🐻 Chapter 5 🦊

421 35 1
                                    

CW //  Harsh word, trigger, panic

Haze berdoa untuk keselamatannya, ia panik, tubuhnya bergetar.

"Gavriel bantu gue cepetan, gue ga kuat mesti lari kemana."

Haze melihat ke kanan dan kirinya, tiba-tiba seseorang datang dari arah belakang dan duduk di samping, Haze kaget setengah mati. Ternyata itu Gavriel.

Reflek alami dari tubuh Haze saat otaknya mendapatkan sinyal ketenangan, Haze memeluk Gavriel dengan erat.

Gavriel merasakan tubuh Haze bergetar, isakannya terdengar disana.

"Udah tenang, Lo aman sekarang."

"Gue ma–mau pulang, gu–gue takut Gav."

Gavriel terus mengelus-elus pundak dan kepala Haze sampai Haze tenang.

Gavriel menggendong Haze dipundaknya. Kepala Haze bersembunyi di ceruk leher Gavriel.

2 pria itu melihat Haze, namun ada laki-laki dengan perawakan tegap dan menatap mereka.

"Ngapain Lo ngejar-ngejar dia ?? Kalian mau gue masukin ke penjara ??"

Mereka tertawa menyepelekan Gavriel, Gavriel langsung membuka id card Jaksanya.

"Gue Jaksa, kalo kalian ga pergi sekarang, gue seret kalian ke penjara hari ini juga."

Dua pria itu lari kocar-kacir setelah mendapatkan ancaman dari Gavriel.

Gavriel berjalan menuju mobilnya.

"Gav, belanjaan gue."

Haze belum tenang karena semua belanjaannya sangat berharga.

"Emang Lo taroh dimana ?"

Haze menegakkan kepalanya dan menunjuk kearah depan mereka.

Gavriel mengambilnya tanpa menurunkan Haze dalam gendongannya.

Gavriel terus berjalan ke parkiran mobil, agak jauh tapi tidak masalah buatnya.

Lengan Haze mencekek leher Gavriel, sontak membuatnya berhenti.

"Leher gue kecekek. Jangan kenceng-kenceng."

Sambil menepuk pelan lengan Haze. Haze langsung melonggarkan lengannya.

"Lo ngapain keluar segala ?? Gue tau dari kakak Lo, kalo Lo baru pindahan dari Jerman."

"Gue bosen."

"Kenapa Lo ga chat gue minta temenin ??"

"Lo sibuk."

"Ini Minggu, gue libur."

Haze diam, Gavriel bingung dengan diamnya Haze.

"Lo ga tidur kan ??"

"Ga."

Gavriel mempercepat langkahnya.
Sampai di mobil, ia menurunkan Haze tepat di depan pintu mobil yang udah terbuka.

"Gue di belakang aja."

"Gue bukan supir pribadi lo."

Haze langsung duduk di kursi samping Gavriel. Kemudian, Gavriel melajukan mobilnya.

Sepanjang jalan, Haze diam. Matanya terus memandang keluar jendela mobil.

Gavriel sesekali melirik Haze.

"Lo kalo butuh sesuatu atau mau pergi-pergi lagi, chat gue aja."

"Gue trauma."

"Kenapa ??"

Forbidden Love or Fate Love ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang