"Sayang."
"Iya Mas??"
" Ikut Mas jalan-jalan yuk."
"Kemana??"
"Sini, tempatnya indah banget sayang, cuma ada kita berdua lohh."
"Indah sih, tapi Mas, ko sepi??"
"Gapapa, asalkan ada Mas, kamu ga akan kesepian. Sini sayang, lewat sini."
Hampir setiap Malam Haze terbangun karena bunga tidur berulang-ulang datang dalam mimpinya. Mimpi itu terlihat sangat nyata. Saking nyatanya, Haze selalu menatap sang dominant yang masih terbaring koma sejak 1 bulan yang lalu.
Haze menggenggam tangan Gavriel, masih sama dingin seperti awal ia memegang tangan itu. Tubuhnya masih sama, kesadarannya pun masih sama. Setiap malam Haze harus izin kepada kepala asrama atau owner sekolahnya untuk menginap di Rumah Sakit sejak libur sekolahnya selesai 2 Minggu lalu.
Gavriel masih koma, hidupnya bergantung pada selang oksigen yang terpasang cukup banyak di tubuhnya. Haze sangat merindukan Masnya itu.
"Mas, kamu ga cape tidur 1 bulan penuh ga bangun-bangun?? Apa kamu ga kangen sama aku?? Aku kangen banget Mas. Aku kangen di peluk sama kamu, di cium, cuddle sampe pagi, kita berhubungan intim berdua, kita jalan-jalan, makan nasi uduk pecel lele. Mas ga kangen aku marahin?? Kalo kangen semua, bangun yaa sayang. Aku kangen di panggil dek, di panggil sayang sama Mas, di pangku di dalem mobil, di puk-puk kalo sedih. Mas bangun yaa, jangan terlalu lama Bobonya."
Haze bawa tangan besar itu di pipinya. Kegiatan berbincang-bincang itu menjadi makanan sehari-hari Gavriel, walaupun sang empu hanya diam tak merespon apa-apa.
Dokter masuk ke dalam ruangan Gavriel untuk memeriksa terakhir sebelum dokternya pulang karena sudah jam 9 malam.
"Udah sebulan lebih saya ketemu kamu setiap hari Haze."
"Hehe iya dok, aku ga mau ketinggalan informasi soal Mas."
"Jadi bener dia kakak ipar kamu?? Kalo kakak ipar, ga seintim ini kamu setiap malam nginap disini?? Harusnya kakak kamu yang nginep."
"Sebelum jadi kakak ipar, dia pacar saya dokter."
"Astaga!! Ko bisa??"
"Yaa bisa, wong udah terjadi."
"Iya bener, jadi sekarang nungguin pacar nih bukan kakak ipar??"
"Iya, kalo sendirian begini rasa pacar dok, kalo keluarga dateng, saya mending ga di rumah sakit."
"Sakit dengan kenyataan ya??"
"Wkwwk dokter kalo ngomong suka bener."
"Yaudah yang sabar, nanti kalo Gavriel bangun, kamu akan tau nantinya."
"Koma nya masih lama dok??"
"Berdoa aja semoga ada keajaiban, oke??"
"Ok dok. Selamat malam."
Dokter pergi setelah menjawab Haze dengan senyuman. Bosan dengan percakapan sama dengan kata "berdoa aja." Haze kembali lesu.
Ia membaringkan kepalanya diatas genggaman tangannya. Jujur, Haze lelah, Haze cape dengan semua ini. Satu bulan, ia selalu di permainkan dengan kata "dia pasti sembuh." Namun apa yang ia terima?? Gavriel koma sampai hari ini. Tanpa sadar, air matanya kembali menetes, ia bosan menangis tiap malam. Seluruh teman-temannya dan para pelatih selalu menanyakan perihal mata bengkaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love or Fate Love ?
FanficDisclaimer : -BXB -ALL FICTION (jgn kebawa rl) -CW // TW // NSFW 🔞 -Fantasy -Harsh words -Ignore time stamp and typos -Photo by pinterest, twt, and more -Give me feedback (be wise reader) - jika ada kesamaan, kemiripan nama tokoh, cerita atau apapu...