeliaran di jam segini, namun suasana subuh ini entah kenapa lebih sunyi dari yang biasanya. Bahkan Reiva tidak melihat adanya Millelith yang berjaga atau berganti shift, hanya ada dirinya yang mana itu terasa janggal.

Reiva tiba-tiba merinding di sekujur tubuhnya, kemudian reflek ia mengarahkan tendangannya ke belakang yang mana bertepatan dengan itu, pedang yang mengarah padanya terlempar cukup jauh dan terpental masuk ke dalam air begitu dihantam kaki kirinya.

Segera kedua belah pihak menarik langkah mundur masing-masing, sambil mengeluarkan pedang esnya Reiva menatap tajam kearah Agen Pyro yang masih memiliki satu pedangnya yang lain ditangannya.

Mendengar suara tapak kaki di sekelilingnya, Reiva mengedarkan pandangannya dan menyadari beberapa orang dari organisasi yang sama mengelilingi dan menyerbunya sekaligus.

Seolah-olah mereka menunggu kesempatan ini, dan tahu semua aktivitasnya.

Reiva dibuat keheranan, soalnya dia tidak menyampaikan keinginannya untuk jalan-jalan di pagi hari ini, entah itu pada temannya ataupun orang lain.

Lalu, bagaimana mereka bisa tahu dan merencanakan semuanya?

Ia segera menepis pikiran itu sejenak dan menghindari sebuah tembakan api kearahnya, lalu menendang perut Agen Pyro pertama yang berniat menyerangnya dari depan sekali lagi, melesat dan meraih kerah bajunya dari belakang dan membantingnya dengan paksa ke Agen Pyro lain yang sengaja menyerangnya karena menganggapnya teralihkan.

Serangga elektro milik seorang Cicin Mage melesat ke arahnya dan menembakkan energi Electro untuk melumpuhkannya. Mengangkat telapak tangannya ke depan, Reiva menembakkan gelombang es dan mendorong makhluk itu ke belakang.

Tidak berhenti di situ, dia mengangkat kakinya dan menghentakkannya ke lantai dengan kencang, seketika langsung menciptakan gelombang es tajam disekelilingnya yang terus-menerus mendorong lawannya mundur.

Setelah membuat jarak, dia menatap mereka dengan ekspresi lelah dan menjentikkan jarinya, menciptakan balok es tajam lainnya untuk melindungi dirinya sebelum bertanya.

"Siapa yang mengirim kalian semua kemari?" tanyanya tanpa beranjak dari tempatnya,"The Ballader, Tartaglia atau Dokter?"

Semua anggota Fatui itu nampaknya tercengang mendengarnya tapi entah bagaimana menyembunyikannya, dan kemudian Agen Pyro pertama menjawab, "Bukan urusanmu, tapi bukan salah satu dari mereka."

Reiva mengerutkan keningnya, sedikit bingung dengan jawabannya, "Lalu, apa yang kalian inginkan dariku, kecuali untuk serangan itu tentunya?"

"Ikut saja dengan kami, dan suatu saat kau akan mengetahuinya." Kata seorang seorang Mirror Maiden sambil menatapnya dengan tekad di matanya di balik topeng.

"Tidak mau."balas Reiva, suhu di sekitarnya mulai turun drastis, ditambah lagi angin yang juga mulai berhembus dengan kencang.

"Kalau begitu, dengan cara paksa."ujar Cicin Mage itu yang kemudian menyiapkan lenteranya sekali lagi.

[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang