(Pertemuan kedua)

71 22 0
                                    

.

.

.

"Jelaskan."

"Panjang ceritanya."

"Pendekkan."

"Dia mengantar ku meski sudah ku tolak."

"Belum jelas!!"

Fang memijit pelipisnya, lalu menatap gadis itu sekali lagi,"Jadi maksud mu, Diluc mengantar mu pulang meski sudah kau tolak baik-baik?"

Reiva berkedip-kedip sejenak, lalu mendongak keatas sembari mengingat kembali interaksinya dengan pria bersurai merah itu.

Flashback..

Setelah puas minum, Reiva duduk di kursi paling ujung dari meja bar dan melamun disana sembari menunggu bar tutup.

Saat dia sibuk melamun, Diluc mendongakkan kepalanya dan menatap kearah pintu masuk, matanya memicing kala dia melihat seorang pria masuk dan duduk di salah satu meja barnya.

"Charles."panggilnya pada pria di sebelahnya.

"Ya Tuan Diluc??"balas pria itu.

"Layani pria itu."tunjuk Diluc menggunakan gerakan dagunya, kemudian ia menoleh kearah gadis di barnya,"Aku akan mengantarkannya pulang ke penginapannya."

"Baik."balas Charles lalu pergi untuk mengambil pesanan pria itu.

Reiva tersadar dari lamunannya kala ia merasakan pundaknya ditepuk pelan, orang itu tak lain adalah Diluc,"Sudah selesai..?"

"Belum. Tapi aku akan mengantarkan mu lebih awal. Ada Charles yang berjaga."jawab Diluc, lalu Reiva segera menyusulnya dari belakang.

Begitu mereka keluar dari bar, angin dingin berhembus membuat Reiva reflek menggunakan elemen apinya untuk menghangatkan dirinya dari kedinginan.

Merasakan suhu panas mulai memancar dari gadis itu, Diluc lantas menoleh kearahnya dan melihat angin dingin dengan instan membuat pipi dan hidung gadis itu merah karena kedinginan.

"Harusnya tadi aku bawa jaket ku.."gumam gadis itu sembari mendekati bola api yang dia pegang ke wajahnya.

Diluc memperhatikannya sejenak dan menyadari pakaiannya terlalu tipis untuk digunakan di situasi dingin ini, kemudian berinisiatif membantunya dengan melepaskan jas hitamnya.

Reiva terjengit kaget hampir menjatuhkan bola apinya kala sebuah jas hitam yang berukuran lebih besar dari tubuhnya menutupinya dari belakang, dan Diluc berjalan terlebih dahulu dihadapannya tanpa menggunakan jas hitamnya.

'.... Orang-orang disini aneh..'pikir Reiva sembari memperbaiki posisi jas yang dia pakai,'Sedikit-sedikit mereka jahat, lalu sebentar lagi mereka akan baik. Netral tidak ada kah, netral??'

Entah kenapa, perjalanan menuju penginapan terasa lebih lama, mereka berdua sadar akan hal itu tapi tak satupun dari mereka yang ingin membicarakannya.

Reiva mendongak keatas kala mendengar suara kepakan sayap, namun tidak melihat burung atau siapapun disana, seperti suara itu hanya numpang lewat.

Karena dia mendongak keatas, ketika Diluc berhenti berjalan membuatnya menabrak punggungnya dengan badannya hingga dia hampir terjatuh jika tidak segera memperbaiki posisinya.

"Selamat malam."

Ternyata mereka sudah sampai, dan Diluc pun pergi setelah berbalik badan.

[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang