5. Something About You

97 8 1
                                    

Tidak ada yang bisa menebak pemikiran Eros, begitupun Erys. Erys baru sadar, Eros terlalu jauh dan terlalu sukar untuk dipahami. Erys tahu, rasa sayang Eros padanya sangat besar namun yang tidak Erys pahami adalah perilaku sepupunya itu yang selalu menjauh.

Seperti saat ini, sudah lima hari sejak kejadiaan itu dan Eros menghilang bagai ditelan bumi. Tidak ada yang membicarakannya juga baik Nara maupun Rajendra bahkan Kai sekalipun. Jika dulu Erys tidak akan banyak berpikir apabila Eros tiba-tiba tidak ada dalam radarnya namun setelah kejadian itu dan setelah menyambungkan benang-benang merah maka mau tidak mau Erys harus berpikir.

Menghela napas tanda lelah, Erys hanya bisa memandangi langit-langit kamar sembari tangannya memainkan bandul kalung hadiah pemberian Eros. "Kenapa jadi rumit gini otak gue?" Monolognya.

"Seharusnya otak kecil mungil ini gak boleh banyak mikir. Bisa jadi tambah bodoh," Erys menghela napasnya lagi lagi dan lagi tanpa henti.

Terdengar ketukan dari luar membuat Erys merubah posisinya, keningnya mengerut. Siapa yang mengetuk pintunya siang-siang begini?

"Oh bunda?" Sapa Erys setelah melihat kepala sang bunda menyempil di pintunya yang terbuka. "Tumben."

"Bunda mau ke rumah Mama Nara dulu ya. Kamu kalau mau makan langsung turun aja," ujar Arena.

Mendengar perkataan bundanya maka dengan cepat Erys bangkit dan tersenyum lebar. "Aku ikut aja!" Katanya dengan semangat.

Dan disinilah Erys, menatapi Arena dan Nara yang sibuk bercakap-cakap sembari menyiapkan bekal makan siang untuk para laki-laki. Erys pun mengajukan diri agar mengantarkan bekal salah satunya dan sebanarnya Eroslah yang Erys tuju.

"Biasanya Eros gak mau dibuatin makan siang gini," Nara tambah menggelengkan kepalanya sembari berdecak ringan. "Mirip banget sama papanya dulu, ternyata gini rasanya jadi mama. Pusing banget mikirin Eros," Nara mengomel membuat Arena tertawa dan Erys yang hanya tersenyum kecil.

"Kai emang nakal tapi Eros bener-bener deh. Aku kan juga pengin punya mantu Ar tapi dia aja kayaknya gak tertarik sama cewek," Nara walaupun mulutnya sibuk berceloteh, tangannya dengan cekatan menyiapkan bekal-bekal begitupula Arena yang hanya tertawa-tawa.

Arena lalu mengendikkan bahunya, "Kita juga tau siapa yang dia suka kan?" Tanyanya ambigu yang membuat Nara menganggukkan kepalanya.

"Susah sih," katanya sambil tertawa. "Kita sih fine aja karena juga gak dilarang kan? Tapi emang anak satu itu sekarang tambah susah," Nara menghela napasnya yang disambut Arena dengan senyuman.

"Kayak Kak Rajendra dulu?" Tanya Arena kemudian.

Nara mengangguk, "Sifatnya sih mirip-mirip tapi kayaknya lebih parah Eros sih, aku kadang juga takut. Eros itu entahlah, semakin besar juga semakin dingin aja." Ujar Nara kemudian lalu pandangannya beralih pada Erys yang hanya menatap secara bergantian Arena dan Nara.

Erys tersenyum saja mendengar curhatan Nara yang selalu hampir sama. Tentang Eros yang kelewat sulit dan tentang Eros yang belum pernah berpacaran. Tapi laki-laki tampan, dewasa, mapan, dan mandiri seperti Eros bukannya mustahil tidak punya pacar?

"Kalau gitu kenapa gak sama Erys aja? Erys mau sama Kak Eros?" Tanya Nara dengan maksud jahil membuat Erys tertawa saja karena ingat kalau itu hanya candaan. Lagipula, umurnya masih 19 Tahun dan masih banyak cita-cita yang ingin ia capai. Paling penting adalah....

"Kita kan sepupu mana bisa?" Tanya Erys asal. Paling penting adalah mereka sepupu dan kalaupun tidak apa-apa maka bukan Eros lah yang akan Erys pilih. "Kalau pun boleh mending aku sama Kai aja," lanjutnya membuat Nara dan Arena tertawa.

"Mau sekalian dibuatin ring tinju?"

Mereka kemudian tertawa dan kembali melanjutkan kegiatannya sambil sesekali Nara dan Arena bertukar pengalaman sebagai ibu rumah tangga. Erys sih senang-senang saja mendengarkan, para sahabatnya sedang sibuk maka menghabiskan waktu dengan duo menantu Adam sangatlah menyenangkan.

Fall ApartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang