11. So Long London

105 10 1
                                    

"Kenapa lo?"

Kai menatap Erys dengan kening mengernyit bingung karena sejak tadi Erys tidak berhenti tersenyum. Bahkan wajahnya tampak memerah tanpa sebab tiba-tiba disertai dengan kekehan bahagia. Yang ditanyai Kaivan tampak menggelengkan kepalanya.

"Jadi, kenapa ngajak gue ke mall gini? Tumben banget biasanya juga males ke mall," Kaivan lagi-lagi menyuarakan kebingungannya saat tadi Erys datang ke fakultasnya hanya untuk mengajak ke mall. Sangat jarang dilakukan karena biasanya para sahabat Eryslah yang pergi bersamaan ke mall.

Erys kembali tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Kaivan, "gue mau beli baju, lo bilang 2 hari lagi kan manggungnya?" Erys menjawab pertanyaan Kaivan dengan pertanyaan.

"Oke, tapi kenapa mampir di toko pakaian cowok?" Lanjut Kaivan saat mereka sampai di toko yang didominasi oleh barang-barang milik laki-laki.

Erys menghentikan langkahnya lalu menggiring Kaivan untuk menyingkir terlebih dahulu agar tidak menghalangi jalan. Dengan lekat Erys memandang Kaivan lalu menunjukkan senyumannya yang manis, "lihat wajah gue! Menurut lo ini wajah orang gimana?" Tidak langsung menjawab, Erys memberikan tebak-tebakan pada Kaivan.

"Orang yang seneng, kenapa emang? Lo baru dapat duit?"

Erys menggelengkan kepalanya masih dengan senyuman. "Gue... happy banget, lo tau kenapa?" Saat Kaivan menggeleng, Erys menjawabnya, "Ai pulang!" Beritahu Erys dengan penuh semangat.

Kaivan mengerjapkan matanya, Aidan Rajawali Pradikta, laki-laki yang usianya lebih tua dua tahun darinya. Anak satu-satunya dari Ale yang juga merupakan teman mainnya. Sudah 4 tahun mengenyam pendidikan di Imperial College London, mereka masih berhubungan baik hingga kini minus Aidan yang jarang pulang saja. Kaivan masih ingat bagaimana Erys yang menangis dan mogok makan saat diberitahu Aidan akan pergi berkuliah di luar negeri setelah sebelumnya sudah menjalani beberapa semester di dalam negeri.

Mereka kebingungan membujuk remaja baru gede semacam Erys yang baru 'melamar' Aidan untuk menjadi suaminya di masa depan tetapi malah ditinggal kuliah ke luar negeri. Aidan bahkan menunda keberangkatannya beberapa hari yang sebenarnya direncanakan lebih cepat karena Erys mogok makan.

"Lo emang gak malu?" Tanya Kaivan sembari meringis karena dia juga ada di sana saat Erys remaja mengatakan akan melamar Aidan pada Ale saat sudah cukup umur nanti.

"Malu? Pantes lo gak punya pacar-pacar, kalau mau pacaran sama orang yang lo cinta harusnya gak malu-malu lagi. Lagian juga gue masih bocil banget dulu, Ai pasti tau lah." Erys menggandeng tangan Kaivan sembari mulutnya mencerocos banyak hal mengenai dia yang masih intens bertukar kabar dengan Aidan walaupun jarak memisahkan.

"Jadi, lo mau ngelamar Aidan lagi?"

Erys menggeleng, "gila aja lo, bisa digorok sama dada gue kalau macem-macem gini. Kuliah aja belum selesai," balas Erys yang sudah dewasa. Ya, walaupun nanti dia bakal mengejar cinta Aidan Tampan Rupawan Dermawan dan Baik Hatinya itu. Cukup jadi tunangan saja kalau sekarang tidak apa-apa, Erys tertawa dalam hati membayangkannya.

Kaivan lalu hanya diam saja mengikuti Erys yang sibuk memilih baju, Aidan menyebutkan tinggi dan berat badannya. And voila! Aidan dan Kai hampir memiliki berat dan tinggi yang sama jadi kemungkinan size mereka pun sama. Eeys tersenyum selama memilih-milih baju apalagi Kaivan yang tidak protes sama sekali sungguh rasanya surga dunia.

Sudah ada beberapa baju yang Erys beli lalu pandangannya melihat jam tangan yang sungguh bagus, akan cocok dengan Aidan pastinya. Tidak lama dari itu, Erys merasakan teleponnya bergetar tanda ada pesan masuk.

Kak Eros
Sudah tau mau dibelikan apa nanti?

Erys mengerjapkan matanya dilema, "Kai," panggilnya untuk mengalihkan pandangan Kaivan yang juga mencoba jam tangan. "Kak Eros," Erys menyerahkan ponselnya pada Kaivan.

Fall ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang