Setelah 16 jam perjalanan dengan pesawat, tubuh Haze cukup pegal-pegal karena bongkahan sintalnya seperti menempel dan berakar. Berkali-kali Haze pindah posisi membuat sang dominant heran dengan Haze.
"Kenapa pindah-pindah mulu sayang??"
"Pegel Mas."
"Mau duduk disini??"
Sang dominant menepuk-nepuk pahanya seraya menawarkan kursi tambahan selain kursi pesawat. Wajah Haze seketika sumringah, beruntung mereka menaiki pesawat first class, jadi mereka tak perlu repot karena space kursi pesawat mereka cukup untuk berdua bahkan bisa tidur berdua layaknya pesawat pribadi.
Haze langsung duduk diatas pangkuan sang dominant. Tubuh mungil Haze sangat cukup untuk duduk di kursi Gavriel namun diatas pangkuan bukan diatas kursi.
"Ga berat Mas??"
"Kamu ga akan pernah berat, makan sebanyak apapun sayang."
"Iya deh yang suka ngomong kalo aku makannya banyak."
"Hehe metabolisme tubuh kamu bagus sayang, malah banyak orang yang iri sama tubuh kamu, makan banyak tapi ga gemuk."
"Apaan, pipi aku gemuk nih tembem, isinya lemak."
"Mana ada lemak?? Isinya chocolate strawberry."
"Emang mochi??"
"Coba aja ngaca, persis apalagi kalo lagi salting?? Merah merona."
"Ishh!!!"
Haze memukul lengan sang dominant lalu masuk ke perpotongan leher sang dominant karena malu.
Suara renyah terdengar oleh penumpang lainnya, ternyata suara kecupan itu datang dari kursi Haze dan Gavriel.
Tangan Haze melingkar di leher sang dominant, seperti memainkan perasaan Gavriel. Haze majukan bibirnya sambil bergerak random kepalanya ke samping kanan dan kiri.
Hampir terkena penutup kursi pesawat, dengan cepat Gavriel menahan kepala Haze dengan tangannya dan mengarahkan bibir Haze ke bibir sang dominant membuat Haze kaget bukan main.
Ciuman dalam dan sengatan hormon dopamine yang diciptakan oleh lidah lihai sang dominant serta suara renyah bersamaan dengan gerakan tangan besar Gavriel meraba setiap jengkal punggung yang sangat pas di pelukannya. Ketika ada suara ketukan dari penumpang belakang, Gavriel dan Haze melepaskan ciumannya. Haze takut, ia tidak berani menampakkan wajahnya melihat siapa yang mengetuk-ngetuk kursinya. Akhirnya Gavriel yang menengok ke belakang, ternyata pramugari.
"Maaf Mas bisa di kecilin suaranya karena penumpang lain sedikit terganggu."
"Baik terimakasih."
Wajah Haze langsung merah merona, ia menelusup ke dada Gavriel karena malu setengah mati. Gavriel memeluk Haze dan berbisik.
"Kita lanjutin di rumah yaa sayang – aww sakit."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love or Fate Love ?
Fiksi PenggemarDisclaimer : -BXB -ALL FICTION (jgn kebawa rl) -CW // TW // NSFW 🔞 -Fantasy -Harsh words -Ignore time stamp and typos -Photo by pinterest, twt, and more -Give me feedback (be wise reader) - jika ada kesamaan, kemiripan nama tokoh, cerita atau apapu...