(Ditentukan)

43 22 0
                                    

.

.

.

⁠♡

Suasana di ruangan rapat itu terasa canggung. Kedua pemimpin para Vishap nampak duduk bersebelahan dengan jejeran geng Kokotiam, sedangkan di seberang meja ada Kokomi, Hyakkimaru, Gorou dan juga dua orang Miko yang saling beradu tatap dengan mereka semua.

Kejadian tak terduga siang hari itu membawa mereka ke situasi yang sekarang, dimana mereka akan mendengarkan apa keputusan dan persetujuan yang diajukan.

Karena awal dari semua itu dimulai dari tindakan yang Reiva ambil, jadinya geng mereka juga ikut-ikutan dalam masalah ini.

Berdehem pelan, Caera berhasil menarik atensi mereka yang ada disana padanya.

"Sebagai permulaan, aku hanya ingin menyampaikan beberapa hal yang penting, dan tidak ada niatan untuk mencari masalah sama sekali."ujar wanita itu, dan Kokomi menganggukkan kepalanya agar dia melanjutkan.

"Kami, ras Naga, telah menjalani banyak kehidupan dan melihat bagaimana kalian manusia berkembang dari waktu ke waktu. Dan awal dari semua ini membuat kalian membuktikan diri kalian, bahwa tak semuanya yang berperang demi kemakmuran tidak memiliki sebuah kepolosan yang murni."

Sambil perlahan-lahan memahami maksud dari ucapannya, Kokomi menundukkan kepalanya dengan hormat dan berkata,"Aku mengakuinya, kami manusia telah merusak banyak hal, entah itu sistem, aturan, ataupun kepercayaan makhluk lainnya. Namun, aku setuju dengan ucapan mu tentang manusia yang berperang masih memiliki sisi murni diri mereka sendiri. Peperangan yang terjadi dibentuk dari keinginan untuk sebuah kemakmuran dan keadilan bagi prajurit untuk mereka yang disayangi, sehingga hal itu murni."

Caera tersenyum tipis mendengar respon sang Pendeta dan menganggukkan kepalanya dengan ekspresi yang hangat,"Semua hal itu, pada awalnya tidak membuat ku mau berdamai, karena pandangan kami manusia adalah makhluk pendusta."

"Namun tidak lagi. Jadi izinkan aku bertanya, bisakah kalian meyakinkan kami, bahwa pandangan kami terhadap kalian sepenuhnya salah..?"

Manik redup Kokomi seketika berbinar dengan antusias, ia menatap tak percaya sekaligus lega setelah mendengar penuturannya.

Tanpa keraguan sama sekali, Kokomi menganggukkan kepalanya dan memberikan keputusannya,"Dengan senang hati. Sama seperti leluhur kami yang terdahulu, aku akan mengusahakan sebisa mungkin untuk bisa meyakinkan kalian dan memberikan hak kalian di Pulau Watatsumi seutuhnya."

Setelah Kokomi mengatakan itu, Caera mengangguk puas, kemudian Viola merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah kotak kayu yang ditutup oleh kain putih yang transparan dan meletakkannya diatas meja dan mendorongnya kearah Hyakkimaru yang terdiam.

"Apa itu..?" Tanya Ying pada dua kembar itu.

"Enjou mengatakan jika itu akan berguna untuk urusan negosiasi."jawab Viola dengan raut wajah yang kalem.

Penasaran dengan apa isinya, Hyakkimaru membuka bungkusan kotak itu dan membukanya untuk melihat apa isinya.

Isi dari kotak itu adalah sebuah kristal yang unik. Memiliki corak kebiruan dari permukaan luarnya yang berwarna emas, dan di dalamnya terdapat sesuatu yang berbentuk bundar.

Melihat kristal yang dipegang oleh Hyakkimaru, Boboiboy seketika teringat akan sesuatu dan menekan sesuatu di jam tangannya.

Tepat pada saat itu, dihadapan mereka muncul layar hologram yang memperlihatkan bentangan gulungan kertas yang sebelumnya di potret oleh Boboiboy sebelum itu diserahkan pada Raiden Shogun.

[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang