.
.
.
♡
Seumur hidup, Osial tidak pernah bertemu dengan orang-orang yang menggunakan kekuatan mereka untuk.. hal sepele.
Biasanya orang-orang dengan kekuatan seperti itu akan gila kekuatan dan kekuasaan, sebuah pencapaian tidak akan pernah cukup untuk mereka sampai dunia tunduk dibawah kaki mereka.
Jadi kebayang lah kan, jika dia melihat seseorang dengan kekuatan yang bahkan bisa mengalahkannya malah main-main.
"Wahahahahahahaha!!"
"Laju lagi, Fan!!"
"JANGAN OI!! REPOT, TOLOL REPOT!"
"AHAHAHAHAHAHA!!!"
Kedua belut airnya mendesis kearah gadis remaja itu dan teman hijaunya yang berpegangan pada tiang kapal sambil tertawa girang, sedangkan pemuda berambut ungu itu berpegangan pada kemudi kapal yang didorong dengan kencang dari arah belakang oleh pemuda yang telah mengalahkannya tempo hari.
Dirinya sendiri tidak terlihat begitu terganggu, dia malah duduk di pinggir kapal dan memperhatikan keributan yang ada dikapal yang diisi oleh remaja lambat pubertas kalau katanya.
Hingga setelah hampir satu jam lamanya kapal didorong dengan oleh angin kelajuan tinggi, pemuda yang dikenalnya dengan nama Boboiboy itu akhirnya maju kedepan dengan senyum lebar yang lelah, begitu juga dengan dua orang yang habis tertawa bahagia.
"Capek.."dengan lesu Boboiboy tepar diatas lantai papan kapal dengan senyum lebar.
"Ah.. rambut ku."celetuk Reiva sambil menurunkan poninya yang terangkat keatas setelah tertiup angin dari depan.
"Seru.. berasa senam jantung."sahut Qually juga ikutan tepar disebelah Boboiboy.
"Pendek umur saya kalau lama-lama temenan sama mereka, ya tuhan.."gumam Fang yang pundung di sudut kapal.
Menarik dan unik, itu kalimat yang cocok untuk mereka.
Setelah suasana jantungnya lebih agak tenang, kini berganti Reiva yang ke belakang kapal dan menggunakan elemen anginnya untuk mendorong kapal. Keusilannya mempunyai imbas dari temannya yang manipulator bayang, jadi untuk sekarang, dia melakukan tugasnya dengan biasa saja.
Menurut perkiraannya, area badai petir itu belum tiba, jadi sebisa mungkin dia menyimpan tenaga jika dia diperlukan nantinya.
Sekitar dua menit setelah dia duduk disana, Osial terlihat menghampirinya yang membuatnya mengalihkan lamunannya ke pria itu yang kemudian duduk disebelahnya, lumayan jauh.
Reiva waspada terhadapnya, lebih tepatnya pada dua belut airnya yang mengingatkannya pada ular putih milik seorang Dokter di Liyue.
"Bocah, apa yang Morax lakukan selama dia menyamar menjadi manusia?"Osial bertanya membuat Reiva terdiam sejenak.
"... Ngeteh."
".... Itu saja?"
"Mendongeng."
"Ck, kau tidak tahu apa-apa rupanya."gerutu pria itu kesal mendengar responnya yang singkat.
Reiva keheranan dengan tingkah pria itu, kemudian menghela nafas sambil memangku dagunya dan menatap kearah lautan saja.
Namun sesaat kemudian, dia sepertinya memahami maksud Osial menanyakan hal itu padanya.
"Kalau boleh jujur, dia berbaur dengan manusia cukup baik, dia juga memiliki pekerjaan tetap, dan dia pandai membuat orang lain kagum atau segan terhadap dirinya."ujar Reiva panjang lebar tentang pria itu, membuat Osial menundukkan kepalanya sejenak dengan wajah tertekuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[𝕱𝖔𝖚𝖓𝖉 𝖒𝖊 𝖇𝖊𝖋𝖔𝖗𝖊 𝖎 𝖉𝖊𝖛𝖔𝖚𝖗 𝖒𝖞𝖘𝖊𝖑𝖋]
Fanfiction«𝕀❜𝕞 ℍ𝕒𝕦𝕟𝕥𝕖𝕕.. ℍ𝕒𝕦𝕟𝕥𝕖𝕕.. ℍ𝕒𝕦𝕟𝕥𝕖𝕕..» ------------★ 𝔗𝔞𝔭𝔦 𝔞𝔨𝔲 𝔰𝔢𝔩𝔞𝔩𝔲 𝔡𝔦𝔥𝔞𝔫𝔱𝔲𝔦.. 𝔡𝔞𝔫 𝔨𝔞𝔲 𝔞𝔨𝔞𝔫 𝔰𝔢𝔩𝔞𝔩𝔲 𝔪𝔢𝔫𝔤𝔥𝔞𝔫𝔱𝔲𝔦.. 𝔖𝔞𝔶𝔞𝔫𝔤, 𝔞𝔨𝔲 𝔟𝔦𝔰𝔞 𝔪𝔢𝔫𝔧𝔞𝔡𝔦 𝔟𝔞𝔶𝔞𝔫𝔤𝔞𝔫𝔪𝔲, 𝔨𝔞�...